BEKASI (POSBERITAKOTA) – Menggeluti pekerjaan jadi petani sayuran dan buah, sudah dilakoni Engkong Suan sejak 30 tahunan silam. Sehari-harinya nyaris tak lepas dari kebiasaan memegang cangkul (pacul-red), lumpur dan harus bersimbah keringat di tengah sengatan matahari di siang hari.
Tubuh kerempeng pria berusia 63 tahun yang asli kelahiran Desa Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, justru memberikan kekuatan semakin enerjik. Nyaris tak pernah terlihat lelah atau bahkan terdampak penyakit serius. Hari demi hari dilalui dengan senyum bahagia.
“Sejak 30 tahunan lalu, saya ya begini terus. Hampir nggak pernah jauh dari sawah atau lahan pertanian. Harus bergelut dengan tanah lumpur basah dan pacul. Semua itu demi mendapatkan nafkah buat keluarga,” ucap Engkong Suan membuka obrolannya dengan POSBERITAKOTA, Kamis (12/9) kemarin.
Bertumpu pada kehidupan sebagai petani sayuran dan buah, sudah merupakan andalan bagi keluarga. Hasilnya, kata dia, cukup untuk kehidupan keluarga besarnya. Sebab, selain ada anaknya yang sudah bekerja di kantoran, juga masih ada yang masih sekolah.
“Buat sih jika hidup selalu mengeluh, justru nggak memberikan jalan keluar. Saya harus kerja keras dan selalu berpikir setiap hari, pasti dikasih rejeki oleh Allah SWT,” kisah pria yang tak lepas dari topi lakennya yang lusuh tersebut.
Dalam setahun, ia bilang, tak melulu harus menanam sayuran berupa bayam atau kangkung. Karena, gampang dipanen dan selalu cepat laku terjual. Masa panennya pun, bisa berkali-kali. Dari situ, pemasukan pun terus mengalir.
“Cuma ya itu, harus menunggu masa panen sampai 3 minggu atau sebulan. Jika sudah panen, setiap hari selama 2 minggu, bisa terus dapat uang rutin antara Rp 200 atau Rp 300 ribu setiap harinya,” tegas dia lagi.
Hanya saja terkadang harga sayuran bayam atau kangkung, sering jeblok. Dalam masa panen selama 2 minggu, bisa saja baru dapat uang cuma 1 minggu. Sebenarnya, agak lumayan, jika ditotal sebulannya, bisa dapat antara Rp 2 sampai Rp 4 juta.
Tak hanya sayuran bayam atau kangkung saja. Engkong Suan kerapkali memvariasikan dengan menanam buah. Mulai dari blewah, pare, timun suri, terong dan lain-lain. Kesemua itu dibutuhkan kejelian. Kalau harga sayuran atau buah lagi bagus di pasar, ia bilang bisa dapat untung besar.
“Pernah juga dalam sebulan, bisa dapat uang antara Rp 5 sampai Rp 8 juta. Terutama jika menanam cabai rawit atau cabai merah. Kalau harganya lagi bagus, wah bisa untung gede,” ceritanya sambil ditemani kopi item dan rokok Minakjinggo.
Tanah seluas 800 M2 menjadi wilayah garapan Enkong Suan. Itu juga merupakan tanah orang lain dan cuma diminta mengurus agar ditanami sayuran dan buah. Apa dengan cara sewa tanah? Menurutnya gratis. Hanya saja untuk pajak tanah setiap tahun, harus ditanggung Engkong Suan.
“Saya dulu harus bayarin pajak tanahnya sampai Rp 800 ribu setiap tahun. Namun setelah beralih pemilik, saya dikasih keringanan jadi cuma dimintai Rp 400 ribu untuk bayar pajak tanah saja,” beber petani sayuran dan buah yang menggarap lahan kosong di dalam Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Gerbang Timur tersebut.
Sampai kapan ingin hidup seperti itu? “Ya, sampai akhir hayat. Kepintaran saya cuma jadi petani. Saya nggak bisa kerja yang lain,” pungkas Engkong Suan, apa adanya. ■ RED/AGUS SANTOSA