PULAU SEBATIK (POSBERITAKOTA) – Tak bisa dipungkiri bahwa kasus virus Corona (COVID-19) di Indonesia secara data menunjukkan peningkatan signifikan. Pada 26 Juni 2021 saja tercatat bertambah 21.095 kasus. Karenanya, akumulasi positif COVID-19 saat ini lebih dari 2 juta kasus atau tepatnya sebanyak 2.093.962 kasus.
Sedangkan untuk kasus aktif sebanyak 194.776 orang. Kasus aktif ini artinya yang sedang dirawat baik isolasi mandiri di rumah maupun di tempat isolasi yang disediakan Pemerintah ataupun di Rumah Sakit (RS). Dan jumlah suspect Covid-19 kini sebanyak 129.071 orang. Saat ini kasus COVID-19 tersebar di 510 Kabupaten/Kota di 34 Provinsi.
Pada kenyataannya penanganan pandemi ini sudah nyaris dua tahunan berjalan, namun belum juga menunjukkan tanda akan berakhir. Munculnya varian baru, ditambah lonjakan kasus yang seakan tiada henti, membuat masyarakat khawatir. Sedangkan kapasitas rumah sakit di beberapa daerah sudah mulai kewalahan menampung pasien baru kasus Corona.
Pandemi Corona (COVID-19) ini hampir semua merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia, tepatnya di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara (Kaltara). Jauh dari hiruk pikuk informasi, pandemi Corona di pulau ini nyaris tak terdengar.
“Jangan kaget jika masyarakat Sebatik pun, bahu membahu bergotong royong dalam penanganan COVID-19. Pulau terluar dan terdepan Indonesia ini yang berbatasan langsung dengan Malaysia, punya cara tersendiri dalam berjibaku menangani pandemi Corona,” kata dokter yang juga bertugas sebagai Kepala Puskesmas Sebatik Timur, Dokter Andi Syahriful Asri, Minggu (27/6/2021) kemarin.
Boleh jadi tak banyak yang tahu, sebelum trend kenaikan kasus COVID-19 di pulau barat Nunukan ini bahkan sudah melakukan langkah pencegahan secara mandiri. Inisiatif para tokoh masyarakat yang berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda), bahu membahu membentuk Satgas COVID-19 dengan sasaran utama terlebih dahulu membekali para tenaga medis baik dengan alat pelindung diri (APD) yang layak.
“Haji Momo, tokoh masyarakat di Sebatik yang banyak disebut sejumlah masyarakat di Sebatik, sebagai orang dinilai sangat peduli terhadap percepatan penanganan pandemi di kepulauan berpenduduk lebih dari 1 juta jiwa ini,” ucap Andi Syahriful Asri, lagi.
Menurut dokter asal Makassar satu ini bahwa satgas pertama yang dibentuk di Sebatik semua merupakan inisiatif Haji Momo. Kala itu, tokoh masyarakat yang juga dikenal sebagai pengusaha ini memfasilitasi segala kebutuhan para nakes mulai dari obat-obatan hingga APD yang kala itu bisa terhitung langka.
“Bahkan Haji Momo berinisiatif untuk menjahit sendiri APD bagi para nakes dalam mengatasi kelangkaan APD akibat melonjaknya angka COVID-19 di segala penjuru wilayah Indonesia saat itu,” ungkap dr Andi yang sudah berada di Pulau Sebatik selama dua tahun itu.
Bahkan tak cuma berhenti sampai di situ saja, dijelaskan dr Andi, penyediaan ratusan alat rapid hingga peminjaman lokasi bangunan yang kelak menjadi Posko COVID-19 tak lepas dari inisiatif Haji Momo. Melihat trend kenaikan yang semakin meningkat, Haji Momo juga tak tinggal diam. menurut dokter yang sudah 2 tahun bertugas di Sebatik tersebut.
“Selanjutnya, Haji Momo disebut-sebut bahkan sudah memesan perlengkapan yang kelak digunakan untuk laboratorium PCR. Namun sayangnya, berbagai regulasi dan standarisasi kemudian memaksa rencana tersebut harus ditunda sementara waktu,” paparnya.
Tak hanya peduli dengan masalah kesehatan dan Corona, Haji Momo juga turut meringankan masyarakat Pulau Sebatik dengan memberikan bantuan Sembako. Pasalnya pandemi Corona, turut meluluhlantakan perekonomian secara nasional dan bahkan dampaknya hingga ke semua daerah.
“Kita sungguh tidak pernah merasa kekurangan, cadangan kebutuhan pokok kami aman,” kata perempuan paruh baya bernama Mardiyah tersebut.
Janda dua anak tersebut melanjutkan, dirinya bersama keluarga lainnya, merasakan sekali adanya bantuan Sembako yang kerap diberikan Haji Momo.
“Jadi, ketika kami diharuskan untuk sementara waktu mengurangi kegiatan aktivitas kami di luar rumah, kebutuhan kami tidak terganggu,” cerita Mardiyah.
Dari gerakan-gerakan moral dan sosial ini, alhasil krisis pandemi di Pulau Sebatik nyaris tak tersengar. Karena dari awal sejak pandemi ini masuk, Pulau Sebatik sudah memiliki fondasi cukup kuat dalam mengalami lonjakan kasus.
Sistem sudah mulai berjalan rapi, kepedulian dan rasa gotong royong yang tertanam pada para warganya menjadi tiang kuat kawasan ini tak mengalami dampak parah akibat pandemi. ■ RED/AGUS SANTOSA