27.2 C
Jakarta
21 November 2024 - 22:09
PosBeritaKota.com
Syiar

Kutbah Jumat di Istiqlal, KH. MUHAMMAD CHOLIL NAFIS Bicara Tentang Menjaga Keseimbangan Diri dengan Muhasabatun Nafs

JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Dalam kutbah Jumatnya di Masjid Istiqlal Jakarta, KH. Muhammad Cholil Nafis L.c MA Ph.d selaku khotib membahas tentang ‘Menjaga Keseimbangan Diri dengan Muhasabatun Nafs. Sebab, menurutnya, di akhir tahun dan menyambut tahun baru nasional jelas menjadi salah satu momentum bagi semua masyarakat untuk ber-musahabah (evaluasi diri).

“Apa itu musahabatun? Yakni bertafakur, merenungi dan mengoreksi semua hal yang telah dilakukan pada hari-hari kemarin dan apa yang mesti direncanakan di tahun depan? Dan, hal itu pula menjadi penting yang tidak boleh ditinggalkan guna memperbaiki amal dan karya di tahun selanjutnya,” ungkapnya membuka kutbahnya dihadapan puluhan ribu jamaah yang memadati masjid kebanggan Indonesia tersebut, Jumat 22 Jumadil Awal 1444 H/16 Desember 2022 M.

Melanjutkan kutbahnya, KH Muhammad Cholil Nafis mengungkapkan bahwa di dalam musahabah (intstropeksi), seseorang sedang mengoreksi dirinya sendiri. Yakni perihal apa saja yang mereka lakukan selama satu tahun. Lantas, mereka juga ‘membaca‘ perbuatan-perbuatan yang dilakukan dalam mengisi hidup setiap harinya.

“Sahabat Umar bin Khattab radhiaallahu anhu, pernah mengingatkan agar kita ber-muhasabalah atas diri kita sendiri, sebelum kita dihisab pada Hari Kiamat kelak. Karena dengan ber-muhasabah tersebut, dapat lebih ringan menghadapi hisab. Untuk itu, beliau berwasiat agar kita bersiap diri dengan amal shaleh,” urainya.

Menurut KH. Muhammad Cholil Nafis ada dua waktu untuk melakukan musahabah. Pertama sebelum melakukan aktifitas dan kedua setelah melakukan aktifitas. Sebelum melaksanakan pekerjaan bahkan saat merencanakan, sebaiknya kita mengetahui semua halnya. Minimal harus sudah terjawab pertanyaan, untuk apakah hal itu dilakukan. Dan, apakah perbuatan itu dapat mengubah diri ke arah yang lebih baik demi mendekatkan diri kepada Allah SWT?

Adapun muhasabah setelah melakukan aktifitas adalah mengadili diri sendiri. Pada saat merenung tentang diri itulah, kita flashback ke belakang untuk meninjau kembali episode kehidupan yang telah lewat. “Dari musahabah akan muncul kesadaran diri. Kemudian, kesadaran diri merupakan titik tolak perubahan mendasar bagi kehidupan manusia,” ucapnya.

Kembali disampaikan bahwa ada dua hal penting yang harus kita intropeksi. Apa itu? Penggunaan waktu yang efektif dan fenomena alam yang banyak musibah. “Kini media sosial jadi godaan paling kuat. Buang-buang waktu sia-sia dan bahkan jadi ladang dosa. Jadi, para ulama dan pahlawan itu hebat bukan karena hidupnya panjang ratusan tahun, tetapi karena pandai memanfaatkan waktu untuk kebaikan umat manusia semasa hidupnya,” kata KH. Muhammad Cholil Nafis, lagi.

Dicontohkan bahwa Imam Syafi’i sebagai pendiri mazhab terus dikenang dan karya-karyanya terus hidup dan dipelajari, hanya umur 54 tahun, yaitu lahir tahun 150 H dan wafat tahun 204 H. Karenanya, betapa pentingnya penggunaan waktu yang efektif, sehingga Allah SWT bersumpah demi waktu.

“Ada empat waktu dan nama surat dalam Al-Qur’an yang dijadikan sumpah oleh Allah SWT. Yang pertama, Allah SWT bersumpah demi waktu Fajar (Al-Fajr). Dalam sumpahnya, Allah SWT memberikan waktu kepada manusia untuk digunakan sebanyak – banyaknya untuk berpikir, merenung dan merencanakan apa yang akan dilakukan selama hidupnya,” telaahnya.

Sedangkan yang kedua, lanjut kutbah KH. Muhammad Cholil Nafis, Allah SWT bersumpah demi waktu Dhuha (Al-Dhuha). Waktu Dhuha diibaratkan sebagai masa muda. Masa ketika manusia berada dalam puncak fisik yang kuat dan kokoh. Sebab, di dalam Surah Ad-Duha yang isinya perintah dari Allah SWT, yakni agar manusia di usia produktifnya berkarya, berkarya dan beramal shaleh.

Selanjutnya yang ketiga, Allah SWT bersumpah demi waktu ‘Ashar (Al-‘Ashr). Dalam surah itu, Allah SWT menegaskan seluruh manusia merugi, bila mereka menyia-nyiakan masa muda. Keempat, Allah SWT bersumpah demi waktu malam (Al-Lail), dimana waktu malam adalah waktu gelap yang disediakan untuk tidur dan istirahat. Dalam kehidupan manusia bagai waktu kematian. Begitulah kematian manusia akan menikmati di alam kubur dan kelak di akhirat masuk surga dengan ridha Allah SWT, karena beramal baik di dunia.

Untuk muhasabah kedua adalah fenomena musibah yang datang silih berganti di beberapa tempat di Indonesia. Sabut saja gempa, longsor dan tsunami. Justru semua itu harus menjadi dasar untuk intropeksi. “Musibah kadang datang untuk memperingatkan kita. Meski musibah sebagai ujian yang diberikan Allah SWT kepada hamba-NYA, disesuaikan dengan tingkat ketaqwaan seorang hamba tersebut,” ungkapnya.

Disampaikan KH. Muhammad Cholil Nafis lebih lanjut bahwa selain sebagai ujian terkadang musibah merupakan teguran dari Allah SWT atas perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang menjurus pada kemaksiatan atau kemungkaran. Bahkan yang lebih mengerikan apabila musibah merupakan suatu adzab yang diberikan Allah SWT kepada hamba-NYA yang maksiat, ingkar dan kufur kepada Allah SWT.

Dalam surat Ar-Rum ayat 44 Allah SWT berfirman yang artinya : “Telah tampak kerusakajln di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Pada bagian akhir kutbahnya, di dalam menutup tahun 2022 dan menyongsong tahun 2023, hendaknya kita untuk terus ber-muhasabah terhadap apa yang telah diperbuat dan resolusi apa yang hendak kita realisasikan. Sebab, lanjutnya, hanya dengan ber-muhasabah yang dapat menjaga keseimbangan diri. Baik dalam kondisi sempit maupun saat lapang kehidupan kita.

Pertama mari bersama-sama kita meningkatan pemahaman terhadap agama Islam dengan mempelajari Al-Qur’an dan Al-Sunah dari guru yang tepat. Kedua, tegakkan shalat. Ketiga keluarkan dzakat, perbanyak infaq dan sedekah. Tentu agar Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah kepada kita serta dijauhkan dari segala mara bahaya dan musibah,” ucap KH. Muhammad Cholil Nafis, menutup kutbah Jum’atnya. ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Ceramah Ramadhan, KYAI MUHAMMAD MAKHTUM : “Jadikan Ibadah Kita Makin Berkualitas & Raihlah Predikat Taqwa”

Redaksi Posberitakota

Khutbah Jum’at di Masjid Istiqlal Jakarta, KH ARIF ZAMHARI Sebut Puasa Membentuk Perilaku Umat

Redaksi Posberitakota

DEMI MENGAJAK SEKALIGUS MENEBAR KEBAIKAN, ‘SEJADAH BABE’ AKAN TERUS KONSISTEN LEWAT PROGRAM BERBAGI KE WARGA BABELAN BEKASI

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang