PALU (POSBERITAKOTA) – BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) bekerjasama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) sedang mengkaji pemasangan sensor deteksi tsunami yang diakibatkan longsoran bawah laut di Teluk Palu, Sulawesi Tengah.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, usai mengikuti rapat koordinasi dengan Kepala BNPB dan Gubernur Sulteng di Palu, mengatakan pihaknya sedang mengkaji. Karena ini teknologi baru dan sensor seperti ini belum ada yang terpasang di Indonesia.
BMKG dan BPPT mengupayakan pemasangan alat sensor bawah laut ini supaya ketika ada peningkatan tekanan hidrostatik akibat longsor, potensi tsunami bisa segera diketahui dan teratasi. Awal 2019 baru dimulai karena teknologi itu harus dikaji terlebih dahulu.
Karena, alat yang akan dipasang itu merupakan teknologi baru. BPPT yang bertugas untuk mengkaji dan menguji coba. Paling tidak satu atau dua tahun baru bisa dioperasikan.
Langkah ini dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku dan dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada. Teknologi seperti itu diwajibkan untuk dikaji dan diuji coba terlebih dulu sebelum diterapkan.
“Di Palu sebenarnya sudah siap teknologi untuk mendeteksi tsunami, tetapi tsunami seperti di Banda Aceh. Jadi semua teknologi yang ada di dunia saat ini termasuk di BMKG, disiapkan untuk menghadapi tsunami yang dipicu oleh gempa dan juga yang disebabkan longsor di dasar laut,” ujar Dwikorita.
Sedangkan untuk alat deteksi tsunami tersebut, juga sudah siap dipasang di daerah-daerah lain, terutama yang memiliki gunung berapi aktif. ■ RED/AYID