BEKASI (POSBERITAKOTA) – Sungguh mengejutkan bahwa program Berbagi Jum’at Berkah dari ‘SEJADAH BABE‘, sudah mulai dikenal sebagian kecil dari warga masyarakat di wilayah Babelan, Bekasi.
Padahal eksistennya baru berjalan selama 3 bulan belakangan ini. Mengawali dari awal bulan Agustus lalu (Jum’at pekan ke-1) hingga sekarang akhir bulan Oktober (Jum’at pekan ke-13).
Hal itu terjadi lantaran program ‘SEJADAH BABE‘ menyasar secara acak ke sejumlah kelurahan, desa serta wilayah perumahaan yang ada di Babelan, Bekasi. Bahkan lebih banyak menemui kalangan pemulung, tukang loak (jual beli barang bekas), pekerja serabutan dan selebihnya adalah penyandang kesejahteraan sosial (PKM).
Tim ‘SEJADAH BABE‘ pun menggandeng media partner POSBERITAKOTA yang selalu memberitakan kegiatan setiap Jumat secara konsisten per pekannya dan juga melalui media sosial (Medsos), ternyata ikut membantu dalam penyebaran informasinya. Terlebih lagi dengan foto-foto yang diupdate dalam berita, setidaknya dapat membuat image di masyarakat.
Sebagai kegiatan sosial kemasyarakatan yang dipadu dengan syiar keagamaan serta ingin mengajak untuk berbuat kebajikan, ‘SEJADAH BABE’ (Sedekah Jum’at Berkah & Amal Jariyah, Babelan Bekasi), tak kesulitan di dalam mencari warga yang disasar untuk program berbagi nasi boks/aqua botol. Bayangkan meski cuma dalam hitungan satu jam, rata-rata 40, 50 sampai 60-an nasi boks – justru cepat habis tersalurkan.
Jika selama ini selalu mengangkat profil-profil mereka, karena ‘SEJADAH BABE‘ ingin penerima program berbagi nasi boks/aqua botol harus yang tepat sasaran. Bahkan sering sang penerimanya justru langsung menikmati. Penyebabnya dari mereka ada yang sejak pagi sudah beraktifitas, tapi belum sarapan sama sekali.
Berikut ini profil mereka yang berhasil diwawancarai Tim ‘SEJADAH BABE‘ dan ditulis POSBERITAKOTA sebagai media partner. Inti dan tujuannya, betapa gegara (gara-gara-red) masa pandemi yang belum tuntas hingga dua tahun belakangan, justru bikin kehidupan mereka tambah terpuruk.
Pian, kakek berusia 63 tahun, pedagang buah-buahan. Mulai dari pisang, pepaya, sayur-sayuran serta banyak lagi yang lainnya – nampak memenuhi isi keranjang yang tergantung di sepeda bututnya. Sebelumnya, ia belanja di Pasar Tradisional Babelan dan kemudian menjualnya lagi dengan cara ngider (keliling-red).
“Babe mah, jualan begini udeh bertahun-tahun. Ya, hasilnya asal cukup buat makan di rumah. Apalagi sekarang lagi zaman susah cari duit,” akunya saat ditemui di Griya Asri, Kelurahan Bahagia, Babelan, Bekasi kepada Bapak Cahyo, sesepuh warga RW 025 Perumahan VGH Kebalen yang concern dan siap mendukung program berbagi ‘SEJADAH BABE‘.
Sama seperti yang dialami Husen (45 tahun), penjahit keliling saat ditemui di Desa Kedung Pengawas, Babelan. “Kalau dua tahun lalu bisa dapat Rp 100 – Rp 150 ribu, sekarang cuma separuhnya. Nah, jika cuma Rp 50 atau Rp 75 ribu dipotong buat makan siang dan sore, nggak ada yang bisa ditabung. Belum lagi harus beli bensin segala,” curhatnya, terus terang.
Saat masih di dalam Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) RW 025 Kebalen, Babelan – Tim ‘SEJADAH BABE’ menemui ada 5 pekerja yang tengah mengerjakan saluran got. Dua diantaranya bernama Eka (46 tahun) dan Yus (50 tahun) yang langsung menyantapnya saat diberi nasi boks, Jumat (29/10/2021) pagi.
Hj Nur (55 tahun) bersama warga lainnya yang tinggal di Kelurahan Bahagia (Babelan) langsung menyambut baik kehadiran Tim SEJADAH BABE. Mereka langsung tahu tentang adanya program Berbagi Jum’at Berkah. “Oh, ini dari SEJADAH BABE. Terima kasih dan semoga keberkahan didapat para donaturnya,” ucapnya seraya menerima 10 nasi boks.
Seorang pedagang tape, Leman (63 tahun), juga disasar Tim SEJADAH BABE ditengah menunggu para pembeli. Ia bilang sudah ada 20 tahun menjalani pekerjaan sebagai pedagang keliling. “Babe memang asli Babelan sini. Dagang begini, ya rejeki-rejekian. Setiap hari nggak selalu sama. Kalau laris bisa dapat Rp 100 atau Rp 150 ribu. Tapi, seringnya ya antara Rp 50 ribu sampai Rp 75 ribu, keuntungannya,” akunya, polos.
Ketika menyambangi Perumahaan Taman Kebalen, Tim ‘SEJADAH BABE‘ juga menemui para pemulung dan Penyandang Kesejahteraan Sosial (PKS). Sebut saja ada pemulung bernama Ani (48 tahun) dan Sofiah (63 tahun) sebagai Penyandang Kesejahteraan Sosial (PKS).
Langkah gontai Heri (45 tahun), buruh bangunan lepas yang tengah keliling cari job kerja, juga mengusik Tim SEJADAH BABE. Ia mengaku perantau asal Brebes, Jawa Tengah. Dapat kerjaan tak menentu, tapi kadang sesekali dapat borongan. “Upah antara Rp 100 sampai Rp 150 ribu, sekali-kali saya dapetin. Kadang sistem borong, kerja tiga hari dikasih upah sampai Rp 500 ribuan.
Hery (50 tahun) dan Kuswanto (43 tahun), keduanya petugas keamanan di Perumahan Taman Kebalen, mengucapakan rasa terima kasih atas kunjungan Tim ‘SEJADAH BABE‘ yang berbagi nasi boks/aqua botol.
Hari-hari yang dialami mereka, sama juga dialami Rudi (41 tahun) pedagang pisang. Karena beristrikan orang Babelan, ia sudah jarang pulang ke kampung halamannya dulu di Pandeglang, Banten. Sama juga dialami Diki, pedagang perabotan rumahtangga.
Saepul (25 tahun), justru datang dari Jakarta. “Jadi, datang ke Babelan sini, ya memang kepengen ngamen. Seharian kadang dapat Rp 50 atau Rp 100 ribu. Kalau ngamen di Jakarta, sudah banyak saingan.
Begitu pula Yadi (45 tahun), pedagang ikan hias dan mainan anak-anak yang menjajakan dagangannya di Perumahan VGH Kebalen. Pria asli kelahiran Babelan tersebut, mengaku bisa dapat untung Rp 30 sampai Rp 50 ribu/hari sudah bersih.
Seperti biasa, Kamis (28/10/2011) malam Jumat, program ‘SEJADAH BABE‘ juga ikut menyumbang snack pisang bakar bagi pengajian dan baca surah Yasin anak dan remaja di Masjid Jami Al-Ikhlas yang berada di lingkungan RW 025 VGH Kebalen,Babelan, Bekasi. □ RED/AGUS SANTOSA