25.2 C
Jakarta
22 November 2024 - 07:33
PosBeritaKota.com
Megapolitan

Ajak Kemenkes RI, PEMPROV DKI Bakal Luncurkan Program Pelepasan Nyamuk Aedes Aegypti Ber – Wolbachia untuk Kendalikan DBD

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Dengan mengajak peran serta Kemenkes RI, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bakal meluncurkan program pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di wilayah Jakarta Barat.

Sedangkan acara peluncuran itu nanti akan dilaksanakan pada Jumat, 4 Oktober 2024 mendatang, bertempat di RW 07 Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Juga sebagai langkah inovatif dalam upaya pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di DKI Jakarta.

Dalam acara peluncuran tersebut, Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta dengan mengundang Kemenkes RI dan peneliti Wolbachia yang berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar kegiatan media briefing ‘Program Implementasi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia di Jakarta’, Rabu (25/9/2024).

Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, menjelaskan bahwa  salah satu strategi terbaru dan ramah lingkungan sebagai pelengkap program utama Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus untuk mengurangi penularan DBD adalah dengan menggunakan bakteri alami Wolbachia. Bakteri ini menghambat infeksi virus Dengue, sehingga dapat menurunkan risiko penularan penyakit tersebut di masyarakat.

“Tentu kami akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang metode Wolbachia dan penerapannya. Selain itu, kami juga mengajak masyarakat mendukung program ini dengan berpartisipasi aktif sebagai Orang Tua Asuh (OTA) yang akan dititipkan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia. Tentu ada pendampingan dari kami agar masyarakat memahami cara-cara perkembangbiakan jentik dan memantau keberhasilannya,” paparnya.

Ditambahkan Ani perihal monitoring dan evaluasi akan dilakukan setiap 6 minggu untuk memantau keberhasilan program ini. Targetnya, pada 2025, program pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dapat dilaksanakan di seluruh kecamatan di Jakarta Barat dan mencapai indikator keberhasilan, yaitu populasi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia lebih dari 60 persen.

Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan RI, Anas Ma’ruf, mengutarakan bahwa  Kementerian Kesehatan menerapkan inovasi teknologi Wolbachia untuk menurunkan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Teknologi Wolbachia merupakan salah satu inovasi dan bagian dari strategi pengendalian yang tertuang dalam Stranas (Strategi Nasional) Pengendalian Dengue.

“Untuk dino Jakarta Barat menjadi salah satu area yang diprioritaskan untuk penerapan teknologi ini, mengingat tingginya angka kejadian DBD di wilayah tersebut. Implementasi di Kota Jakarta Barat belum pernah dilakukan dan baru akan mulai dilakukan dalam waktu dekat,” ucap Anas.

Namun sebagai implementasi awal, penerapan teknologi ini juga dilakukan di empat kota lain, yakni Kota Semarang, Kota Bontang, Kota Bandung, dan Kota Kupang, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue. Kendati demikian, Anas menegaskan, keberadaan inovasi teknologi Wolbachia tidak serta merta menghilangkan metode pencegahan dan pengendalian dengue yang telah ada di Indonesia.

“Oleh karenanya, kami tetap menghimbau masyarakat agar terus melakukan gerakan 3M Plus. Seperti Menguras, Menutup dan Mendaur ulang barang atau wadah yang dapat menjadi sarang nyamuk, serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan,” ujar Anas, lagi.

Pada bagian lain salah satu peneliti Wolbachia yang juga Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andoro Ahmad, menjelaskan bahwa bakteri Wolbachia merupakan bakteri yang ditemukan secara umum pada sekitar 60% serangga di dunia, seperti lalat buah, kupu-kupu, lebah, capung, dan lainnya.

Nyamuk Aedes aegypti secara alami tidak mempunyai bakteri Wolbachia di dalam tubuhnya. Inovasi teknologi ini dilakukan dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam tubuh nyamuk melalui ribuan kali percobaan mikro-injeksi pada telur nyamuk Aedes aegypti sampai akhirnya berhasil dan diperoleh nyamuk Aedes aegypti yang dalam tubuhnya mengandung bakteri Wolbachia.

“Pada perkembangbiakan selanjutnya dilakukan melalui pewarisan Wolbachia dari induk betina nyamuk Aedes aegypti kepada keturunannya. Sehingga, dapat dijelaskan bahwa nyamuk Wolbachia sebenarnya adalah nyamuk Aedes aegypti yang dalam tubuhnya sudah terdapat bakteri Wolbachia yang dikembangbiakkan dari generasi ke generasi. Tidak ada rekayasa genetik dalam teknologi ini, karena secara fisik tidak ada perubahan bentuk maupun sifat dari nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dengan nyamuk Aedes aegypti tanpa Wolbachia,” urainya.

Riris menambahkan bahwa selain di Indonesia, pemanfaatan teknologi Wolbachia juga telah dilakukan di negara lain, seperti Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuathu, Mexico, Kiribathi, New Caledonia, dan Sri Lanka. Hasilnya pun terbukti efektif untuk pencegahan Dengue.

“Dalam program pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia ini telah diuji coba di beberapa wilayah Indonesia dan dunia dengan hasil yang positif dalam mengurangi jumlah kasus DBD. Dalam salah satu penelitian di Yogyakarta, didapatkan hasil bahwa teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia mampu menurunkan angka kesakitan akibat DBD sebesar 77% dan menurunkan angka perawatan rumah sakit akibat DBD sebesar 86%,” ungkap Riris.

Teknologi Wolbachia untuk pengendalian Dengue telah direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021. Setelah dihasilkan bukti-bukti yang kuat, disertai dengan analisis risiko di Indonesia dan rekomendasi WHO, maka dilakukan tahap implementasi secara bertahap, termasuk di wilayah Jakarta.

DBD masih menjadi salah satu ancaman kesehatan serius di Jakarta dan berbagai daerah lainnya di Indonesia, terutama selama musim hujan. Hingga September 2024, tercatat sebanyak 12.107 kasus DBD ditemui di DKI Jakarta.

Rencananya, kegiatan peluncuran teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia ini akan dibuka oleh Penjabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan wilayah, perwakilan Kemenkes RI, organisasi kesehatan, media dan masyarakat. Dalam acara tersebut, akan dijelaskan mekanisme pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia, keunggulan teknologi ini dalam pengendalian DBD, serta rencana perluasan program ke wilayah lainnya di Jakarta Barat. © RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Dibuka 12 Juni hingga 14 Juli, JAKARTA FAIR KEMAYORAN 2024 Hadir dengan Nuansa Baru & Konten Acara Menarik

Redaksi Posberitakota

Demi Sukseskan Pilkada 2024, POLDA METRO JAYA Gelar Program ‘Satu Mengaji Bersama Polisi’

Redaksi Posberitakota

Dimulai Pukul 05.00 WIB, PEMPROV DKI Harap Event ‘LPS Monas Half Marathon 2023’ Bisa Jalan Terus di Jakarta

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang