Khutbah Jumat di Masjid Istiqlal, PROF DR KH AHMAD SATORI ISMAIL Bahas Pola Ma’ruf Nahi Munkar dalam Bingkai Kemajemukan

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Anugerah terbesar Allah subhanahu wata’ala atas kita adalah Dia menjadikan kita umat Islam dan juga dari umat Rasulullah. Umat terbaik yang pernah dihasilkan bagi umat manusia, memerintahkan apa yang baik dan melarang apa yang munkar.

Demikian khutbah pembuka Prof Dr KH Ahmad Satori Ismail selaku khotib dalam pelaksanaan sholat Jum’at bersama 30.000-an lebih jamaah Masjid Istiqlal Jakarta, 15 Dzulqa’dah 1445 H/24 Mei 2024 kemarin.

“Dan, nikmat Allah subhanahu wata’ala yang diberikan kepada kita sangatlah banyak, kita tidak dapat menghitung jumlahnya dan tidak dapat kita mensyukurinya serta sudah menjadi kewajiban kita sehubungan dengan nikmat tersebut untuk berusaha mensyukurinya,” katanya, menambahkan.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَبِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَبِن كَفَرْتُمْ إِنَّ
عَذَابِي لَشَدِيدٌ )
Artinya: “Jika kamu bersyukur, niscaya akan Aku tingkatkan kamu. Tetapi jika kamu kafir, sesungguhnya azab-KU pedih. (QS. Ibrahim: 7).

Selanjutnya, KH Ahmad Satori mengungkapkan bahwa tiada nikmat yang pernah harus disyukuri adalah nikmat Islam dengan cara menjaganya, bertindak sesuai hukum-hukumnya, menyerukan dengan hikmah dan dakwah yang baik serta memerintahkan yang shaleh dan melarang yang mungkar.

“Jika kita merenungkan kondisi umat Islam saat ini dan kondisi negara-negara Islam, kita akan menemukan sesuatu yang membuat kita menitikkan air mata dan lemahnya agama Islam ditengah masyarakat modern serta ketidakberdayaan umat Islam sebagai bangsa yang lemah dan menjadi target bangsa lain,” ungkapnya, lagi.

Namun sebaliknya, lanjut KH Ahmad Satori, kaum muslimin didatangkan musibah atas perbuatan mereka sendiri, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
وَمَا أَصَبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ
Artinya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka itu disebabkan oleh usaha tanganmu sendiri, dan mereka banyak dimaafkan” (QS. asy-Syura : 30).

Masih dalam lanjutan khutbahnya, KH Ahmad Satori, mengutarakan bahwa diantara kelalaian terbesar umat Islam pada masa ini: melalaikan kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar, yang berujung pada kelalaian dalam banyak urusan agama. Dengan kelalaian umat Islam dalam aspek amar ma’ruf, lama kelamaan banyak orang yang mengabaikan kebaikan sedikit demi sedikit, maka perintah itu mulai meninggalkan hal-hal yang bersifat sukarela dan diinginkan, dan diakhiri dengan meninggalkan kewajiban dan kewajiban. Selain lalai dalam mencela kejahatan, banyak orang mulai sedikit demi sedikit melakukan hal-hal keji, dan akhirnya terjerumus ke dalam perbuatan maksiat dan kekejian.

Pada hari ini, sebut KH Ahmad Satori lebih lanjut, bakal membahas secara singkat manfaat besar yang diperoleh individu dan masyarakat yang melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, antara lain sebagai berikut:

1. Sebab kebaikan umat Allah subhanahu wata’ala telah menjadikan umat ini, umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai bangsa terbaik yang dimunculkan bagi umat manusia, dan Dia menyebutkan di antara alasan-alasan kebaikan ini adalah mereka memerintahkan apa yang shaleh dan melarang apa yang munkar, seperti dalam firman-NYA, Maha Suci Dia Yang Maha Tinggi:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Artinya: “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, yang memerintahkan kepada yang makmur dan melarang yang munkar dan kalian beriman kepada Allah“. (QS. Ali Imran: 110).

Mujahid berkata: “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia”. (QS. Ali Imran: 110) sesuai dengan syarat yang disebutkan dalam ayat tersebut.

Syarat-syarat yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah: memerintahkan yang shaleh dan melarang yang mungkar serta beriman kepada Allah SWT. Barangsiapa di antara umat ini yang mempunyai sifat-sifat tersebut, maka ia akan ikut memuji dan memujinya, sebagaimana yang dikatakan oleh Qatada: Kami telah mendengar bahwa Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu ketika ia sedang menunaikan ibadah haji, ia melihat bahwa orang-orang cepat untuk menunaikan ibadah haji, maka ia membacakan ayat ini: “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia” (QS. Ali Imran: 110).

Kemudian beliau bersabda: “Barangsiapa yang berkenan untuk menjadi kaum terbaik, hendaklah ia memenuhi syarat-syarat Allah SWT untuk itu?” Menjauhkan diri dari kejahatan yang mereka lakukan.” (QS. al-Ma’idah: 79) ayat tersebut.

