BEKASI (POSBERITAKOTA) – Peristiwa langka Gerhana Bulan Total (GBT) atau kerap disebut sebagai ‘Bulan Merah Super‘ (Super Blood Moon), kembali terjadi tepat pada Rabu (26/5/2021) malam kemarin. Kejadian itupun setidaknya banyak menyedot perhatian mayarakat luas, khususnya dari umat Islam di Indonesia.
Bertepatan dengan peristiwa langka yang disebut-sebut terjadi setiap 195 tahun sekali dan kali ini hanya berlangsung selama 18 menit itu, tidak sedikit umat Islam di Tanah Air dan bahkan mancanegara kemudian menyambutnya dengan melaksanakan ‘Sholat Gerhana Bulan’.
Sholat Gerhana Bulan pun digelar di Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi yang diikuti puluhan jamaah. Bertindak sebagai imam yakni Ustadz Saeful Aziz dan selanjutnya diisi khutbah singkat oleh Ustadz Drs HM Makhtum (juga dikenal sebagai Ketua Umum Yayasan Jami Al-Ikhlas).
Dalam pembukaan khutbahnya, Ustadz HM Makhtum berwasiat diri selaku khotib dan kepada para jama’ah sekalian untuk selalu bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, Dzat Yang Maha Pencipta Alam Semesta. Yang juga memberikan manfaat dan mudlarat, Dzat Yang Maha mengendalikan seluruh makhluk-NYA.
“Apabila kita memohon akan turunnya rahmat dan barokah, maka permohonan itu hendaknya diiringi dengan ketaqwaan. Dan, bila kita berdoa agar dijauhkan dari wabah dan musibah, hendaknya doa tersebut disertai dengan ketaqwaan pula,” tuturnya, kalem.
Ustadz HM Makhtum memaparkan lebih jauh. Sebab, janji Alloh SWT itu pasti. Barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh SWT dengan sebenar taqwa, maka Alloh SWT pun akan memberikan jalan keluar atau solusi kepadanya serta menganugerahkan rezeki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangka. Sebagaimana yg Allah ta’ala firmankan:
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَ يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ (سورة الطلاق: ٢-٣)
“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
niscaya Ia akan menjadikan baginya jalan keluar dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka” (QS
Ath-Thalaq: 2-3).
Nah, bagaimana dengan peristiwa langka di dunia yang segera kita hadapi atau saksikan? “Sesungguhnya Gerhana Matahari dan Bulan adalah bagian di antara sekian banyak kejadian yang menjadi bukti kekuasaan Allah ta’ala. Allah Maha Kuasa untuk menjadikan Cahaya Matahari dan Bulan padam serta gelap gulita, sebagaimana Ia Maha Kuasa untuk menjadikan Matahari Terbit dari arah Timur dan Terbenam di arah Barat,” terang Ustadz HM Makhtum, lagi.
Seperti yang tertuang atau ada dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim bahwa pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, terjadi Gerhana Matahari.
Lantas, Baginda Nabi bersegera menuju masjid lalu shalat kusuf/khusuf bersama para sahabatnya.
Kemudian, Beliau menyampaikan khutbah. Di antara yang beliau sampaikan dalam khutbah tersebut adalah:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَافْزَعُوْا إِلَى الصَّلَاةِ
Artinya: “Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua di antara tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Keduanya tidak akan mengalami Gerhana dengan sebab mati atau hidupnya seseorang. Bila kalian melihat terjadinya Gerhana Matahari dan Bulan, maka bersegeralah melakukan shalat.”
Selain itu, Beliau/Baginda Nabi juga menyampaikan:
وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ يُخَوِّفُ اللهُ بِهِمَا عِبَادَهُ
Artinya: “Gerhana Matahari dan Bulan adalah dua di antara tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang dengan keduanya, Ia menakut-nakuti dan memperingatkan hamba-hamba-NYA.”
