BEKASI (POSBERITAKOTA) □ “Kalau orang taqwa, ibadah kita tingkatannya lebih tinggi. Jangan diawal Ramadhan semangat, begitu berakhir, habis pula semangat kita. Sebaiknya, semakin lama justru ibadah kita harus semakin kuat,” ajak Ustadz H. Fitrian Nabil L.c dalam Kajian Subuh Ramadhan, Ahad (17/4/2022) kemarin
Dihadapan puluhan jamaah rutin yang rajin mengikuti majelis talim dan kajian-kajian di Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Kebalen, Babelan, Bekasi – ustadz muda bergelar L.c dari Kairo (Mesir) tersebut, menambahkan bahwa tujuan taqwa itu melakukannya dengan terus-menerus.
Pada bagian lain, Ustadz Nabil juga mengkaji soal makna Ramadhan yang punya arti sangat luas. Salah satunya, ia membahas terkait peringatan Nuzurul Qur’an yang jatuh pada 17 Ramadhan, dimana bertepatan diturunkannya Al-Qur’an. Atas perintah Allah SWT, kemudian dibawa Malaikat Jibril untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW/Rassulullah.
“Nuzurul itu sendiri artinya turun. Nah, siapa yang menurunkannya? Tidak lain adalah Allah SWT, seperti menurunkan kitab-kitab suci sebelumnya. Ada Zabur, Taurat dan Injil. Namun dari ketiga kitab tersebut, diturunkan hanya sekali saja. Tidak sama dengan Al-Quran, yakni diturunkan dengan cara berbeda,” jelasnya.
Lebih jauh Ustadz Nabil melalui kajiannya menyebutkan bahwa Muzizat dari Allah SWT, yakni Al-Qur’an itu ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. “Dan, Muzizat tersebut akan abadi, tidak akan hilang. Sedangkan proses turunnya, sedikit demi sedikit, sesuai dengan kebutuhan. Jadi, turunnya Al-Qur’an itu selain pada bulan Ramadhan, juga pada malam Lailatul Qodar,” paparnya.
Kenapa Al-Qur’an tidak sekaligus saat diturunkan? Hikmahnya, menurut Ustadz Nabil, pertama karena mengagungkan Al-Qur’an itu sendiri. Kitab suci terakhir diberikan kepada Nabi yang terakhir. Sedangkan hikmah kedua, selain berisikan kabar, juga berupa tuntunan hidup bagi umat Nabi Muhammad SAW/Rassulullah sampai akhir zaman nanti. ■ RED/AGUS SANTOSA