JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswesan secara simbolis membuka acara Pameran Tetap ‘Kamar Diponegoro’ dan Pameran Temporer ‘Jakarta Kota Kosmopolitan’ di Museum Sejarah Jakarta. Kedua pameran tersebut dalam rangka memperingati 400 tahun Pertemuan Budaya Timur dan Barat, serta Peringatan HUT Ke-45 Museum Sejarah Jakarta.
Dalam sambutannya Anies mengapresiasi hadirnya Pameran Tetap ‘Kamar Diponegoro’ sebagai ruang terbuka publik yang dapat menjadi daya tarik wisata, begitu atraktif dan edukatif, melalui pengelolaan yang kreatif dan inovatif. Sehingga, dapat menanamkan nilai-nilai sejarah dan membangun karakter generasi penerus bangsa yang berbudaya.
“Ini menjadi salah satu dari empat lokasi yang secara serius dirancang sebagai tempat yang terbuka untuk publik,” ujar Anies di Museum Sejarah Jakarta kawasan Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat, Senin (1/4) malam.
“Saya ingin mengajak masyarakat di Indonesia, khususnya di Jakarta, untuk mendatangi tempat ini. Mari jadikan tempat ini sebagai inspirasi. Untuk lebih banyak mengetahui tentang perjuangan Pangeran Diponegoro yang kita tahu merupakan salah satu hulu terpenting yang muaranya adalah kemerdekaan Indonesia,” terang Anies.
Perlu diketahui, ini merupakan pertama kalinya ‘Kamar Diponegoro’ dipamerkan kepada masyarakat di Museum Sejarah Jakarta. Pameran ini sesuai dengan aspek historis dan data sejarah yang mendukungnya.
Di Kamar Diponegoro ini, dilengkapi dengan sejumlah benda bersejarah lainnya, di antaranya salinan Artefak berkualitas tinggi yang digunakan oleh Diponegoro, salinan gambar sketsa pensil Diponegoro yang digambar oleh Adrianus Johannes Bik (seorang Hakim Batavia), salinan surat pribadi Pangeran Diponegoro, tempat sirih, artefak dari era kebangkitan nasional, dan lainnya.
Seperti tertulis dalam catatan sejarah Tanah Air, pada 8 April 1830, salah seorang pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia, Pangeran Diponegoro tiba di Batavia dan menjadi tahanan politik oleh pemerintah Hindia-Belanda. Ia menempati ruang kecil berukuran 120 meter persegi.
Ia terpenjara selama 26 hari, menghabiskan waktu dengan menulis surat kepada ibu dan putri sulungnya, sembari berikhtiar melawan penyakit malaria yang dideritanya. Kamar yang memuat peristiwa historis itu dibuka untuk publik dalam bentuk pameran edukatif di Museum Sejarah Jakarta, sejak 2 April 2019.
Pada kesempatan itu, Gubernur Anies pun menyampaikan apresiasinya kepada para pemerhati museum-museum di Jakarta, antara lain Dr. Peter Carey (inisiator sekaligus kurator pameran), Sadiah Boonstra (perancang awal Kamar Diponegoro), Prof. Dr. Eng Wardiman Djojonegoro, Krisnina Akbar Tanjung, Peter Natadihardja (Paperina), Rizadini Mannopo (Red and White publishing), Drs. Adit (IKJ), Subijanto, Laurence (Bintang Sampurna), dan Hauw Ming (Donatur).
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelestarian sejarah,” pungkasnya. ■ RED/JOKO/G