26.7 C
Jakarta
22 November 2024 - 02:41
PosBeritaKota.com
Megapolitan

Jelang Setahun Masa Pandemi COVID-19, PEDAGANG DI MALL-MALL BEKASI Kehilangan Pembeli & Bikin Omzet Ambyar

POSBERITAKOTA (BEKASI) – Tak terasa saat ini sudah mau memasuki pertengahan di bulan Pebruari 2021. Artinya, hampir mendekati setahun lamanya, terhitung ketika pertama kali mencuat ada 2 warga yang mulai terindikasi jadi korban virus Corona (COVID-19). Saat itu atau tepatnya di akhir Pebruari 2020 terjadi atau menimpa warga Depok.

Dari situ mulailah bulan demi bulan, kasus virus Corona (COVID-19) semakin santer. Dan, bahkan menjadi ‘momok‘ menakutkan bagi masyarakat luas. Sampai sekarang dan berdasarkan data dari Satgas Penanganan COVID-19 tingkat nasional, sudah ada 1 juta orang lebih terpapar.

Sedangkan yang meninggal dunia sudah mendekati angka 16.000 orang dari seluruh Indonesia. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Ketat (PSBB) atau dengan istilah lain Lockdown (menutup wilayah) bagi pendatang dari luar di beberapa kota, ramai jadi perdebatan di masyarakat.

Bagaimana situasi tersebut berdampak secara ekonomi? POSBERITAKOTA melakukan investigasi lapangan selama sepekan (6-12 Pebruari) kemarin ke sejumlah mall yang ada di kawasan Kota Bekasi. Hampir keseluruhan pedagang yang membuka usahanya, mengaku semakin kelabakan, karena sepi pengunjung dan otomatis omzetnya pun ‘ambyar‘ alias hilang hampir 80 persen.

“Kalau sudah begini, buat nutupin biaya sewa kios saja, nggak bakalan bisa. Bayangkan, omzet kita turun hampir 80 persen,” keluh Rizal, pedagang pakaian di Mall Mega Bekasi yang lokasinya di depan pintu Tol Barat Bekasi.

Menurut pria perantau asal Minang (Sumatera Barat) itu, jika setahun lalu bisa raih omzet minimal Rp 1 juta per hari, berbeda dengan sekarang yang cuma Rp 200 ribu. Seandainya situasinya belum berubah sampai bulan Juni 2021 mendatang, bisa-bisa usahanya itu bakal gulung tikar.

“Yang mahal kan, harus bayar uang sewa kios, karena Juni mendatang sudah habis. Sedangkan sewanya setahun, ditotal mencapai sepuluh juta rupiah lebih,” terang Rizal, lagi.

Kondisi sulit juga dirasakan oleh Suhendra, pedagang aksesoris handpone di Mall BTC (Bekasi Trade Centre). Selain sewa kios mahal, ia juga harus membayar gaji 2 karyawatinya. Makanya, atas kesepakatan dengan karyawan, ada penurunan gaji setiap bulannya.

“Untungnya, kedua karyawati saya mau mengerti. Sebab, mereka kan, tahu betul omzet yang semakin bertambah bulan, terus menurun,” tutur Suhendra, 40 tahun, pedagang yang sudah menempati kios sewa tersebut lebih dari tiga tahun.

Sejumlah pedagang atau yang mengisi kios-kios di Mall Metropolitan (MM) Kota Bekasi, juga merasakan hal sama. Padahal, ada dari mereka cuma menyiapkan fasilitas tempat ‘ngopi‘. Akibat pengunjung tak berani datang, omzet pun jeblok. Dari karyawan ada 8 orang, sekarang tinggal separuhnya.

Belakangan adanya penerapan PSBB tingkat Kota Bekasi dan PPKM (Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) secara nasional di Pulau Jawa dan Bali, tetap saja membuat pengunjung mall-mall semakin sepi. Omzet para pedagang benar-benar dibuat ‘ambyar‘, tak lagi memberikan harapan untuk mendapat keuntungan dari usahanya itu. ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Jadi Titik Nol Jakarta, PASLON INDEPEDEN DHARMA-KUN Pilih Debut Kampanyenya di Lapangan Banteng

Redaksi Posberitakota

Semprot Cairan Desinfektan, DKM BAITUSSALAM & PENGURUS RW 09 Bencongan Tangerang Cegah Penyebaran Virus Corona

Redaksi Posberitakota

Bertransformasi Jadi Kota Global, PEMPROV DKI Dorong Peranan Jakarta Sebagai Simpul Utama Jaringan Ekonomi

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang