BEKASI (POSBERITAKOTA) – Bersama brand program ‘Ayo ber–SEJADAH BABE’ alias Berbagi Jumat Berkah di wilayah Babelan, Bekasi – kini telah merealisasikan kegiatan untuk pekan ketiga. Nyaris tak ada kendala di lapangan, karena untuk mencari siapa-siapa saja yang layak menerima atau tepat sasaran, juga tak terlalu sulit.
Sebanyak 50 nasi boks plus aqua botol yang dipersiapkan lewat program ‘SEJADAH BABE‘, cepat ludes dalam kurun waktu satu jam lamanya. Meski kedua koordinator lapangan (Korlap 2 dan 3) yakni M Zein Malawat dan Nana, harus terjun langsung menemui mereka yang layak dan pantas untuk menerimanya.
“Kami kan sebelumnya sudah memetakan wilayah mana saja yang harus disasar. Namun umumnya mereka bekerja di sektor informal dan juga pekerja serabutan,” ucap M Zein Malawat (Korlap 2) yang didampingi Nana (Korlap 3) karena mengacu pada pola pendistribusian saat Jumat sebelumnya.
Para pekerja serabutan seperti pemulung barang bekas, tukang jahit keliling celana levis, tukang ojek pangkalan, buruh lepas kebun pertanian dan sampai sopir angkot, berhasil ditemui di lapangan. Mereka bilang dengan penghasilan tidak tetap, tentu merasa bersyukur manakala ditemui tim program ‘SEJADAH BABE‘. Apalagi mendapat nasi boks yang setidaknya bisa untuk makan pagi atau disimpan untuk makan siang nanti.
Miin Ibrahim, pemulung yang biasa keliling di lingkungan Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Kebalen, mengaku bukan yang pertama menerima pemberian nasi boks, bertepatan jelang sholat Jumat. “Hanya saja, dapatnya nggak setiap Jumat. Sesekali aja,” ucapnya kepada POSBERITAKOTA, Jumat (20/8/2021).
Bang Ade, pria asli Babelan dengan perawakan tinggi besar dan biasa ngojek di pangkalan Pintu Gerbang Timur VGH Kebalen, senang saat didatangi ‘SEJADAH BABE‘ untuk kali ketiga. Ditengah sulit mencari penghasilan atau uang dimasa pandemi sekarang ini, menurutnya, ikut senang saat mendapat nasi boks dari program Berbagi Jumat Berkah.
“Saya dan teman-teman, jadi bisa sarapan gratis. Nggak perlu keluarin duit buat beli makan pagi atau makan siang. Semoga saja pihak yang jadi donatur dengan sudah menyisihkan rejeki, bisa tambah berkah,” terang Bang Ade yang didampingi 5 teman seprofesinya.
Kondisi tak jauh berbeda dengan di Pangkalan Ojek Kedungpengawas, Babelan Bekasi. Nampak ada sekitar 10 orang yang mengandalkan dari pekerjaan tersebut. Bicara soal penghasilan, seperti dituturkan Roji, tak seramai seperti sebelum ada masa virus Corona (COVID-19).
“Heran aja, kok wabah virus Corona sampai dua tahun begini ya? Benar-benar bikin kita susah cari makan. Penumpang ojek jarang ada dan dalam sehari kadang cuma dapat 2 atau 4 penumpang. Hasilnya buat beli bensin dan rokok aja, kadang nggak ketutup,” jelas Roji (39 tahun), mewakili rekan pengojek lain.
Pedagang air bersih dari Kampung Pulo, Desa Babelan Kota yang bernama Mait (60 tahun), juga mengaku dibuat kelabakan akibat pandemi. Merasakan lesu atau penurunan permintaan dari warga masyarakat. Sebab, air bersih yang dijualnya, selain untuk minum sehari-hari, kadang juga digunakan buat mandi.
“Saya sudah 11 tahun berjualan air bersih kayak begini. Penghasilan cuma bisa buat makan, kagak bisa nabung,” ucap pria yang asli kelahiran daerah tersebut dan tak menyangkal kalau sekarang ini merupakan zaman susah cari duit.
