JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Berbagi Parcel Lebaran, sejatinya hanya sebuah istilah saja. Tidak perlu diperdebatkan atau dipertentangkan. Sebab, hal itu sudah menjadi hak individu setiap orang untuk saling berbagi atau memberi.
Tak mungkin seseorang yang kategori kehidupannga kurang beruntung atau bahkan kurang mampu, lantas mengirim Parcel Lebaran kepada orang lain. Seperti kepada rekan sejawat, kenalan atau bahkan pimpinannya.
“Itu kan hanya istilah saja, kemudian disebut Parcel Lebaran. Sebutan yang lumrah dan biasa terjadi adalah kirim makanan atau minuman. Dan, itu sudah biasa dilakukan pada saat jelang atau di hari Raya Idhul Fitri Lebaran,” ucap Junaidi alias Mang Jujun tersebut.
Jika kemudian saat ini tenar dengan nama Parcel Lebaran, karena sebelumnya sudah menjadi tradisi secara turun-temurun. Beda istilah dan beda zaman. Esensi dan tujuannya sama saja.
“Jadi, kurang pas, kalau itu disebut sebagai pengaruh budaya Barat. Justru, umat Islam di Indonesia, sudah akrab secara turun-temurun, saling mengantar makanan atau barang,” papar pria berusia kepala empat tersebut.
Seorang anak yang mengantar orangtuanya dalam bentuk makanan, minumam atau pakaian untuk kebutuhan Lebaran, menurut dia lagi, itu kan sama saja disebut parcel. Bedanya cuma diistilah saja.
Sejauh pengamatan POSBERITAKOTA, pusat penjualan Parce Lebaran, sudah ada dimana-mana. Baik di kota besar, kota kecil maupun pelosok desa. Bahkan semakin menarik dan mampu menghidupkan suasana keagamaan di Hari Raya Idhul Fitri.
Apalagi tak lepas dari hiasan ketupat yang terbuat dari pita atau ornamen gambar mesjid dan tulisan Al Quran dan Selamat Hari Raya Idhul Fitri 1438 H.■ Red/Goes