Usir Kepenatan, ANGGOTA DPD-DPR RI DPRD DKI Main Lenong Betawi di GKJ

JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Apa jadinya kalau ‘wakil rakyat’ yang kesehariannya sibuk bersidang di Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dari DKI Jakarta, ikutan main lenong? Jawabannya, tak cuma kepengen melepaskan rasa penat dengan kesibukan rutin tersebut.

Namun saking cintanya untuk mengembangkan sekaligus lebih memperkenalkan kesenian daerah Betawi, mereka pun harus rela menjajal kemampuan akting lewat pertunjukan kolosal Lenong Denes dengan lakon ‘Utusan Raja Sulaeman’ yang disutradarai Tutur Denes di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Rabu (5/4) malam.​Pertunjukan kolosal Lenong Denes dari grup tradisional Betawi ‘Kembang Batavia’, juga menampilkan para ‘wakil rakyat. Mereka adalah Prof Dr H Dailami Firdaus dan Biem Triani Benyamin B Sc MM (anggota DPD/DPR/MPR RI asal DKI Jakarta) serta H Lulung AL SH dan H Zainudin MH SE (anggota DPRD DKI Jakarta). Selain itu ikut terlibat pula H Oding (Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi) dan Eki Pitung.

Meski baru kali pertama ikut dalam pertunjukan Lenong profesional dan disaksikan seratusan penonton, para ‘wakil rakyat‘ tersebut mampu menunjukan kualitas akting yang lumayan mumpuni. Pertunjukannya pun terasa lengkap, karena menampilkan sejumlah tari-tarian dan lagu-lagu daerah Betawi.​Tak kalah menarik naskah cerita yang mengangkat judul ‘Utusan Raja Sulaiman‘, lantaran difaktualisasikan dengan kondisi negeri Indonesia saat ini. Tak hanya soal geger ada Gubernur Reklamasi, makanan sarden mengandung cacing, budaya malu dan korupsi, telor palsu, penutupan Alexis sampai menyoroti sosok wanita yang disebut sebagai Sukmamatre dan sedang ramai diperbincangkan, karena diduga melakukan penistaan agama Islam lewat puisinya.

​Dikisahkan bahwa Raja Sulaeman terkejut setelah mendengar kabar berita burung tentang Kerajaan Sabah yang dipimpin wanita muda dan cantik, yakni Ratu Balqist yang juga sangat dikenal karena kesombongannya. Tak hanya itu, baik Ratu Balqist dan masyarakatnya disebut-sebut menyembah Matahari.

Maka digelarlah rapat besar yang dipimpin Raja Sulaeman bersama para seluruh Perdana Menteri. Sampai akhirnya diputuskan untuk menegur Ratu Balqist dan masyarakatnya, agar menegakan ajaran tauhid. Pada happy ending, mereka menyadarinya. ■ RED/GOES

Related posts

Khusus untuk Kloter Provinsi DKJ, SEKDA JOKO AGUS SETYONO Resmi Kukuhkan 171 Anggota Petugas Penyelenggara Ibadah Haji

Dishub Diminta Kaji Ulang, KOMISI B DPRD DKI Usul Agar Biaya Transportasi Umum di Jakarta Gratis

Antisipasi Tambah Jam Operasi Transjakarta, PEMPROV DKI Gelar ‘Nobar’ Pertandingan Timnas Indonesia vs Irak di Plaza Monas