JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Setiap jelang pelaksanaan sholat Jumat di Masjid Istiqlal Jakarta, selalu rutin menghadirkan penceramah dalam program ‘Hikmah‘. Untuk mengisi jadwal 9 Rabiul Akhir 1444 H/4 Nopember 2022 M, menghadirkan Ustadz Hendra Sofiyansyah S.Sos yang mengangkat tema berjudul ‘Meraih Kesempurnaan dan Manisnya Keimanan‘.
Saat membuka ceramahnya, Ustadz Hendra Sofiyansah menyampaikan bahwa dalam berbagai atsar dan riwayat banyak diterangkan ciri utama orang yang akan meraih kemanisan dan kesempurnaan iman. Sebagaimana yang terdapat di dalam sabda Rasulullah SAW : “Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha dengan Allah sebagai Rabb-nya dan Islam sebagai agamanya serta (Nabi) Muhammad SAW sebagai Rasulnya.”
Dikisahkan, Al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan : “Barangsiapa yang bersandar kepada baiknya pilihan Allah untuknya, maka dia tidak akan mengangan-angankan sesuatu (selain keadaan yang Allah Ta’ala pilihkan untuknya“. Inilah batasan (sikap) selalu ridha (menerima) semua ketentuan takdir dalam semua keadaan yang Allah Ta’ala berlakukan bagi hamba-NYA.
Adapun, sebut Ustadz Hedra Sofiyansyah, ada pelajaran berharga dan hikmah yang dapat kita petik di antaranya :
Pertama : Bersandarlah dan berserah diri kepada Allah Ta’ala adalah sebaik-baik usaha untuk mendapatkan kebaikan dan kecukupan dari-NYA. Allah SWT berfirman : “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (QS. Ath-Tallaq/65: 3).
Kedua : Ridha dengan segala ketentuan dan pilihan Allah Ta’ala bagi hamba-NYA adalah termasuk bersangka baik kepada-NYA dan ini merupakan sebab utama Allah Ta’ala akan selalu melimpahkan kebaikan dan keutamaan bagi setiap hamba-NYA.
Ketiga : Takdir yang Allah Ta’ala tetapkan bagi hamba-NYA, baik berupa kemiskinan atau kekayaan, sehat atau sakit, kegagalan dalam usaha atau keberhasilan dan lain sebagainya, wajib diyakini bahwa itu semua adalah yang terbaik bagi hamba tersebut.
Keempat : Imam Ibnu Muflih al-Maqdisi berkata, “Dunia (harta) tidaklah dilarang (dicela) pada zatnya, tapi karena (dikhawatirkan) harta itu menghalangi (manusia) untuk mencapai (ridha) Allah Ta’ala, sebagaimana kemiskinan tidaklah dituntut (dipuji) pada zatnya, tapi karena kemiskinan itu (umumnya) tidak menghalangi dan menyibukkan (manusia) dari (beribadah kepada) Allah Ta’ala. Berapa banyak orang kaya yang kekayaannya tidak menyibukkannya dari (beribadah kepada) Allah Ta’ala.
Kelima : Orang yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala adalah orang yang mampu memanfaatkab keadaan yang Allah Ta’ala pilihkan baginya untuk meraih ketaqwaan dan kedekatan di sisi-NYA, maka jika diberi kekayaan dia bersyukur dan jika diberi kemiskinan dia bersabar.
Dalam menutup ceramahnya di program ‘Hikmah‘, Ustadz Hendra Sofiyansyah S.Sos, menyampaikan sabda Rasulullah SAW : “Alangkah mengagumkan keadaan seorang mukmim, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur. Maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya. Dan, sebagaimana diriwayatkab oleh Imam Bukhari dan Imam Musli, Nabi Muhammad SAW bersabda : “Kekayaan itu bukanlah dengan banyaknya harta. Kekayaan sejati adalah kekayaan jiwa“. Seorang ulama mengatakan : “Kekayaan adalah soal rasa dan bukanlah angka.” ■ RED/AGUS SANTOSA