Panggilan Hati, ENGKONG SOLIH Ingin Amanah Jadi Marbot Masjid Jami Al-Ikhlas RW 25 VGH Kebalen

BEKASI (POSBERITAKOTA) – Sudah merupakan ‘panggilan hati‘, begitulah ungkapan polos dari sosok Engkong Solih yang kini sudah ada sepuluh tahun berjalan menjalani tugas sebagai Marbot di Masjid Jami Al-Ikhlas yang berada di lingkungan Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) RW 25 Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

Bahkan, ia berkisah sebelum diminta jadi Marbot tetap, karena berawal dari sekadar diminta mengurusi sekelas Mushola Al-Ikhlas. Sampai akhirnya di tahun 2009 silam, Masjid Jami Al-Ikhlas yang diprakarsai sejumlah tokoh masyarakat dan pemuka agama setempat, begitu ditetapkan lokasinya baru kemudian dilakukan peletakan batu pertama.

Mereka yang merupakan tokoh masyarakat dan pemuka agama di antaranya adalah Kriss Yan Ari (Ketua RW 25 pertama), Umar, Ubaydillah, Ustadz Rojali, Treddy (almarhum), Hermansyah Rizal, Mardiantos, Nanan Baenuri, Ustadz Abdul Rosyid, Ustadz Muhammad Andi serta banyak lagi. Begitulah cikal bakal berdirinya Masjid Jami Al-Ikhlas VGH RW 25 VGH. Dan, seyogyanya nama-nama mereka ikut tercantum dalam akta yayasan sebagai dewan atau jajaran pendiri yayasan.

Kembali ke sosok Engkong Solih, pria kelahiran Tasikmalaya (Jawa Barat) di tahun 1943 tersebut, mengaku jika kini bertugas sebagai Marbot Masjid Jami Al-Ikhlas merupakan ‘panggilan hati’. “Saya merasa dituntun ke jalan Allah SWT dan mendapat semacam hidayah. Sebab, tugas sebagai atau jadi Marbot, sedikit pun tak ada dalam angan-angan pikiran saya,” ungkapnya dalam bincang-bincang santai dengan POSBERITAKOTA, Rabu (25/9) siang di halaman masjid.

Engkong Solih yang merupakan ayah dari 2 anak (Endang dan Nurhasanah) serta memiliki 10 cucu dan 9 cicit, beristrikan perempuan asal Kota Hujan (Bogor) yang kini sudah almarhumah. Bahkan kisah pertemuannya dengan sang istri, saat hijrah dari Tasikmalaya ke Jakarta. Saat itu menikah di Kota Bogor.

Kembali tinggal di daerah Rawamangun, Jakarta Timur. Engkong Solih mengandalkan sebagai pekerja serabutan. Selama bertahun-tahun dilakoni. Sampai akhirnya harus menempati dan merawat rumah putra pertamanya yang ada di Perumahan VGH RW 25 Kebalen.

“Saya juga ingat betul ketika masih jadi penjaga Mushola Al-Ikhlas, cuma mendapat uang operasional sebesar Rp 25 ribu setiap minggunya. Sedang sekarang begitu meningkat jadi Marbot, alhamdulillah setiap bulannya diberi honor mencapai Rp 1,5 juta,” paparnya.

Proses waktulah membuat Engkong Solih harus menerima kondisi kehidupan apa adanya. Bagi dirinya yang terpenting dapat melakoni kehidupan sebagai Muslim yang tak lepas dari kewajiban memperbaiki kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.

Dalam kesederhanaan hidupnya, Engkong Solih mengaku tak memiliki keinginan yang muluk-muluk. “Saya harus menerima kondisi kehidupan yang ada sekarang. Yang penting, saya masih bisa dekat dengan anak, cucu dan cicit,” tegas dia lagi.

Saat ditanya keinginan untuk berangkat umroh atau pergi haji ke Tanah Suci (Mekkah), Engkong Solih hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. “Saya pasrahkan diri, apa yang menjadi takdir Allah SWT. Sebab, bicara keinginan atau harapan tersebut, tentu tak lepas dari takdirullah,” pungkas kakek yang masih terlihat sehat di usianya ke-76 tahun. ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri