JAKARTA (POSBERITAKOTA) ■ Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) mengembangkan ukuran keberhasilan pemberdayaan zakat melalui metode Social Return on Investment (SROI). Hal ini dikemukakan dalam acara Baznas Development Forum yang diselenggarakan di Pusat Dakwah Muhammadiyah, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (20/9).
Acara kerjasama Baznas dengan Lazis Muhammadiyah (Lazismu) dan SROI Network Indonesia ini mengangkat tema “Zakat sebagai Investasi Sosial”. Hadir sebagai pembicara di antaranya Ketua Baznas Prof Dr Bambang Sudibyo MBA CA, Anggota Baznas Nana Mintarti, Direktur Utama Lazismu Hilman Latief dan Rini Suprihartanti dari SROI Network Indonesia.
Pertemuan yang menghadirkan sejumlah narasumber dihadiri 50 peserta dari unsur penggiat zakat yakni Baznas dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) baik pada tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten/kota.
Bambang Sudibyo mengatakan Baznas saat ini terus mengembangkan ukuran keberhasilan program-program pemberdayaan zakat agar pemanfaatan dana umat dapat tepat sasaran dan berdampak signifikan dalam kesejahteraan mustahik, baik jasmani maupun spiritual.
“Potensi sistem zakat di Indonesia sebenarnya bisa lebih besar daripada sekarang. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang menyalurkan zakat secara langsung tanpa melalui Baznas atau LAZ yang terdaftar, itu tidak dilakukan oleh kami,” ungkap dia.
Bambang juga menyebut bahwa potensi zakat ini jika dimaksimalkan bisa mencapai 3,4% dari produk domestik bruto (PDB) di mana saat ini baru hanya sekitar 2,29%. “Maka dari itu kami terus berinovasi dalam melakukan strategi zakat, seperti membangun teknologi microhydro di Jambi yang itu dananya dari zakat,” lanjutnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Baznas, pada tahun lalu mereka berhasil mengumpulkan dana zakat hingga sebesar Rp 6,22 triliun atau meningkat sebanyak 30% dibandingkan tahun sebelumnya. “Meski demikian masih ada potensi yang ditaksir dapat mencapai Rp217 triliun,” jelas Bambang. □ RED/JOKO