JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Bwargaerdasarkan hasil studi dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta per November 2018 menunjukkan masih ada 4,74 persen warga Jakarta yang berkategori Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Kalau dihitung dari jumlah penduduk total sekitar 10 juta jiwa, maka sekitar 474 ribu orang berbuang hajat di luar kamar kecil atau WC.
Hal itu disampaikan Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Oswar Muadzin Mungkasa, pada acara lokakarya bertajuk Berkolaborasi Menuju Sanitasi Jakarta Sehat. “Kondisinya masih cukup memprihatinkan,” ujarnya pada acara yang digelar di Balaikota DKI Jakarta, kawasan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (16/1).
Tidak hanya itu, tambahnya, sebagian besar tangki septik milik warga juga dinilai belum memenuhi standar sanitasi.
Oleh karenanya, Pemprov) DKI Jakarta menggelar lokakarya soal sanitasi yang diikuti sekitar 100 peserta yang terdiri dari perwakilan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terkait, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Kesehatan RI, perwakilan konsorsium untuk program Sanitasi untuk Masyarakat Kota DKI Jakarta (Simaskota), Jejaring Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, serta stakeholder lainnya.
Oswar menambahkan bahwa lokakarya ini merupakan forum diskusi lintas sektor untuk merancang kolaborasi dalam mengatasi masalah sanitasi di Jakarta. “Kami ingin ada percepatan dalam menyelesaikan masalah sanitasi. Selain itu, kita punya desain besar penyediaan air minum dan pengolahan air limbah domestik,” ujarnya. Menurutnya sanitasi yang tidak baik bisa berdampak pada terjadinya pencemaran lingkungan serta berbahaya bagi kesehatan.
Menurutnya, berkolaborasi dengan pihak swasta melalui corporate social responsibility (CSR), Pemprov DKI sedang melakukan uji coba program Simaskota untuk membantu masyarakat di wilayah DKI Jakarta agar mendapatkan akses saniasi yang layak dan sehat.
“Uji coba sedang dilakukan di wilayah RW 06, Kelurahan Tebet Timur dan RW 10, Kelurahan Pademangan Barat. Kita sedang membangun sanitasi di sana sejak Oktober 2018 dan ditargetkan selesai September 2019,” ungkapnya.
Oswar menambahkan, pelaksanaan program bersifat kolaboratif tersebut diharapkan dapat berkontribusi dalam percepatan pencapaian akses universal di sektor sanitasi dan target SDGs 2030, khususnya di DKI Jakarta. Terlebih, DKI juga akan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di sejumlah titik dan dalam jangka panjang tengah merancang IPAL Terpadu di 15 zona.
“Banyak pihak swasta yang mau membantu. Kalau kita berkolaborasi, saya yakin tiga sampai empat tahun ke depan masalah sanitasi beres,” tandasnya. ■ RED/JOKO