Perempuan-perempuan tua dan muda yang setiap harinya mengandalkan hidup sebagai pemulung, juga banyak terlihat di Perumahan Taman Kebalen, Babelan, Bekasi. Mereka bagai sudah terbiasa menanti uluran tangan dari program berbagi setiap hari Jumat.
“Di sini banyak yang berbagi nasi boks. Terkadang ada pula yang kasih Sembako. Kami sangat terbantu adanya bantuan tersebut, ya walaupun hanya setiap hari Jumat,” aku ibu Sur, perempuan yang sudah lebih dari lima tahun sebagai pemulung.
Ada sekitar puluhan orang yang bernasib sama dengan ibu Sriyati (35 tahun). Mereka terpaksa menjalani pekerjaan tersebut. “Yang penting halal. Ya, walaupun seminggu sekali kadang cuma dapat duit antara Rp 100 sampai Rp 150 ribu,” tegasnya.
Ipoel (35 tahun) dan Arman (29 tahun), pendatang dari Karawang yang sehari-hari menjalani pekerjaan tukang permak levis keliling. Baik di Perumahan Taman Kebalen maupun di Perumahan Villa Gading Harapan. Kedua kaget saat dikasih sekadar nasi boks dan aqua botol. “Alhamdulillah, simpan saja dulu, buat makan siang nanti sehabis sholat Jumat,” tutur Ipoel.
Pria berusia 50 tahun yang menyebut namanya sebagai Boy, ternyata sudah melakoni jadi sopir angkot lebih dari 20 tahun. Setiap harinya harus melayani penumpang dari Pasar Babelan menuju Stasiun KA Bekasi. Ia tak memungkiri bahwa penghasilan menurun dratis. Setelah bayar setoran ke pemilik mobil, kadang cuma dapat lebihan antara Rp 75 sampai Rp 100 ribu.
“Narik dari pagi sampai jam 1 siang. Terus aplusan sama temen. Jadi, kagak pegang batangan sendiri. Nah, kalau penghasilan segitu, dipotong makan, ya jadi berkurang lagi. Syukurlah dapat nasi boks kayak begini,” kata Boy, lagi.
Sementara itu salah seorang petugas di TPU BOS Kebalen, Babelan yang akrab dipanggil Bang Mamat, berkali-kali mengucapkan rasa syukur. Ia tahu bahwa program ‘SAJADAH BABE’ sudah untuk kedua kalinya berbagi nasi boks. “Semoga berkah, ya!” Begitu ia melontarkan doanya.
Begitu pula Syarief (60 tahun) yang masih terlihat tegar bertugas sebagai keamanan dan sekaligus juru parkir kendaraan di Kantor Kelurahan Kebalen, Babelan, Bekasi. “Alhamdulillah, dikasih rejeki nasi boks,” ucapnya, pendek.
Engkong Suan (65 tahun) dan Bang Kubil (35 tahun), buruh petani kebun di Perumahan VGH RW 025, hampir tak terlewat dan selalu kebagian nasi boks dari program ‘SEJADAH BABE‘. Kebetulan, kata keduanya, dari pagi belum sarapan nasi.
“Sebenarnya, sudah dari pagi nunggu-nunggu SEJADAH BABE. Alhamdulillah, masih kebagian ini. Menu masakannya enak, sayangnya kenapa cuma hari Jumat aja?” Begitu tutur Engkong Suan dengan kalimat tanya.
Puluhan lainnya yang juga menerima nasi boks dari program ‘SEJADAH BABE’, sudah mengenali. Mereka merasa senang biarpun cuma didatangi setiap hari Jumat. Bahkan di Kamis (19/8/2021) malam Jumat sebelumnya, program ‘SEJADAH BABE’ juga menyiapkan makanan ringan bagi anak-anak dan remaja yang hadir rutin dalam pengajian di Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 VGH Kebalen, Bekasi. □ RED/AGUS SANTOSA