POSBERITAKOTA (YOGYAKARTA) – Aktifitas Gunung Merapi yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai mengindikasikan cukup mengkhawatirkan. Penyebabnya karena sudah ‘muntah‘ mengeluarkan 22 kali awan panas guguran sampai 6 jam lamanya, Rabu (27/1/2021). Tentu membuat langit di sekitaran wilayah Kota Gudeg, berwarna coklat dan terkesan mendung terus.
Seperti dilaporkan Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, sejak pukul 06.00 sampai 12.00 WIB, tercatat aktifitas Gunung Merapi telah mengeluarkan muntahan awan panas guguran mencapai sebanyak 22 kali. Sebagian desa yang berlokasi paling dekat, warga masyarakatnya mayoritas sudah mengungsi.
“Jadi untuk kemungkinan jarak luncur awan panas guguran tersebut, maksimum bisa mencapai 1600-an meter. “Jadi, estimasi jarak luncur maksimum 1600 meter,” terang Hanik Humaida dari BPPGKG terkait aktivitas Gunung Merapi mulai pengamatan pukul 06.00 hingga 12.00 WIB.
Dipaparkan Hanik lebih lanjut bahwa tinggi kolom teramati tersapu angin kencang dari Barat ke Timur rata puncak. Selain itu, BPPTKG juga mencatat telah terjadi guguran empat kali di Gunung Merapi. Sedangkan untuk jarak luncurnya, maksimum 800 meter ke arah Barat Daya ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Sedangkan untuk kegempaan awan panas guguran itu sendiri, mencapai sebanyak 21 dengan amplitudo 20 mm-60 mm dan durasi 83 detik-197 detik. Begitu pula gugurannya mencapai 80 dengan amplitudo 4 mm-35 mm dan durasi 14 detik-142 detik. Sedang hembusan sebanyak 5 dengan amplitudo 3 mm-8 mm dan durasi 16 detik-62 detik.
Sementara itu berdasarkan investigasi 9 yang ikut memantau, namun tetap di wilayah paling aman, melihat banyak sejumlah truk bak terbuka masih beroperasi mengambil pasir. Bahkan aktifitasnya cukup tinggi.
Namun untuk aktifitas puluhan truk yang mengambil pasir secara bebas di Kali Krasak dan Kali Boyong, tetap mendapat pengawasan ketat dari aparat terkait. Sejumlah warga yang berada di tenda penampungan, diminta agar lebih tenang. Tidak boleh melanggar aturan atau larangan keras untuk sementara waktu. Jangan sampai diam-diam kembali ke rumah.
Mayoritas warga mengaku pasrah. Mereka saat ini tak hanya harus melawan pandemi COVID-19, tapi khawatir rumah-rumah yang ditinggal pergi bakal tersapu longsor lumpur dingin atau panas. Para aparat terkait dan gabungan, hampir 24 jam penuh bersiapa. Takut sewaktu-waktu Gunung Api meletus dengan dahsyatnya. ■ RED/TB DEVI IRAWAN/GOES