BEKASI (POSBERITAKOTA) – Ramadhan seperti yang dikatakan para ulama bahwa Ramadhan adalah ‘madrasah‘. Dimana sebagai tempat pendidikan kita yang tidak selamanya berada di situ. Pasti akan ada masanya selesai. Yang kemudian bisa disebut sebagai ‘kelulusan‘.
Esensi materi Khutbah Jumat di atas yang mengangkat tema : ‘Tanda Mukmin Lulus dari Madrasah Ramadhan‘ tersebut, disampaikan Ustadz Saeful Aziz, dihadapan ratusan jamaah yang memadati Masjid Jami Abubakar As-Shiddiq RW 024 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Gerbang Timur, Kebalen, Babelan, Bekasi, Jumat (28/3/2025).
“Namun yang diharapkan oleh Allah SWT di bulan suci Ramadhan ini, yakni kita bisa berhasil atau lulus atas tarbiyah. Pendidikan dan pembelajaran setelahnya, dapat membuahkan hasil. Jadi yang perlu kita tanyakan pada diri kita sendiri adalah bagaimana kita setelah Ramadhan?” Begitu Ustadz Saeful Aziz menekankan dalam khutbah singkatnya.
Selanjutnya, dikatakan Ustadz Saeful Aziz, apakah yang sholatnya rajin ke masjid di bulan Ramadhan, bakal tetap ke masjid di luar Ramadhan? Atau, apakah Al-Qur’an yang dibaca ketika Ramadhan bakal terus dibaca setelah Ramadhan?”
Begitu pula, apakah sedekah dan semua kebaikan-kebaikan yang dilakukan di bulan Ramadhan, juga akan tetap istiqomah dilakukan di luar Ramadhan?
Kalau cuma ada di bulan Ramadhan saja, maka kita belum lulus atas pendidikan Ramadhan,” urainya, lagi.
Masih dalam Khutbah Jumat-nya, Ustadz Saeful Aziz menyebutkan bahwa yang seharusnya mendapatkan ijazah madrasah Ramadhan, yaitu orang yang bertaqwa “Sebab, tujuan dari puasa, bukanlah hanya sekedar menahan rasa lapar dan haus saja. Tapi, lebih dari itu adalah nantinya bisa membentuk pribadi Muslim yang tambah lebih bertaqwa,” jabarnya.
Hal itu seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran Surat Al Baqarah ayat 183.
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَYang Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah: 18.
Namun, menurut Ustadz Saeful Aziz, agar sifat taqwa itu terus terjaga setelah Ramadhan, maka seorang Muslim harus tetap taat seperti saat Ramadhan. Bahkan saat Syawal, dia juga akan terus meningkatkan amal ibadahnya. Minimal setelah Ramadhan berlalu, dia tetap istiqomah beribadah.
Selain yang wajib, juga yang sunnah akan terus dikerjakan, karena itulah tanda pribadi yang bertaqwa.
Ustadz Saeful Aziz pun, menukil apa yang dikatakan Sayyidina Ali Bin Abi Tholib. Dimana ada 4 yang menjadi ciri orang yang bertaqwa.
Yang Pertama الخوف من الجليل
Al-Khaufu minal-Jalil, merasa takut kepada Allah SWT yang mempunyai sifat Maha Agung.
Mengapa selama berpuasa, kita tidak mau berbuka. Padahal, kita bisa melakukannya di kamar, di dapur atau sembunyi-sembunyi, di manapun bisa?
“Karena kita tahu ada Allah Yang Maha Melihat dan yang selalu mengawasi kita. Rasa takut kepada Allah SWT inilah cikal bakal taqwa. Inilah hikmah terbesarnya. Merasa selalu diawasi oleh Allah SWT dan merasa disaksikan oleh Allah SWT.
وهو معكم أين ما كنتم. والله بما تعملون بصير
Al Hadid ayat 4 : “Dan, Dia lah Allah yang selalu bersamamu, dimanapun engkau berada dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat”.
“Andaikata keyakinan ini selalu ada pada kita, maka luar biasa sekali sekalian. Kita juga akan menjadi sangat sulit berbuat dosa dan maksiat, dimanapun kita berada. Kenapa? Karena yakin Allah SWT melihat kita. Dan, kita juga akan khusyuk dalam ibadah, karena yakin ibadah ini disaksikan Allah SWT. Selain kita pun akan ikhlas dalam beramal, karena tidak perlu penilaian siapa pun, tapi cukup penilaian Allah SWT. .
وكفى بالله شهيدا
Al Fath 28 : “Cukuplah Allah yang menjadi saksi”.
“Bahkan, kita pun akan tenang dalam keadaan apapun. Karena kita yakin Allah SWT tahu keadaan kita. Tahu semua kesulitan, semua situasi yang sedang kita hadapi. Allah Maha Adil sehingga kalau ada yang berbuat buruk kepada kita, tak perlu kita membalasnya. Karena, pasti Allah SWT yang akan membalasnya. Begitu pula kalau kita berbuat baik, pasti Allah SWT juga yang akan memberikan balasannya sekecil apapun,” ucap Ustadz Saeful Aziz, menambahkan.
فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره ومن يعمل مثقال ذرة شرا يره
(Al Zalzalah 7-8) : “Dan, dalam agama inilah yg disebut Ihsan. Tingkatan yang tinggi dalam rukun agama”.
أن تعبد الله كأنك تراه، فإن لم تكن تراه فإنه يراك،
رواية صحيح مسلم، وفي رواية في مسند أحمدSedangkan Ihsan yaitu: “Engkau beribadah kepada Allah, seperti engkau melihat-NYA. . Jika engkau tidak melihat-NYA, maka sesungguhnya Dia melihat.
Yang Kedua : Al-‘Amalu bi At-Tanzil, beramal dengan apa yang diwahyukan oleh Allah SWT melalui Rosul-NYA. Sedangkan ciri orang bertaqwa itu seperti disebutkan dalam Al Baqarah 3-4
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۙ
Artinya: “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib. Yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ Dan, mereka yang beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad SAW) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat.
Yang ketiga, Al-Qona’atu aw Ridha bil-Qolil, merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah SWT, meskipun hanya sedikit. Merasa Allah Maha Adil Maha Memberi Rezeki. Tidak satu makhluk pun di atas muka bumi ini yang tidak diberi rizki.
Yang keempat yakni tentang ciri orang bertaqwa. Al-Isti`dad liyaumir-Rohil, yaitu senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian dan kembali menghadap Allah SWT.
“Tentunya dengan empat sifat atau ciri tersebut, maka orang yang bertaqwa akan senantiasa menjaga dirinya dari perbuatan – perbuatan maksiat dan dosa. Dia juga tidak akan mudah tergoda dengan godaan maksiat, kendati dirinya dalam keadaan kekurangan,” lanjut Ustadz Saeful Aziz.
Melanjutkan Khutbah Jumat-nya, dimana pun berada, dia tidak takut pada apapun. Dia hanya takut kepada Allah SWT. “Saat di kantor, di pasar, di perusahan atau dimana pun, dia selalu merasa diawasi oleh Allah SWT”.
Oleh karena itulah, dia tidak akan mudah melakukan perbuatan maksiat. “Jika dia sampai melakukannya, berarti dia sudah tidak takut lagi kepada Allah SWT. Dia pun berarti termasuk orang-orang yang dzalim, bukan lagi orang yang taqwa,” tegasnya seraya menutup Khutbah Jumat dengan menyebutkan bahwa ciri orang bertaqwa menurut Sayyidina Ali r.a. © RED/AGUS SANTOSA