SURABAYA (POSBERITAKOTA) – Sedikitnya 40 dokter mata se-Jawa berkumpul dan membahas teknologi terbaru lasik atau pengobatan mata dengan teknik sinar laser, Minggu (2/12) kemarin bertempat di Hotel kawasan Embong Malang, Surabaya. Di samping, mereka juga menggelar Mini Symposium Lasik serta rapat umum pemegang saham National Lasik Center (NLC).
Lasik (Laser-Assisted in SItu Keratomileusis) sendiri biasanya selalu direkomendasikan sebagai langkah utama untuk memperbaiki mata minus. Namun, kini ada satu metode baru yang dikenal dengan nama bedah Smile. Refraktif Smile Apakah ini dinilai aman bagi mata melalui generasi ketiga bedah refraktif yang menggunakan laser. Hal itu disampaikan dr Harka Prasetya SpM(K) selaku founder NLC saat ditemui disela-sela acara.
Menurutnya, hadirnya NLC ini untuk menjembatani kepentingan masyarakat, khususnya Indonesia bagian timur. Di mana, Kota Surabaya merupakan sentral wilayah di Indonesia.
“Nah, kegiatan Symposium ini selain memberikan edukasi, juga untuk membangkitkan motivasi bahwa tindakan ini tidak sulit dilakukan. Sekaligus menjelaskan bahwa tindakan ini tidak penuh dengan risiko, apalagi sulit, berhaya, banyak efek samping itu ternyata tidak. Dan tingkat keamanan dari teknologi ini sangat tinggi,” jelasnya.
Harka mencontohkan bahwa tindakan operasi ini tanpa adanya bius karena canggihnya teknologi buatan Jerman. Terlebih kecepatan mesin pun diakui lebih cepat ketimbang gerakan mata. “Jadi, gerakan mata yang halus ini tetap bisa diikuti dengan laser. Sehingga program laser yang sudah kita rencanakan tetap memiliki presisi yang tinggi,” katanya.
Terkait tingkat keamanan, Harka memastikan bahwa metode laser sangat aman. Sebab, sejak tahun 2007 silam ia telah melakukan tindakan dan belum pernah ada masalah. “Belum pernah ada kasus pasien menjadi lebih buruk penglihatannya setelah tindakan. Bahkan tingkat keberhasilan teknologi ini lebih dari 95 persen,” terang dia.
Hal senada juga disampaikan Direktur Medis NLC, dr. Dini Dharmawidiarini. Menurutnya, keamanan tindakan ini bahkan mesin akan mati secara otomatis kalau pasien takut dan menghindar. “Jadi, tidak akan tembak bagian disekitar mata pasien. Tentunya ini barang baru dan sifatnya bukan massal dengan harga kisaran Rp16,5 miliar,” kata dia.
Dini menambahkan, munculnya prosedur baru yaitu RelexSmile (Small Incision Lenticule Extraction) merupakan pilihan bedah refraktif generasi ketiga, setelah PRK (Photo Refractive Keratectomy). Di Indonesia, prosedur Smile sudah dapat dilakukan sejak tahun 2015 di Jakarta. Meski sampai sejauh ini, operasi LASIK masih mendominasi tindakan bedah koreksi mata minus.
“Dalam operasi ini, mata akan dilaser dengan teknologi khusus. Jangan khawatir, prosedur Smile telah dinyatakan aman. Prosedur ini tidak memakan waktu lama dan tidak akan menimbulkan rasa sakit,” bincang, menutup wawancara. ■ RED/DIDAY/GOES