BEKASI (POSBERITAKOTA) – Hidupkanlah suasana keagamaan (rohani) yang kental sejak dini, niscaya kelak bakal muncul generasi-generasi yang dapat menjaga keseimbangan antara dunia dan akherat. Keberadaan masjid pun sebagai rumah ibadah yang terbuka, jelas menjadi simpul (tempat) bagi mereka kalangan anak dan remaja – menimba ilmu serta beraktifitas demi membentuk mental maupun karakter yang Islami.
Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Gerbang Timur, Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, bertekad untuk terus semakin menghidupkan aktifitas anak dan remajanya, setiap sepekan sekali dalam event pengajian Kamis malam Jumat. Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) setempat sebagai lembaga, tidak bisa tidak – ikut memberikan support besar.
Mereka (anak dan remaja) antara usia sekolah dari bangku SD sampai SMP, seyogyanya memang diarahkan untuk lebih mencintai masjid setiap saat. Jadi, bukan cuma untuk mememuhi kewajiban sholat fardhu 5 waktu saja. Ibaratnya, mereka juga harus terbiasa menghadiri ta’lim atau majelis yang difasilitasi kelembagaan DKM setempat.
Mereka (anak dan remaja) ngapain aja? Seperti dikatakan guru Ustadz Rojalih, mereka rutin dibuka untuk pembacaan surat Yassin. Manfaatnya untuk memanjatkan doa kepada kakek-nenek, orangtua atau sanak keluarga yang sudah meninggal dunia. Setelahnya dilanjutkan pembacaan Ratibul Hadad yang tentu saja banyak pula manfaatnya, berdoa untuk keamanan dan keberkahan di lingkungan.
“Dari mereka-mereka ini, sebenarnya diambil dari pengajian rumahan. Jumlahnya antara 20 sampai 30 anak dan remaja. Nah, khusus di hari atau setiap pengajian Kamis malam Jumat, mereka beraktifitas di dalam atau lingkungan Masjid Jami Al-Ikhlas,” terang Ustadz Rojalih lagi.
Untuk membentuk mental atau karakter agar mereka semakin mencintai masjid, agama serta ajaran Islam secara khusus, menurut Ustadz Rojalih, harus dilakukan secara konsisten. Termasuk melibatkan semua tokoh agama atau para ustadz di lingkungan RW 025, agar diberi peran secara bergantian. Jadi, tidak fokus pada peran salah seorang ustadz saja.
Kegiatan rohani ini dimulai selepas melaksanakan ba’da Maghrib. Baca Yassin dan Ratibul Hadad hingga jelang memasuki waktu sholat Isya. Setelahnya dipandu oleh pelatih atau pembina : Dolly – Pawas dan Augy – anak-anak dilatih atau belajar seni Hadroh. Ada pula diseling untuk menguasai alat musik Marawis dan Rebana.
Idealnya, keberadaan atau aktifitas mereka (anak dan remaja) di dalam lingkungan Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 VGH – butuh pula perhatian dari kelembagaan RW serta Yayasan. Jadi, tidak melulu concern atau fokus pada pemberian santunan. Justru, aktifitas rutin mereka (anak dan remaja) juga perlu direspon akan segala kebutuhannya. ■ RED/AGUS SANTOSA