Khutbah Jumat, KH Abdul Mu’ti Bahas Ketahanan Keluarga Merupakan Basis Kemajuan Umat & Bangsa

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Seperti sudah diketahui bersama bahwa salah satu masalah yang dihadapi masyarakat modern adalah ketahanan dan juga tentang keharmonisan keluarga. Bahkan di banyak negara, justru keluarga mengalami pelemahan. Angka broken home sangat tinggi dan kasus angka perceraian pun di atas 25 persen.

Bukan hanya itu saja. Malah juga di banyak negara maju, sebagian masyarakatnya dari kalangan muda justru memilih tidak berkeluarga. Meskipun ada yang berani berkeluarga, tapi memilih untuk tidak memiliki keturunan (child free). Sebagian karena alasan ekonomi, karir dan falsafah hidup.

Yang pasti kecenderungan sosial tersebut menimbulkan masalah serius yaitu keterputusan generasi.(degeneration) dan bahkanatau hilangnya generasi (lost generation). Banyak negara yang kekurangan jumlah penduduk atau degenerasi nasabiah. Dan, banyak juga bangsa-bangsa yang kehilangan jatidiri atau degenerasi diniyyah.

Demikian rangkuman atau intisari dari materi ceramah yang disampaikan Prof Dr KH Abdul Mu’ti M.Ed selaku khotib sholat Jum’at di Masjid Istiqlal, Jakarta 22 Shafar 1445 H/8 September 2023 M. Tidak kurang dari 30.000-an jamaah dari seluruh Jabodetabek, ikut khusyuk mendengarkan khutbahnya.

Islam mengajarkan tentang pentingnya berkeluarga dan lembaga keluarga agar manusia hidup bahagia, aman, tenang dan damai. Penelitian menunjukkan sebagian besar orang yang berkeluarga, hidupnya lebih bahagia dibandingkan dengan mereka yang tidak berkeluarga. Allah SWT menciptakan manusia hidup berpasangan dengan ikatan pernikahan agar merekasejahtera hidup tenang, bahagia dan sejahtera,” urai KH Abdul Mu’ti.

Dalam firmannya, Allah subhanahu wata’ala:

ومن ءايته، أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل
بينكم مودة ورحمة إن في ذلك لايت لقوم يتفكرون
Artinya: “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antara kamu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir” (QS. Ar-Rum/30 : 21).

Melanjutkan khutbahnya, KH Abdul Mu’ti mengutarakan bahwa berkeluarga adalah sarana untuk membangun umat, masyarakat dan bangsa yang kuat. Keluarga yang bahagia akan melahirkan generasi yang sejahtera. Berkeluarga adalah sarana yang memungkinkan terjadinya proses regenerasi, lahirnya generasi yang melanjutkan perjuangan keluarga dan peradaban yang utama. Hal ini dapat kita pahami dari kisah dan doa Nabi Zakaria alaihi al-salam:
وإني خفت المولى من وراءى وكانت امرأتي عاقرا فهب لي من
لدنك وليا يرثني ويرث من قال يعقوب واجعله رب رضيا –
Artinya: “Sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul. Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu. (Seorang anak) yang akan mewarisi aku dan keluarga Ya’qub serta jadikanlah dia, wahai Tuhanku, seorang yang diridhai” (QS. Maryam /19: 5-6).


Bahkan di dalam ayat yang lain disebutkan:
هنالك دعا زكريا ربه، قال رب هب لي من لدنك ذرية
طيبة إنك سميع الدعاء –

Artinya: “Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa” (QS. Ali Imran/3: 38).

Regenerasi bukanlah sebatas reproduksi dimana keluarga memiliki keturunan, anak, dan cucu. Regenerasi mengandung pesan anak dan cucu yabg berkualitas. Nabi Zakaria berdoa agar diberikan anugerah: dzurriyatan thayyibah. Dalam beberapa kitab tafsir dijelaskan yang dimaksud dengan “dzurriyatan thayyibah” adalah anak yang baik, salih, berkeadaban, berakhlak mulia dan diberkati.

