BANDUNG (POSBERITAKOTA) – Menghadirkan figur yang memiliki suri tauladan serta membawa ajaran Islam yang moderat, toleran dan ramah – sangat perlu untuk meredam radikalisasi yang gencar terjadi di tengah masyarakat dalam kurun waktu belakangan ini.
Bahkan melalui penulisan buku biografi dari sosok Kiai-kiai berkarakter santun, kharismatik dan cerdas tentu saja akan lebih mengesankan serta mengundang rasa ingin tahu dan simpati masyarakat luas.
Hal tersebut di atas diungkapkan Anggota Badan Kajian MPR RI, Maman Imanulhaq, saat menjadi narasumber Forum Group Discussion (FGD) bertajuk ‘KH Ali Imron: Kiai Rendah Hati dari Lemburawi”, bertempat di Pesantren Al-Istiqomah Maruyung Pacet Bandung, Jawa Barat, Minggu (13/12/2020) kemarin.
“Jelas bahwa penulisan biografi ini penting, karena Kiai Ali Imron mampu menggetarkan hati manusia dan mengubah jalan kehidupan mereka dengan sikap rendah hatinya,” telaah Dewan Syura DPP PKB tersebut lebih jauh.
Ditambahkan Maman bahwa saat ini Indonesia tengah mengalami krisis kemanusiaan, sekelompok orang atas nama agama tidak memiliki empati, tidak merasa bersalah saat melawan hukum dan kehilangan kesantunan di depan publik.
Sedangkan Kiai Ali Imron, menurut Maman, telah terbukti bisa mengeluarkan kualitas terbaiknya sebagai sosok yang rendah hati, cerdas, mengayomi, dan menggugah kesadaran kemanusiaan kepada masyarakat sekaligus mengajak mereka mencintai tanah air.
Untuk program penyusunan biografi Kiai Ali Imron tersebut menjadi langkah awal penulisan biografi Kiai-Kiai Kharismatik lainnya di Jawa Barat, termasuk mengumpulkan karya-karya tulis mereka.
Dalam kesempatan yang sama, Kang Maman, demikian sapaan karibnya, melakukan pertemuan dengan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil di Hotel Grand Preanger Bandung untuk membahas hal yang sama.
Lantas, kedua tokoh Jabar itu sepakat bahwa radikalisme hanya bisa dilawan dengan gerakan literasi yang menghadirkan spirit para tokoh yang memiliki unsur penting kepribadian manusia, yaitu kehormatan, tujuan hidup, kekuatan, pengertian, penilaian, kreativitas dan cinta.
Karena itu, keduanya mempersiapkan Tim khusus untuk proses inventarisasi, dokumentasi, penulisan, editing, dan publishing biografi, karya tulis dan bahkan eksiklopedia (at-thabaqat) Ulama-ulama Jawa Barat. Bahkan Kang Emil, sapaan sang Gubernur, telah menyiapkan Biografi Mama Pagelaran dan Karya-karyanya.
Patut diketahui bahwa Mama Pagelaran atau KH Muhyiddin adalah ulama kharismatik yang produktif menulis.
Pesantren Pagelaran pertama berlokasi di Desa Serang Cimalaka Sumedang. Saat Mama Pagelaran membuka Pesantren lain di Subang, Pesantren di Cimalaka diteruskan Mama Muallim Faqieh, yang notabene adalah kakeknya Maman Imanulhaq.
“Saya dan Kang Maman diikat geneologi keilmuan dan sejarah perjuangan kakek kami. Dan kami berdua berkomitmet untuk melanjutkan perjuangan kakek kami demi Jawa Barat bahkan Indonesia Juara Lahir Batin,” pungkas Kang Emil di Bandung, Minggu (13/12/2020). ■ RED/RIL/AGUS SANTOSA