METODE MENGAJAR KATA PERKATA (BAGIAN II-HABIS), BISA JADI ALTERNATIF AGAR TAHU ARTI & MEMAHAMI ISI AL-QUR’AN SECARA MENDALAM

OLEH : SOFYAN S.Pd

MELALUI tulisan ini, penulis hanya ingin menegaskan atau memperkuat pendapat seperti yang telah dikemukakan pada tulisan sebelumnya. Dimana bentuk atau metode mengajar menterjemahkan Al-Qur’an kata perkata bersama artinya merupakan salah satu metode yang sangat bagus. Tentu saja apabila diterapkan kepada siapa saja yang ingin mengetahui arti dan memahami isi Al-Qur’an secara mendalam.

Hal ini memang benar benar terbukti dan bisa diuji kebenarannya. Meski pada kenyataannya metode tersebut jarang dipakai kecuali mungkin pada sebagian pesantren- pesantren atau lainnya khususnya yang ada di Indonesia.

Di sinilah sebenarnya sebagai salah satu kelemahannya, dimana Al-Qur’an sebagai pedoman hidup – juga sebagai sumber hukum dari segala hukum. Kenapa kok diajarkannya atau dibahasnya tidak seperti itu, inilah yang sering penulis ketahui di lapangan. Namun, itupun masih termasuk bagus, karena sesuai dengan kemampuan masing-masing dan disesuaikan dengan situasi atau kondisi yang ada dan sebagainya.

Penulis pun sangat menyadari hal tersebut. Bukan berarti menganggap penulis ini sebagai orang yang sangat berilmu atau untuk menyombongkan diri, sama sekali tidak! Tetapi hanyalah sebagai berbagi ilmu dan pengalaman bahwa itulah salah satu metode yang sangat bagus dan yang pernah penulis alami dan ketahui selama ini.

Kebanyakan orang mengajarkan atau menterjemahkan Al-Qur’an itu ada yg langsung perayat, ada yang langsung persurat, sehingga para jamaah kebanyakan agak kurang bisa kalau disuruh mengartikan kata perkata. Terkadang ada juga yang dapat mengartikan ayat perayat atau surat yang pendek- pendek. Tapi karena penguasaan arti kata perkatanya kurang kuat, maka yang bersangkutan terkadang lupa mengartikan keselurahan ayat dari salah surat dalam Al-Qur’an itu.

Coba kalau diajarkannya atau diterjemahkannya Al-Qur’an itu kata demi kata, maka lama kelamaan ayat perayat pun jadi bisa. Bahkan satu surat pun bisa, asal dari yang pendek-pendek dulu, kemudian surat yang panjang-panjang, ujung-ujungnya seluruh surat dari Al-Qur’an pun tahu artinya dan paham maksudnya.

Untuk membuktikan pernyataan penulis di atas, dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki dan tidak bermaksud untuk menyombongkan diri, maka mari kita buktikan. Sekarang kita ambil salah satu surat saja dalam Al-Qur’an, yaitu Surat Attiin ditambah lagi salah satu ayat di bawahnya yaitu Surat Al Baqarah ayat 39 sebagai berikut:

SURAT ATTIN (1 s/d 6)

  1. Wattiini wazzaituun (i).

Wattiini, asal kata dari Wa : Demi. Wa di situ huruf Qasam. Allah SWT bersumpah dengan mempergunakan huruf Qasam tsb

Attiini : buah Tin Wa : dan, Azzatuun (i): buah zaituun.

  1. Wathuurisiniin (a)

wathuuri : dan bukit
siniina : Sinai Wa : dan Haadza : ini, Albaladi: negeri Al- amiiin.: Yang aman.

Arti keseluruhan ayat tsb di atas :

Demi (buah)Tin dan (Buah ) Zaitun dan bukit Sinai.

  1. Wa haadzal baladil amiin (i).

Wa : dan. Haadza : ini. Albaladi : negeri. Al-Amiin : yang aman.

Arti secara keseluruhan ayat tsb di atas :

Dan negeri (Makkah) ini yang aman.

  1. Laqod kholaqnal insaana fii Ahsani taqwiim (in).

Laqod : Sungguh/benar-benar, Kholaqnaa : Kami telah menciptakan.
Al-insaana : manusia. Fii : dalam. Ahsani: sebaik-baik/terbaik. Taqwiim : bentuk

Arti keseluruhan ayat tsb di atas :

Sungguh/benar-benar Kami (Allah) telah menciptakan manusia itu dalam sebaik-baik bentuk.

  1. Tsumma Rodadnaahu asfala saafiliin (a).

Tsumma : Kemudian. Rodadnaa : Kami kembalikan. Hu : dia.
Asfala : paling rendah/terendah. Saafiliin (a) : tempat-tempat yang rendah.

Arti keseluruhan ayat tsb di atas :

Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang terendah dari yang rendah.

  1. Illalladziina aamanuu wa’amilushshaalihaati. Falahum ajrun ghairu mamnuun (in).

Illaa : kecuali. Alladziina : orang-orang yang. Aamanuu : beriman. Wa : dan ‘Amiluu: mereka berbuat/mereka beramal. Ashshaalihaati : kebajikan-kebajikan/saleh. Fa : maka. Lahum : bagi mereka. Ajrun : pahala Ghairu : bukan/tidak. Mamnuun : terputus.

Arti keseluruhan ayat tsb di atas :

Kecuali orang-orang yang beriman, dan berbuat kebajikan (beramal saleh), maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

Kemudian contoh di ayat lain Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 39 sebagai berikut :

Walladziina kafaruu wa kadzdzabuu bi aayaatinaa ulaaika ashhaabun naari. Hum fiihaa khaaliduun (a).

Wa : dan, alladziina: orang orang yang, kafaruu : pada mengingkari (orangnya lebih dari 1 alias banyak) wa : dan, kadzdzabuu : pada mendustakan (orangnya banyak lebih dari 1 tandanya uu nya double) bi : dengan
aayaatina: ayat-ayat kami, ayatnya banyak lebih dari satu, makanya nulisnya aayaat, bukan ayat. Ulaaika : mereka itulah. Ashhaabu : penghuni (bentuk jamak dari shoohibun). Annaari : api/neraka. Hum : mereka Fiihaa : di dalamnya Khaaliduun : mereka kekal.

Arti ayat keseluruhan tsb di atas :

Dan (adapun) orang-orang yang mengingkari dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Demikian dari penulis, yang benar datangnya dari Allah SWT yang salah datangnya dari diri sendiri. (***)

(PENULIS adalah Alumni Lembaga Pengajaran Bahasa Arab Assu’udi (LPBA) di Jakarta Th 1987)

Related posts

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, MERAMU IKHLAS dari Wafatnya Orang yang Terkasih

Kajian Jumat Pilihan di Masjid Istiqlal Jakarta, AKHLAK Terhadap yang Lemah & Susah

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, MAKNA ESOTERIS Kumandang Adzan