Sedangkan yang meneguhkan bahwa amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan alasan kebaikan adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Durrat binti Abi Lahab, yang berkata: Seorang laki-laki berdiri menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika dia berada di atas mimbar, dan berkata:


يا رسول الله ! أيُّ الناس خير ؟ قال: (خير الناس أقرؤهم وأتقاهم الله،
وآمرهم بالمعروف، وأنهاهم عن المنكر، وأوصلهم للرحم).
Artinya : Wahai Rasulullah! Orang mana yang paling baik? Beliau bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik bacaan Qurannya, dan paling bertaqwa, yang mengajak kebaikan, melarang keburukan dan menyambung silaturrahim”

2. Sebab kebahagiaan Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنكَرِ وَأَوَلَتَبِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya: “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran : 104).

Dijabarkan KH Ahmad Satori lagi  bahwa bukses adalah meraih apa yang dikehendaki, dan lepas dari apa yang ditakutkan. Sukses di dunia, dan sukses di akhirat, dengan kehidupan yang baik, termasuk rezeki yang melimpah, kesehatan jasmani, dan keamanan di dunia dan Tanah Air, kesalehan bagi keluarga dan anak, dan masih banyak aspek kehidupan baik lainnya. Di atas semua itu adalah keberhasilan di akhirat dengan mendapatkan surga seluas langit dan bumi, keridhaan Allah SWT, kenikmatan memandang wajah mulia-NYA dan dengan itu keselamatan dari siksa pedih. Betapa besar keutamaan yang diperoleh seseorang dengan amar ma’ruf dan nahi munkar.

3. Amar ma’ruf dan nahi munkar sebagai sebab keselamatan dari kehancuran masyarakat hanya akan binasa dan patut mendapat hukuman, jika korupsi semakin meningkat di dalamnya, dan para hamba menjadi dzalim, dan tidak ada orang-orang yang mengajak kepada kebaikan dan melarang munkar (amar makruf dan nahi munkar) adalah sebab keselamatan masyarakat dari kehancuran yang mungkin menimpanya karena dosa-dosa yang dilakukannya, dan melanggar batas-batas Allah Yang Maha Kuasa dengan melakukan dosa, seperti melakukan hal-hal terlarang dan meninggalkan kewajiban.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan contoh yang luar biasa tentang hal ini ketika beliau bersabda:
مثل القائم على حدود الله والواقع فيها كمثل قوم استهموا على سفينة
فأصاب بعضهم ، أعلاها، وبعضهم أسفلها، فكان الذين في أسفلها إذا استقوا
من الماء مروا على من فوقهم فقالوا: لو أنا خرقنا في نصيبنا خرقا، ولم نؤذ
من فوقنا. فإن يتركوهم وما أرادوا هلكوا جميعا، وإن أخذوا على أيديهم
نجوا ونجوا جميعا؛ رواه البخاري)

Artinya: “Perumpamaan orang yang mentaati batasan-batasan Allah dan orang – orang terjerumus ke dalamnya, ibarat suatu kaum yang mengambil undian di kapal, lalu sebagiannya mendapat bagian tempat di atas, dan sebagian lagi mendapat bagian bawahnya, maka apabila orang-orang yang di bawahnya mengambil air, maka mereka melewati orang-orang yang berada diatas mereka. Lalu mereka berkata: kalau seandainya kami melobangi kapal dari bawah untuk mendapat air, sehingga kami tidak mengganggu yang di atas, bila tidak ada yang melarang maka mereka akan tenggelam bersama, tetapi bila ada yang melarang untuk melubangi kapal, maka mereka akan diselamatkan”. (HR. Bukhari).

4. Amar ma’ruf dan nahi munkar sebab mendapat pahala yang banyak.

Karena karunia Allah subhanahu wata’ala, Dia menjadikan amalan besar ini sebagai alasan bagi seseorang untuk memperoleh pahala atas amal ibadah yang tidak dilakukannya. Maka barangsiapa yang memerintahkan shalat, misalnya, maka ia akan mendapat pahala yang sama dari siapa yang mengajaknya, dan barangsiapa yang memerintahkan sedekah, puasa, haji, atau ketaatan lainnya, baik yang wajib maupun yang diinginkan, maka pahalanya sama dengan pahala orang yang mengajaknya sebagaimana yang.diberitahukan kepada kita oleh orang-orang yang benar dan dapat dipercaya semoga Allah subhanahu wata’ala dan shalawat besertanya – ketika beliau bersabda:
من دعا إلى هدى كان له من الأجر مثل أجور من تبعه لا ينقص ذلك من
أجورهم شيئا ومن دعا إلى ضلالة كان عليه من الإثم مثل آثام من تبعه لا
ينقص ذلك من آثامهم شيئا ؛ (مسلم)، وكذلك في قوله: (من دل على خير
فله مثل أجر فاعله)؛ (مسلم)

Artinya : “Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk, maka dialah yang mendapat pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka di dunia). Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dosanya
sama dengan dosanya. Barangsiapa yang mengikutinya, maka dosanya tidak berkurang sedikitpun(HR. Muslim).

Juga dalam sabdanya:
Artinya : “Barangsiapa yang memberi petunjuk kepada kebaikan, maka baginya pahala yang sama dengan pelakunya (HR. Muslim).

Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Masyarakat Majemuk
Unsur amar marufdan nahi munkar di masyarakat majemuk:
Quraniyatul khithob (Bersendi dan bersumber Al-Quran)
Umumiiyat wa Syumuliyyat al-khithob (Universalitas dan
komprehensivitas dakwah)
• Zamaniyah dan makaniyah
• Maqshadiyyatul khithob
• Ma’rufiyyatul khithob
1.Quraniyyatul khithob
a). Aspek obyek dan permasalahan:
• Wala’ dan baro’
• Menyatukan kelompok-2 umat
• Masalah sosial secara umum: sistem hubungan sosial, amar ma’ruf dan nahi munkar, taawun dan takaful.
• Masalah wanita: Kedudukan wanita, perlindungan terhadap wanita,
b). Aspek bentuk dan model:
• Quraniyyatul khitob fil ahkam: bil-hikmah, taysir, mau’idzoh hasanah.

Artinya : “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka dialah yang mendapat pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka di dunia. Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dosanya sama dengan dosanya. Barang siapa yang.mengikutinya, maka dosanya tidak berkurang sedikitpun” (HR.Muslim).

Juga dalam sabdanya:
Artinya : “Barangsiapa yang memberi petunjuk kepada kebaikan, maka baginya pahala yang sama.dengan pelakunya’ (HR. Muslim).

Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Masyarakat Majemuk

Unsur amar marufdan nahi munkar di masyarakat majemuk:

• Quraniyatul khithob (Bersendi dan bersumber Al-Quran)

• Umumiiyat wa Syumuliyyat al-khithob (Universalitas dan
komprehensivitas dakwah)
• Zamaniyah dan makaniyah
• Maqshadiyyatul khithob
• Ma’rufiyyatul khithob

1.Quraniyyatul khithob

a). Aspek obyek dan permasalahan:
• Wala’ dan baro’
• Menyatukan kelompok-2 umat
• Masalah sosial secara umum: sistem hubungan sosial, amar ma’ruf dan nahi munkar, taawun dan takaful.
•Masalah wanita: Kedudukan wanita, perlindungan terhadap wanita.

b) Aspek bentuk dan model:
• Quraniyyatul khitob fil ahkam bil-hikmah, taysir, mau’idzoh hasanah.

• Quraniyyatul khitob fil istilah: menggunakan istilah dalam bahasa Arab atau Bahasa Indonesia yang mudah dicerna.
2. Umumiyah wa syumuliyyah al khithob Makna dien komprehensif : al hisab wal jaza’ (Fatihah: 4), kebangkitan (Hijr: 35) ibadah (Zumar: 11), i’tiqod (Baqarah: 256), du’a (A’raf :29), Islam(Ali Imran: 19), syariah (Syuro: 21) madzhab dan pemikiran (Taubah: 33), dakwah.(mumtahanah: 8), pemerintahan dan politik (Yusuf: 40) Undang – undang (An Nur 2), jamaah (Al-mariq minaddin at-taarik lil jama’ah/muslim), nasihat (ad-diinu an-nashihah). Dari aspek maudlu’at/objek aspek para du’atnya, aspek mad’unya, aspek tempat dan aspek zaman/waktu.
3. Zamaniyah dan makaniyah Khitob dakwah hrs disesuaikan dengan situasi dan kondisi Al- Qur’an diturunkan sesuai dengan asbabunnuzul agar para da’l.memahami fase dan realita yang dihadapi
4. Maqshodiyyatul khitob                 dakwah Para da’i harus mengarahkan khitob dakwahnya, dan merencanakannya sesuai dengan sasaran dan tujua yang ingin dicapainya. Langkah-langkahnya:
Menetapkan sasaran umum dan sasaran sementara
Menyusun prioritas dalam amar ma’ruf dan nahi munkar
5. Ma’rufiyyatul Khitob
Dari aspek khitob:
• Berbicara sesuai dengan apa yang diketahui manusia,
• sesuai dengan taraf intelektualitas mereka.
•Menjauhi kefasihan yang dibuat-buat.
Dari aspek da’i :
•jenis kelamin yang pas untuk dakwah
• dikenal baik prilakunya
• dikenal baik lisannya. © RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, EPISTEMOLOGI MAKRIFAT (2)

Program Hikmah di Masjid Istiqlal Jakarta, UNTUKMU AGAMAMU & Untukku Agamaku

Ceramah Maulid di Masjid Fatahillah Pemprov DKI, USTADZ SOLMED Ajak Jamaah Bertransformasi Diri & Ikuti Teladan Nabi