JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Lurah Gunung Sahari Utara Yanti Sri Hindayanti mengapresiasi warga RW 07 yang sangat peduli terhadap peremajaan pengurus rukun warga (RW). Hal itu terbukti dari banyaknya pemilih maupun warga yang hadir pada kegiatan pemilihan Ketua RW untuk masa bakti 2019-2022 sehingga suasana jadi meriah.
“Alhamdulillah, dari jumlah pemilih sebanyak 55 orang adapun yang hadir 52 orang. Ini angka yg cukup banyak,” ujar Lurah Yanti di kantor Sekretariat RW 07 Jl Mokmer, Gunung Sahari Utara, Kec. Sawah Besar, Jakarta Pusat, Minggu (30/6).
Ia juga mengapresiasi sejumlah tokoh warga dan masyarakat, meskipun tidak punya hak pilih, tapi tetap menyempatkan diri untuk hadir. “Terima kasih kepada seluruh warga di sini,” ujar Bu Lurah didampingi Ketua Pemilihan Suyudi dan panitia Muslimin, serta sejumlah pengurus lainnya.
Muslimin menjelaskan pada pemilihan ini diikuti tiga kandidat yakni pertama Tedy Pratadi yang merupakan Ketua LMK, kedua, petahana Budi Jatmiko, dan ketiga Luki Mandara yang merupakan Ketua RT 01.
“Adapun jumlah pemilih sebanyak 55 orang yang terdiri dari 11 RT, rinciannya tiap RT diwakili lima orang, terdiri dari seorang pengurus RT dan empat warga,” ujar Muslimin yang merupakan salah satu pejabat di Pusat Pengendalian Kawasan Kemayoran (PPKK).
Setelah melalui proses pemilihan yang jujur dan adil, maka pemenangnya adalah petahana Budi Jatmiko yang meraup 21 suara. Adapun Luki kalah tipis dengan perolehan 19 suara, sedangkan Tedy mendapat 11 suara. “Ada satu suara yang dinyatakan tidak sah karena tulisannya tidak jelas,” jelas Muslimin.
Budi yang kembali terpilih sebagai Ketua RW untuk ketigakalinya menyampaikan terima kasih kepada seluruh warga yang telah mendukung suksesnya pemilihan RW. “Terima kasih juga kepada warga yang mempercayakan kembali memilih saya untuk mengelola lingkungan di sini. Saya berjanji akan menjalankan lembaga RW ini sebaik-baiknya,” ujar Budi.
Seluruh lingkungan RW 07 merupakan bagian dari Komplek Angkasa Pura yang sebelumnya merupakan rumah dinas karyawan pengelola Bandara Kemayoran. Namun sejak tahun 1985 Bandara tersebut dipindahkan ke Tangerang dan beralih nama jadi Bandara Soekarno-Hatta, maka rumah dinas tersebut diperbolehkan dibeli karyawan yang menempatinya.
Seiring perjalanan waktu, sejumlah rumah tersebut kini sudah berpindah tangan ke masyarakat umum. Saat ini tinggal sedikit karyawan aktif PT Angkasa Pura yang tinggal di komplek tersebut, karena sebagian besar sudah lama pensiun dan sebagian lagi berpindak ke luar Jakarta atau pulang ke kampung halaman. ■ RED/JOKO/S