Polri Bersenjata Masuk Kampus UNRI, LEMKAPI Menilai Upaya Cegah Terorisme

JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Tindakan anggota personil Polri bersenjata lengkap dan memasuki area kampus UNRI untuk menangkap teroris yang merakit bom, hendaknya perlu dipahami sebagai langkah pencegahan. Bukan sebaliknya malah dituding secara berlebihan.

Oleh karenanya, Lembaga Kajian Strategis Kepolisian (Lemkapi) sangat menyesal pernyataan Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah yang mengkritisi Presiden RI dan Polri, karena menangkap teroris di dalam kampus.

“Kami melihat tindakan itu dilakukan untuk upaya pencegahan jangan sampai bom meledak di dalam kampus dan membahayakan masyarakat,’ ungkap Edi Hasibuan, Direktur Eksekutif Lemkapi di Jakarta, Senin (4/6).

Edi berharap semua pihak bisa menahaminya. Apalagi, pihak kampus UNRI sendiri, sudah nenyampaikan terima kasih kepada Polri yang memberikan respon cepat,” tegasnya.

Menurut mantan anggota Kompolnas tersebut, tidak mungkin polisi diam diri saat mengetahui ada indikasi pelaku perakit bom di dalam lingkungan kampus. “Sebab, aksi terorisme bukanlah sekadar kejahatan biasa, seperti pencurian misalnya.”

Menangani kejahatan biasa, tambah Edi, tidak perlu ada polisi bersenjata masuk kedalam kampus. Namun karena itu merupakan kejahatan teror yang bisa mengancam keamanan negara, termasuk keamanan mahasiswa di dalam kampus itu sendiri, makanya harus ada tindakan yang tegas.

Ditegaskan doktor ilmu hukum tersebut, makanya polisi jangan ragu dalam bertindak cepat. “Sebab, keamanan masyarakat itu adalah segalanya. Justru polisi bisa disalahkan, apabila ada pembiaran bom meledak dan membahayakan masyarakat,” tutur mantan wartawan senior di bidang kepolisian tersebut.

Institusi Polri, menurut penelitian Lemkapi, sudah memiliki pertimbangan khusus soal itu. “Kami minta pihak tertentu, termasuk politisi tidak perlu memprovokasi yang seolah-olah polisi salah dan tidak boleh masuk kampus. Itu sebagai langkah pencegahan,” ucap dia.

Hal yang paling mendasar, dikatakan Edi, pihak kampus UNRI telah merespon dengan mengucapkan terima kasih kepada Polri lewat rektornya. “Jangan main-main dengan teror. Pelaku teror bom saat ini sudah brutal dan nekad serta bisa menyerang siapa saja dan bergerak dimana saja,” kata staf pengajar Universitas Dirgantara Suryadarma Jakarta.

Sedangkan dari informasi terkait kasus penangkapan aksi teror di kampus tersebut, pelaku bukanlah mahasiswa aktif saat ini. “Pelaku adalah alumni yang tindakannya terindikasi kuat melanggar hukum dan membahayakan. Bisa dibayangkan jika ada bom meledak di kampus, pasti akan banyak menimbulkan korban,” tutur Edi.

Tentang langkah Polri, dinilai oleh Lemkapi sebagai hal yang
tepat. “Sudah sesuai prosedur dan bisa dipahami bahwa itu dilakukan semata-mata untuk pencegahan dan mengamankan penghuni dalam kampus,” pungkasnya saat dihubungi POSBERITAKOTA.RED/GOES

Related posts

Sambil Bawa Bantuan, KAPOLRI Tinjau Posko di Pengungsian Erupsi Gunung Lewotobi NTT

Upgrade Skill Hingga Mancanegara, DR AYU WIDYANINGRUM Raih Penghargaan Bergengsi ‘Beautypreneur Award 2024’

Setelah Buka di Paris, RAFFI AHMAD Bikin Cabang Restoran ‘LE NUSA’ di Jakarta