JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Tak bisa dipungkiri, keberadaan sarana transportasi Commuter Line atau dulu dikenal sebagai kereta api listrik (KRL), makin memiliki peran urgen. Sebab, faktanya mampu menggerakan mobilitas warga masyarakat (pengguna-red). Terutama yang tinggal di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
Bukan hanya itu saja. Boleh jadi juga dapat mengurangi tingkat kemacetan di jalan raya, meski persentasenya bisa sekitar 10 sampai 20 persen. Meski untuk ini dibutuhkan penelitian khusus. Mereka pengguna Commuter Line, memarkirkan motor atau mobilnya di stasiun dan jumlahnya bisa dalam kisaran 1 jutaan unit.
Joko Waluyo, jurnalis (wartawan-red) senior Ibukota, mengaku bisa menggunakan Commuter Line sebanyak 2 atau 3 hari dalam seminggu. Dari situ, setidaknya tak melakukan pemborosan dalam hal penggunaan bahan bakar seperti pertalite atau pertamax, bagi kendaraan roda empatnya.
“Saya tetap bisa mobile. Ke mana saja, tepat waktu. Sebab, sarana transportasi andalan di wilayah Jabodetak, salah satunya ya Commuter Line. Bisa saja pas turun dari Commuter, langsung melanjutkan pakai Transjakarta,” tegas pria asal warga Bekasi itu kepada POSBERITAKOTA, Kamis (24/1).
Hal senada juga diharapkan Anita, karyawan swasta yang bekerja di sekitar Senayan, Jakarta Pusat. Ia minta jumlah jam operasional ke depannya harus lebih ditingkatkan. Sebab, selama ini batas terakhir baru sampai pukul 24.00 WIB.
“Kalau bisa sih, ya bisa operasional sampai 24 jam. Hanya saja untuk operasi di atas pukul 00.00 WIB, bisa dilayani setiap satu atau dua jam sekali,” imbuh Anita yang kerapkali dapat lembur dari kantornya.
Selama ini, menurut masyarakat, sistem pelayanan Commuter Line sudah cukup baik. Apalagi, dari sisi biaya sudah sangat murah. Termasuk juga segi keamanan di dalam perjalanan, perlu diapresiasi, karena ketersediaan petugas keamanan khusus Commuter Line. ■ RED/ALD/RIO/AYID/GOES