Dzurriyatan thayyibah dapat juga ditafsirkan sebagai “qurrata a’yun” sebagaimana disebutkan di dalam Qur’an Surat Al-Furqan ayat 74 :
والذين يقولون ربنا هب لنا من أزواجنا وذريتنا قرة
أعين واجعلنا للمتقين إماما –

Artinya: Dan, orang-orang yang Wahai berkata, “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Furqan/25: 74).


Qurrata ‘ayun adalah anak-anak yang menyenangkan hati karena taat kepada Allah, berbakti kepada orangtua dan menghormati orang tua dengan penuh rasa cinta.

Dalam Islam, keluarga merupakan lembaga yang memiliki lima fungsi. Fungsi pendidikan, kebudayaan, keagamaan, sosial dan ekonomi. Keluarga adalah rumah dimana semua anggota keluarga berkumpul, berinteraksi, dan hidup bersama. Keluarga adalah tempat dimana anak-anak mengenal nilai-nilai utama, budaya, tata krama, adat istiadat, adab yang luhur dan dasar-dasar agama dari orangtua, ayah, ibu, dan anggota keluarga yang dewasa. Karena itu, agar memiliki keluarga yang bahagia dan ceturunan yang salih dan berkualitas, Al-Qur’an mengingatkan kaum beriman untuk senantiasa menjaga dan mendidik anak-anak dengan ilmu, kesadaran dan keteladanan.

Allah berfirman:
يأيها الذين كفروا لا تعتذروا اليوم إنما تجزون
ما كنتم تعملون –
Artinya: “Wahai orang-orang yang kufur, janganlah kamu mencari-cari alasan pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan (sesuai dengan) apa yang selama ini kamu kerjakan(QS. At-tahrim/66:7).


Rumah dan keluarga dapat menjadi basis utama pendidikan dan penanaman nilai-nilai apabila dihiasi dengan cahaya ibadah shalat dan bacaan shalat. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
نوروا منازلكم بالصلاة وقراءت القرآن
Artinya: “Sinarilah rumah-rumah kajian dengan shalat dan bacaan Al-Qur’an“.

Sejalan dengan Hadits tersebut, diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مثل البيت الذي يذكر الله فيه، والبيت الذي
لا يذكر الله فيه، مثل الحي والميت
Artinya: “Perumpamaan rumah yang dimakmurkan dengan dzikir kepada Allah dan rumah yang tidak dimakmurkan dengan dzikir adalah seperti orang hidup dan mati”.

Menurut KH Abdul Mu’ti bahwa rumah yang didalamnya disebut nama Allah dan dibacakan Al-Qur’an mengandung dua pengertian. Pertama, penghuni rumah, semua anggota keluarga senantiasa menunaikan shalat dan membaca Al-Qur’an. Dengan dzikir dan membaca Al- Qur’an hati menjadi tenang dan tenteram.
الذين ءامنوا وتطمين قلوبهم بذكر الله ألا بذكر
الله تطمئن القلوب

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram” (QS. Ar-Ra’d/13: 28).

Kedua, rumah tangga dan keluarga akan bahagia dan selamat dunia dan akhirat apabila mengikuti, mengamalkan dan mewujudkan ajaran dan nilai-nilai Al-Qur’an.

Ketahanan keluarga adalah kunci kekuatan umat dan bangsa. Kembali kepada firman Allah di dalam Qur’an Surat at-Tahrim ayat 6, yang dimaksud dengan “ahli” tidak hanya terbatas keluarga yang memiliki hubungan nasab, silsilah keluarga, dan kerabat tetapi ahli adalah komunitas, masyarakat dan bahkan bangsa. Keselamatan bangsa ditentukan oleh kebahagiaan dan ketahanan keluarga. © RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, EPISTEMOLOGI MAKRIFAT (2)

Program Hikmah di Masjid Istiqlal Jakarta, UNTUKMU AGAMAMU & Untukku Agamaku

Ceramah Maulid di Masjid Fatahillah Pemprov DKI, USTADZ SOLMED Ajak Jamaah Bertransformasi Diri & Ikuti Teladan Nabi