Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, MAKNA ESOTERIS Kumandang Adzan

OLEH : PROF DR KH NASARUDDIN UMAR MA

ADZAN secara harfiah berarti memanggil, mengajak, mengingatkan. Menurut ulama fikih, adzan ialah lafaz-lafaz tertentu yang digunakan untuk mengingatkan dan mengajak orang-orang untuk melaksanakan shalat.

Dalam pandangan batin, adzan adalah panggilan suci yang mengajak setiap orang untuk menghadirkan suasana batinnya, mengingat Allah Zat Yang Maha Agung. Suara-suara adzan adalah panggilan atau “suara akhirat” bagi mereka yang hanyut dan fana dengan kehidupannya yang serba duniawi.

Adzan adalah panggilan sakral, kerinduan seorang manusia kepada Tuhannya. Pada saat bersamaan, adzan merupakan panggilan orang mukmin untuk menziarahi rumah Tuhan (masjid, mushala, langgar dan surau).

Adzan adalah seruan dan undangan untuk seorang mukmin untuk menjalani isra’ dan mi’raj menjumpai dan pada saatnya menyatu dengan Tuhannya. Lebih jauh, menurut ulama tasawuf, suara adzan dan jawaban yang mendengarnya memperbaharui ikrar dan keimanan seseorang.

Secara fikih, setiap lafaz adzan wajib dijawab oleh para pendengarnya yang mukmin karena Allah subhanahu wata’ala selalu menjawab permohonan hamba-NYA. Jawabannya ialah pada umumnya pengulangan terhadap lafaz-lafaz adzan itu sendiri kecuali beberapa lafaz yang berbeda, yaitu lafaz “hayy ‘alas shalah” dan “hayy ‘alal falah” dijawab dengan “wala haula wala quwwata illa billah” dan
“as-shalatukhairun minan naum” saat subuh hari dijawab dengan “shadaqta wa barakta wa ana minas syahidin”.

Sesudah adzan dikumandangkan dilanjut dengan doa adzan sebagaimana yang sudah kita hafal. Doa sesudah adzan tersebut intinya untuk mengingatkan kelemahan kita sebagai hamba dan keagungan Allah subhanahu wata’ala yang wajib disembah. Tiada penyelamatan tanpa penyembahan.

Selain untuk melembutkan jiwa yang kasar, membersihkan hati yang kotor, dan meluruskan pikiran yang bengkok, suara-suara adzan juga diharapkan dapat menurunkan gelombang otak kita dari beta ke alfa atau mungkin ke gelombang yang lebih rendah, yaitu teta. Penurunan gelombang energi otak bisa membantu seseorang untuk lebih tenang dan lebih khusyuk di dalam shalat.

Keutamaan adzan dan iqamah banyak dijelaskan di dalam hadits Nabi. Di antaranya, “Seandainya orang tahu keutamaan adzan maka semua orang pasti berlomba-lomba menjadi muadzin” (Hadits).

“Shalat yang diawali dengan adzan dan iqamah akan ikut dihadiri para malaikat dua shaf, kalau hanya iqamah diikuti hanya satu shaf malaikat” (Hadits). “Orang yang menjadi muadzin selama tujuh tahun, datang di hari kiamat tanpa dosa” (Hadits).

“Para malaikat yang mendengarkan suara muadzin mengatakan ini suara-suara umat Nabi Muhammad SAW dengan penuh keyakinan terhadap Tuhannya lalu mereka serentak mendoakan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam” (Hadits)

Keutamaan adzan akan menjadi lebih sempurna jika diiringi dengan iqamah dengan segala ketentuannya. Seperti halnya dengan adzan, iqamah juga memiliki persyaratan (akan dijelaskan dalam artikel mendatang). Iqamah lebih pendek dan lebih praktis dibandingkan adzan.

Idealnya sebelum shalat dilakukan adzan lalu diikuti dengan iqamah sebagai isyarat shalat akan dimulai. Jika seorang sudah adzan dalam suatu tempat, tidak perlu lagi shalat diawali dengan adzan bagi orang yang baru mau melaksanakan shalat. Mereka dianggap cukup dengan iqamah saja, tidak perlu lagi adzan. ® (Bersambung/goes)

Related posts

Ada Penjelasan Tentang Kisah-kisah Terdahulu, CENDEKIAWAN MUSLIM INDONESIA BAMBANG SAPUTRA Sebut Dasar Mengucapkan Selamat Natal dalam Islam

Beginilah Kisahnya, MAKNA DI BALIK POHON TERANG NATAL dalam Al-Qur’an

Jadi Agenda Besar pada Penghujung Tahun 2024, LPQQ INDONESIA Siap Wisuda 10.000 Santri di Masjid Istiqlal Jakarta