25.2 C
Jakarta
22 November 2024 - 06:47
PosBeritaKota.com
Megapolitan

NYARIS TAK ADA YANG BERANI BEROPERASI, ‘KAWASAN MABES’ TANPA DUNIA HIBURAN BAGAI KOTA MATI

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Sudah hampir satu setengah tahun lamanya, denyut kehidupan di kawasan Mangga Besar (Mabes), Jakarta Barat, bagai kota mati. Pasalnya, hampir seluruh tempat hiburan harus tutup total. Situasi pandemi COVID-19 hampir tidak bisa dikompromi. Bikin sarana hiburan yang ada nyaris kolaps.

Betapa tidak! Diskotek, rumah karaoke, pub dan singing hall serta panti pijat maupun rumah bilyar – tak ada yang berani buka. Apalagi saat ini tengah ada aturan PPKM Darurat hingga diperpanjang PPKM Level 4. Jangan coba-coba berani buka, bisa-bisa pengusaha hiburan terkena pidana.

Pemandangan sosok-sosok wanita muda dengan dandanan seksi, kini tak ada lagi. Kawasan Lokasari yang jadi pusat sejumlah tempat hiburan, nyaris tak ada lagi keramaian. Kalau ada kegiatan di situ, hanya sejumlah pedagang makanan ringan.

“Kalau malam-malam libur, Sabtu dan Minggu saja, sudah jarang ada penumpang. Nggak seperti biasa, saat belum ada pandemi COVID-19, masih banyak warga mondar-mandir,” tutur Suratno, supir bajay, biasa mangkal di dekat pintu gerbang Lokasari, Mangga Besar, Jakarta Barat.

Hampir satu setengah tahun belakangan, dunia hiburan malam, sudah tak berdenyut lagi. Kalaupun masih sedikit ada keramaian, kata pria asal Tegal tersebut, cuma dari kalangan pedagang pinggir jalan. Jadi, situasinya sudah benar-benar payah.

Hal senada juga diungkapkan para ojek online. Sejak sebulan belakangan, kata mereka, dalam seharian paling banyak bisa bawa 2 atau 3 penumpang. Jika mall-mall dan tempat hiburan ditutup, otomatis jarang ada orang keluar rumah.

“Diskotek PS saja sudah berbulan-bulan tutup. Apalagi sekarang, mall yang ada di Lokasari juga nggak beroperasi. Jadi, hampir tiap malam sudah nggak ramai lagi,” curhat Endang, pengojek online yang biasa mangkal di Lokasari, Mangga Besar, Jakarta Barat.

Tempat hiburan live dangdut yang ada di Jalan Raya Mangga Besar CMC pun kolaps. Hal itu disebabkan karena tidak berani beroperasi. Kalaupun pernah buka beberapa bulan silam, tapi tak ada pengunjung. Pengusahanya pun tak mau hanya keluar biaya operasional, tapi nyaris tak ada pemasukan.

Penyanyi dangdut yang bernama Sri mengaku sudah mencoba menghubungi sejumlah relasinya. “Tapi, mereka tetap nggak mau pada datang. Lagi-lagi dengan alasan karena takut sama virus Corona,” ucapnya.

Sejumlah LC yang biasa kerja tetap atau sebagai freelancer di tempat hiburan malam, juga mengaku tak bisa lagi mengandalkan hidup dari situ. Mereka sempat kerja sebagai pramuniaga di mall-mall. Tapi apa? Pusat-pusat perbelanjaan juga sama mengalami sepi pembeli.

“Kerja cuma bertahan satu sampai dua bulan. Selebihnya, harus hidup nganggur lagi,” tutur Linda, LC alias pemandu karaoke di tempat hiburan Berlian di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Barat.

Ada ratusan Sri dan Linda lain yang awalnya bisa hidup dari dunia hiburan malam, kini terpaksa harus ngendon hidup di rumah saja. Akhirnya, harus menerima nasib. Jika tidak suami, ya keluarga menjadi andalan mereka. Sampai kapan kondisi pandemi bikin kehidupan mereka harus seperti ini? ■ RED/TAG/AYD/GOES

Related posts

Di Glodok Jakbar, JELANG IMLEK Pedagang Pernak-Pernik Kebanjiran Pembeli

Redaksi Posberitakota

Kunjungi Rusunami Lavande di Jaksel, ANIES Imbau Penghuni Patuhi Pergub 132

Redaksi Posberitakota

Sokong Jakarta Jadi Kota Global, PJ HERU BUDI Hadiri Event Jakarta Economic Forum 2024

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang