Kepsta Jabar, Riyanto B Raharjo : TVRI Harus Tetap Indonesia dengan Sentuhan Kekinian

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI eksistensinya harus tetap menjadi ‘Indonesia’ dengan sentuhan kekinian. Buang kesan sebagai lembaga atau stasiun penyiaran Jadul alias lama dan ketinggalan zaman, tanpa mau atau berani mengaktualisasikan apa yang menjadi keinginan sekaligus kebutuhan penonton televisi di Tanah Air.

“Saya sangat setuju kalau LPP TVRI memposisikan diri sebagai potret (foto) Indonesia. Jadi, jika ada turis mancanegara datang ke Indonesia, mereka bisa mendapatkan atau mencari referensi paling tepat melalui program atau tayangan di LPP TVRI,” tegas Riyanto Budi Raharjo S Ip, Kepala Stasiun (Kepsta) LPP TVRI Jawa Barat saat diwawancarai POSBERITAKOTA, Kamis (7/9).

Sentuhan kekinian yang dimaksud, papar Riyanto lebih lanjut, conten lokal perlu diperkuat atau lebih diaktualisasikan sesuai perkembangan atau tuntutan zaman saat ini. Bahkan harus diorientasikan sebagai ‘penangkal’ masuknya pengaruh buruk budaya Barat yang selama ini disiarkan atau diadopsi sebagai program tayangan di TV-TV di Indonesia.

LPP TVRI harus membuat program-program tayangan, tentu lewat perencanaan yang matang lebih dulu. Selain itu perlu juga mempertimbangkan lembaga-lembaga survey yang ada, agar siaran di LPP TVRI menjadi ideal dan sesuai keinginan di masyarakat,” tegas pria kelahiran Kabupaten Gunung Kidul (DI Jogyakarta) yang telah berkarir di stasiun televisi ‘plat merah’ tersebut sejak tahun 1983.

Pria lulusan pendidikan S1 jurusan politik dari Universitas Candra Dimuka Palembang tersebut, menegaskan kalau dukungan dana dari APBN untuk operasional, belanja pegawai serta pembuatan program-program tayangan rasanya lebih dari cukup.

“Tinggal bagaimana mengemas mata acara atau programnya saja. Jangan semata-mata untuk kejar tayang saja. Jika program optimal, pasti laku atau memiliki nilai jual, sehingga akan memancing pemasang iklan,” ucap Riyanto yang merinstis karir di LPP TVRI dari jenjang paling bawah.

Hal penting lain, menurut PNS LPP TVRI yang pernah studi banding ke NHK Jepang, RTM Malaysia dan studi kepabrikan digital di Perancis, tak bisa dikesampingkan bahwa peran IT sangat membantu. Termasuk SDM atau tenaga-tenaga profesional muda, juga harus dimaksimalkan.

“Mereka jelas tak kalah dalam hal pengalaman, terutama jika dibandingkan dengan SDM-SDM dari stasiun TV lain yang ada. Optimalkan tenaga muda, tantang mereka berkarya. Apabila rasa memiliki LPP TVRI lebih tinggi, pasti bakal lahir program atau karya-karya terbaik,” ungkap dia lagi.

Program-program unggulan yang pernah jadi perhatian masyarakat luas, kata Riyanto, kenapa tidak di-update lagi. “Kuncinya, apabila digarap dengan kontek kekinian, niscaya bisa mengembalikan penonton setia atau bahkan anak-anak muda, mengidolakan LPP TVRI kembali,” tegasnya. Riyanto Budi Raharjo masuk TVRI sejak 1983.

Ia lolos tes dari TVRI Jogyakarta, kemudian ditempatkan di TVRI Sumsel di bidang siaran. Berkat ikut cawe-cawe di Sepekan Sinetron di tahun 1989/1990, ia dipromosikan untuk pindah ke Jakarta, berkat sosok sutradara Irwinsyah (alm) dan Ishadi SK (Dirut TVRI saat itu).

Bertugas di Stasiun TVRI Jakarta dengan tanggungjawab besar. Ia dipercaya sebagai Kepala Subsi FCAP dan drama modern. Produksi sinetron TVRI makin booming. Berkat pergantian Dirut TVRI dari Ishadi SK ke Aziz Husein, sinetron tak jadi unggulan lagi.

Pada tahun 1996, Riyanto pindah lagi ke TVRI Sumsel, kemudian jadi Kepsta TVRI Jambi di tahun 2009. Saat balik ke Jakarta pada 2012, ia jadi GM penunjang program dan berita. Nah, ketika di tahun 2014 harus balik ke Sumsel dengan menduduki jabatan sebagai Kepsta TVRI. Pada 2015 diminta jadi Kepsta Kaltim serta masih di tahun yang sama harus memegang tampuk pimpinan Kepsta Jawa Barat sampai sekarang. ■ Red/Goes

Related posts

Berdasarkan Survei Biaya Hidup dari BPS, SAID IQBAL Sebut Idealnya Upah Buruh di Jakarta Sentuh Rp 7 Juta Per Bulan

Lewat Ajang ‘World Water Forum ke-10’ pada 18-25 Mei di Bali, INDONESIA Dorong Pembentukan Global Water Fun

Fenomena Urban, WARUNG MADURA & Pembangunan Entrepreneurship di Indonesia