JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Bersamaan dengan masa pandemi virus Corona atau COVID-19 pada awal tahun 2020 silam, umat Islam di Ibukota Jakarta mendapat ujian besar. Sampai-sampai untuk melaksanakan sholat Taraweh di Masjid Istiqlal harus ditiadakan akibat ancaman dari virus mematikan tersebut. Sedangkan peniadaan sholat Taraweh berlaku dua tahun belakangan sebelumnya, yakni pada Ramadhan 1441 H/Tahun 2020 dan Ramadhan 1442 H/Tahun 2021.
“Kita benar-benar merasa sulit selama 2 tahun. Kita tidak diizinkan untuk sholat Taraweh di sini. Dan, suasana itu diciptakan oleh Yang Maha Kuasa. Karena, wabah virus Corona, datangnya dari Yang Maha Kuasa. Kemudian, Allah Ta’ala juga yang kirim obatnya,” kata H. Marullah Matali Lc M.Ag saat mengisi Ceramah Ramadhan 1443 H, sebelum pelaksanaan sholat Taraweh di malam ke-5 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (6/4/2022) malam kemarin.
Ceramah ulama Muhammadiyah yang kini menduduki jabatan sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta tersebut, menggambarkan kondisi sebelumnya dihadapan ribuan warga Jakarta dan sekitarnya yang hadir dalam pelaksanaan sholat Isya berjamaah serta dilanjutkan sholat Taraweh.
“Di malam yang ke-5 ini, marilah kita lantunkan beberapa juz ayat suci Al-Quran. Agar diri kita mendapatkan rahmat dan keberkahan di bulan suci Ramadhan. Ibaratnya, kita ini sedang kembali ke titik nol. Tapi, kita masih bisa sholat Taraweh segini banyak, ribuan jamaah, ditengah Kota Jakarta,” tutur H. Marullah.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengajak agar kita semua khususnya sebagai umat Islam untuk memakmuran masjid dengan ibadah. Dari masjid-masjid, kumandangkanlah sholawat. “Sebab, dalam sholawat ada 10 kebaikan yang balik kepada kita. Jadi, sholawat 1 kali, tapi bakal dapat 10 kebaikan,” ucap dia.
Digambarkan H. Marullah bahwa saat ini ada kerinduan atau rasa kangen kita untuk beribadah, bisa semudah ini. Meski Jakarta sebagai kota dengan segala fasilitas hiburan, namun sholat Taraweh bisa lebih populer di masyarakat. Dalilnya yang menempel di tempat sujud, itulah yang merasa bersyukur.
“Makanya, marilah kita manfaatkan momentum Ramadhan 1443 H kali ini. Kita semua marasakan. Tidak seperti di tahun lalu dan sebelummya. Kita harus minta izin melaksanakan sholat Taraweh kepada aparat, tapi tidak diizinkan karena ada pandemi,” ulasnya, lagi.
Diharapkan bahwa semangat Ramadhan seyogyanya kembali dihidupkan. Kenapa? Karena, Allah SWT telah membuka pintu keberkahan. Jadi, bagi orang yang rindu harus bersemangat. “Sekarang ini, seolah-olah tangan Allah SWT telah melambaikan kembali kepada kita untuk sholat Taraweh di sini. Bahkan dalam 10 hari Ramadhan, di Jakarta ini kucuran rahmat melimpah kuat. Barang siapa yang menghidupkan Ramadhan, bakal mendapatkan karunia dunia dari Allah SWT,” paparnya, panjang lebar.
Sebagai penutup ceramah Ramadhan, H. Marulllah menyebutkan ada sejumlah perbuatan kita yang terkait ibadah. Jadi, bukan urusan sholat dan puasa saja. Melakukan diskusi untuk urusan masyarakat, juga termasuk ibadah. Apalagi yang ikut memberikan pelayanan untuk pelaksanaan ibadah sholat Taraweh, misalnya. Makanya, orang-orang mukmin, memanfatkan untuk ibadah. Bahkan, pahalanya dilipatgandakan karena memang bentuk ibadah yang murni itu adalah sholat. □ RED/AGUS SANTOSA