BOGOR (POSBERITAKOTA) – Dinilai berbau kepentingan politik sesaat dari para calon legislatif (Caleg) dan patut diduga adanya ulah oknum biong tanah mencari keuntungan sepihak dengan mengatasnamakan masyarakat, ratusan pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Bogor Timur (HPBT) Kabupaten Bogor dengan sikap tegas menolak rencana pemekaran Bogor Timur yang tersebar di 7 kecamatan.
“Sikap kami dari Himpunan Pengusaha Bogor Timur, jelas dan tegas. Kami menolak rencana pemekaran Bogor Timur. Sebab, kami melihat rencana pemekaran tersebut, demi kepentingan orang-orang yang gila kekuasaan dan ada unsur pembiongan tanah didalamnya,” ucap Ketua Himpunan Pengusaha Bogor Timur (HPBT), H Edi Rohman, saat dihubungi POSBERITAKOTA, Kamis (28/2).
Pada bagian lain, H Edi Rohman menyebutkan bahwa rencana pemekaran tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh masyarakat. Termasuk dari kalangan pengusaha setempat yang juga tidak setuju dan menolak keras.
“Kami pun melihat
aspirasi pemekaran itu, bukan murni dari keinginan rakyat Bogor Timur. Kalau mayoritas warga tidak mendukung, berarti ada upaya pembohongan dan pembodohan terhadap masyarakat,” tegasnya.
Dikatakannya bahwa Pemerintah Pusat melalui moratorium sudah mengunci dan tidak memberikan peluang untuk daerah manapun melakukan pemekaran. Sebab, pada faktanya pemekaran hanya kepentingan elite politik untuk bagi-bagi kekuasaan. Jadi, bukan murni dari keinginan masyarakat.
“Karena hanya kepentingan elite politik semata yang memiliki syahwat kekuasaan dengan mengorbankan rakyat, pemekaran daerah yang sudah terbentuk pun, malah tidak memberikan dampak positif terhadap warganya,” tegas H Edi Rohman lagi.
Karena itu, adanya isue-isue pemekaran Bogor Timur, jangan terlalu direspon oleh Pemda. “Mereka hanya mencari celah untuk memperkaya diri sendiri dengan mengatasnamakan masyarakat. Masyarakat Bogor Timur sudah cerdas dan paham. Jadi, cukup sudah membuat dramanya, karena kami sebagai pengusaha sangat paham drama seperti apa yang sedang dimainkan untuk mengelabui rakyat, ” pungkasnya. ■ RED/AGUS SANTOSA