Pro & Kontra Dipergunjingkan, ROMBONGAN DINKES ke Vietnam Studi Banding atau Plesiran?

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Kepergian rombongan pejabat Dinas Kesehatan DKI Jakarta ke Vietnam masih menjadi pergunjingan serta mengundang sikap pro dan kontra. Ada anggota DPRD yang menilai kegiatan tersebut sebagai studi banding tentang DBD, namun di mata relawan itu hanya kegiatan pelesiran dan buang-buang uang negara.

Kegiatan itu awalnya diungkap Relawan Kesehatan Indonesia (Rekan Indonesia) yang menuding sejumlah pejabat kesehatan di Dinkes DKI plesiran ke Vietnam pada Jumat (8/3). “Kepergian puluhan pejabat ke Vietnam adalah sebuah ironi. Karena saat ini ibukota sedang menghadapi wabah demam berdarah dengue (DBD),” kata Sekretaris Nasional Rekan Indonesia Ervan Purwanto di Jakarta, Senin (11/3).

Sebaliknya, tanggapan yang bersifat mendukung disampaikan anggota Fraksi Partai Golkar DPRD DKI Jakarta, Ramli Muhamad. Dia menyebutkan bahwa kepergian mereka untuk studi banding penanganan kasus DBD dan pelayanan rujukan BPJS Kesehatan.

“Saya mendukung kegiatan para pejabat Dinas Kesehatan DKI yang melaksanakan studi banding ke Vietnam. Kegiatan mereka itu nanti untuk diterapkan di DKI Jakarta. Bagaimana menangani kasus DBD dan pelayanan rujukan BPJS Kesehatan,” kata Ramli Muhammad.

Namun Ervan menyanggah pernyataan Ramli sangat mengada-ada. “Karena, pertama, kepergian mereka ke Vietnam tersebut juga mengajak keluarga dan pensiunan. Alasan kedua, Vietnam bukanlah negara yang dianggap berhasil menangani wabah DBD,” tandasnya.

Alasan ketiga, Vietnam dengan prinsip preventif health care tidak lagi menitikberatkan pada asuransi kesehatan sementara Indonesia baru bergerak pada penataan kuratif yang efektif dan efesien melalui BPJS. “Apa DKI mau meninggalkan BPJS sehingga perlu studi banding soal itu ke Vietnan,” sambungnya.

Menurut saya mereka bukan studi banding, tapi hanya plesiran atau berwisata. Vietnam sendiri masih menjadi uji klinis vaksin dengue sama dengan Indonesia. “Kalau mau studi banding lebih tepat ke Australia yang sudah berhasil menangani DBD,” ujarnya.

Data WHO menyebutkan pada tahun 2012 ada sekitar 100 orang yang meninggal dunia akibat DBD setiap tahunnya di Vietnam. Sementara, dalam periode sama, 100.000 warga Vietnam terinfeksi.

Lalu turun pada 2014 dan pada tahun 2016 angka penderita DBD di Vietnam naik 42 persen, yaitu 90.626 penderita. Tahun 2017 mencatat sebanyak 150.000 kasus DBS setiap tahun dan 40 pasien meninggal. ■ RED/JOKO/G

Related posts

Dihadiri Cagub Ridwan Kamil, ADI KURNIA Bersama AKSI Berbagi 5000 Sembako Murah di Condet Jaktim

Bukan Hanya dari Tokoh Masyarakat Jakarta, PRAMONO – BANG DOEL Kantongi ‘Peluru Emas’ Dukungan Ulama & Habaib

Arahan dari Kapolres Jakpus, PENYULUHAN ANTI TAWURAN & Kenakalan Remaja di SMPN 10 Jakarta