JAKARTA (POSBERITAKOTA) ■ Kenyamanan warga dalam beraktivitas di kawasan Car Free Day (CFD) belakangan ini terusik oleh berbagai gangguan ketertiban umum. Puluhan ribu pengunjung yang hendak berolahraga maupun berekreasi di sepanjang Jalan MH Thamrin – Sudirman, terganggu oleh ulah pedagang, pengamen maupun kelompok orang yang meminta sumbangan. Intinya, kawasan tersebut makin semrawut sejak Ibukota ganti gubernur.
Tri Haryono, pengurus organisasi Jalan Sehat Jakarta (JSJ) menilai Pemprov DKI kini tak lagi punya greget dalam menertibkan pelanggaran di kawasan CFD yang digelar tiap Minggu pagi dari pukul 06.00 sampai 11.00.
“Sejak beberapa bulan terakhir, badan jalan protokol yang dijadikan ajang CFD dikuasai PKL, pengamen maupun ormas,” ujarnya di Bundaran HI, Menteng, Jakpus, Minggu (14/10).
Sebab, ia bersama anggota komunitas pecinta kesehatan, sejak beberapa tahun lalu rutin berolah raga di kawasan tersebut. Namun pagi itu, ratusan PKL tumpah-ruah di tengah jalan menggelar lapak seenaknya.
“Begitu pula, pengamen baik perorangan maupun berkelompok juga menutup namunbadan jalan sehingga mengganggu kenyamanan warga yang hendak berolah raga jalan sehat, jogging, bersepeda santai maupun berekreasi di kawasan sejuk lantaran tidak ada kendaraan bermotor yang lewat,” papar warga Kemayoran, Jakpus, itu lagi.
Sedangkan petugas Satpol PP, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas KUMKMP di lokasi tersebut seolah tak dipedulikan oleh para pelanggar ketertiban umum.
Menurutnya, sejak pergantian Gubernur DKI Jakarta dari Ahok ke Anies, aparat penegak Perda menjadi melempen. “Kami sudah melayangkan surat ke Pemprov DKI agar kembali bertindak tegas menertibkan kawasan CFD, namun kayaknya tidak ditanggapi,” ujar Haryono sambil menunjuk petugas gabungan di kawasan tersebut hanya berdiri di pinggir jalan, tanpa bertindak.
Diperoleh kesan, Satpol PP kini tak punya taji lagi. Semakin dipicingkan oleh PKL, karena dilarang pimpinan menyita barang dagangan milik PKL bandel. “Satpol PP hanya ditugaskan menghalau PKL tanpa memberikan sanksi, akibatnya tidak disegani lagi oleh PKL maupun pengamen,” kritiknya.
Sampah juga berserakan di sana-sini, karena PKL kuliner maupun pengunjung tidak disiplin membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Sedangkan ratusan anggota Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap pembuang sampah sembarangan, tidak bertindak sebagai mana mestinya.
“Petugas pura-pura tidak melihat pengunjung yang membuang botol minuman di tengah jalan. Mestinya kayak dulu, ditangkap lalu dibawa ke posko untuk disidang denda uang atau hukuman sosial,” tambah Ashari, sekretaris Paguyuban Jantung Sehat (PJS) DKI Jakarta.
Sementara itu M Arif, salah satu petugas Satpol PP mengakui lembaganya kini tak lagi bertaji. “Bayangkan, untuk menerbitkan PKL, kami hanya boleh menghalau saja dan dilarang menyita gerobak maupun dagangannya. Kalau cuma begitu, kami tak ada harganya. Para PKL tidak takut lagi sama Satpol. Sebaliknya masyarakat sering menumpahkan kekesalannya kepada Satpol yang bertugas di lapangan,” ujar anggota Satpol PP Jakpus yang dulu setiap hari merazia PKL di kawasan Pasar Tanah Abang. ■ RED/JOKO