JAKARTA (POSBERITAKOTA) – BAZNAS luncurkan program pemberdayaan untuk para perajin kain tradisional yang diberi nama Rumah Batik dan Tenun Indonesia. Program yang diikuti peserta dari berbagai penjuru Tanah Air diluncurkan pada hajatan Ecofashion Week yang digelar di Gedung Museum Kebangkitan Nasional, kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS, M Nasir Tajang, mengatakan bahwa Rumah Batik dan Tenun Indonesia menjadi marketing board bagi program-program pemberdayaan kain berbasis dana zakat, infak dan sedekah yang dilaksanakan oleh BAZNAS.
Melalui program Zakat Community Development, BAZNAS tengah mengembangkan kain tradisional di tiga wilayah yakni batik di Tuban, Jawa Timur, kain tenun di Ende NTT dan songket di Sambas, Kalimantan Barat bekerjasama dengan Sahabat Pulau.
“Program pemberdayaan ini meliputi bantuan dan pendampingan pada tiga aspek penting usaha yakni modal, produksi dan pemasaran,” ujarnya di Lokasi, Minggu (2/12).
Nasir menambahkan Ende merupakan daerah wisata yang terkenal dengan tenunnya, tetapi hingga saat ini masih banyak mama-mama pembuat tenun yang hidup dibawah garis kemiskinan.
“Sehingga BAZNAS bersama komunitas Sahabat Pulau Indonesia mencoba menginisiasi program pemberdayaan untuk mama mama pengrajin tenun di salah satu desa wilayah Ende, yaitu desa Mbuliloo,” kata Nasir pada acara yang dimeriahkan peragaan pakaian batik dan tenun.
Istimewanya, selama beberapa bulan dilakukan pembinaan pengrajin tenun dengan menggunakan benang khusus dan tema khusus sesuai permintaan konsumen yang sedikit dimodifikasi lebih trendi. Pewarna alam yang digunakan seperti kunyit, indigo dan kulit kayu membuatnya memiliki nilai lebih dalam khasanah fashion tradisional.
Sedangkan untuk di Tuban, ditambahkan dia, pemberdayaan diberikan kepada ibu-ibu buruh batik cap dengan penghasilan maksimal Rp 30 ribu sehari. BAZNAS mendorong mereka lebih mandiri dengan melakukan pelatihan membatik tulis menggunakan canting, pelatihan pengenalan motif dan membuat pola, pelatihan pembuatan pewarna alam dari tanaman indigo dan tingi serta pengenalan motif khas Sumurgung. Peranin di Desa Jirak, Kecamatan Sajad, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, BAZNAS membantu dan mendampingi 20 buruh tenun untuk dapat mandiri dan memiliki usaha tenun sendiri.
“BAZNAS juga membantu pelatihan dasar , pelatihan pembuatan motif (ngane), pelatihan pembuatan kain songket, peralatan dan bahan tenun, pembinaan dan pendampingan hingga pemasaran ke negeri tetangga, Malaysia,” bebernya.
Dengan bantuan yang diberikan sejak Desember 2017, masyarakat yang awalnya hanya memperoleh upah Rp 200 ribu per kain, kini mendapatkan penghasilan Rp 1 juta tiap kain. Dalam sebulan, para perajin dapat menghasilkan dua lembar kain songket.
Sebanyak 20 kain karya perajin dari Tuban dan Ende binaan BAZNAS ditampilkan oleh model profesional dalam sesi fashion show di Ecofashion week. Keikutsertaan produk-produk ini dalam Ecofashion Week 2018 menjadi salah satu upaya BAZNAS untuk mengangkat ke level pemasaran nasional, bahkan internasional. ■ RED/JOKO