Dikupas oleh Ustadz HM Makhtum bahwa dari hadits tersebut, kita dapat mengetahui bahwa hikmah utama dari Gerhana adalah peringatan bagi para hamba agar menjauhi seluruh kemaksiatan dan bersegera melakukan berbagai kebaikan. Seperti melakukan shalat, banyak berdoa, banyak berdzikir, bersedekah dan lain sebagainya.
“Jelas bahwa terjadinya Gerhana juga merupakan peringatan bagi kita semua agar bersegera melakukan taubat dengan taubatan nashuha dari semua dosa dan maksiat. Begitu pula dengan terjadinya Gempa, merebaknya berbagai Wabah termasuk Corona serta musibah-musibah yang lainnya, kesemuanya adalah bentuk peringatan bagi para hamba agar menjauhi segala maksiat dan bersegera untuk bertaubat,” ucapnya.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلاَّ تَخْوِيفًا (سورة الإسراء: ٥٩)
“Taubatan Nashuha adalah taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memenuhi seluruh rukun taubat, yakni adanya penyesalan, berusaha maksimal meninggalkan dosa serta berjanji dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi dosa yang pernah dilakukan. Bila dosa itu berkaitan dengan meninggalkan kewajiban seperti Shalat 5 Waktu dan Puasa Ramadhan, maka taubatnya adalah dengan mengqadha shalat dan puasa yang pernah ia tinggalkan. Dan, bila dosa itu berkaitan dengan sesama manusia, maka taubatnya adalah dengan meminta maaf, kerelaan serta mengembalikan harta yang barangkali pernah ia rampas tanpa hak atau meminta kerelaan darinya.
ـ Artinya: “ Dan tidaklah kami mengirimkan tanda-tanda itu kecuali dalam rangka untuk menakut-nakuti dan memberi peringatan (QS. Al-Isra : 59)
Allah ta’ala kembali berfirman:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (سورة النور: ٣١)
Artinya : “Dan
bertaubatlah wahai seluruh kaum beriman agar kalian beruntung” (QS An-Nur: 31).
Sebagai penutup khutbah singkatnya itu, Ustadz HM Makhtum berharap agar mudah-mudahan bermanfaat bagi semua, khususnya para jamaah yang hadir dan juga warga RW 025 VGH di sini. “Semoga dengan adanya fenomena Gerhana Bulan ini, Alloh Ta’ala memberikan hikmah, rahmat serta barokahnya dan juga mudah-mudahan wabah Corona (COVID-19) segera lenyap dan berakhir dari bumi Nusantara (Indonesia) tercinta ini. Aamiin…aamiin…aamiin,” urainya, mengakhiri.
Sementara itu Ustadz Saeful Aziz kepada POSBERITAKOTA, menerangkan adapun niat sholat Gerhana Bulan Berjamaah.
أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً/مَأمُومًا لله تَعَالَى
Ushollî sunnatal khusûfi rok‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita tuntunan syariat yang mulia ketika terjadi Gerhana Matahari maupun Gerhana Bulan, antara lain yaitu:
- Menghadirkan rasa takut kepada Allah SWT saat terjadinya Gerhana Matahari dan Bulan, karena peristiwa tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat, atau karena takut azab Allah SWT diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan.
- Mengingat apa yang pernah disaksikan Nabi Muhammad SAW dalam Salat Kusuf
- Menyeru dengan panggilan “Asshalaatu Jaami’ah“. Maksudnya adalah panggilan untuk melakukan salat secara berjamaah. Aisyah meriwayatkan bahwa saat terjadi Gerhana, Rasulullah SAW memerintahkan untuk menyerukan “Ashsholaatu Jaami’ah” (H.R. Abu Daud dan al-Nasa’i).
- Disunnahkan mengeraskan bacaan surat, baik salatnya dilakukan pada siang atau malam hari. Hal ini dilakukan Rasulullah SAW dalam Sholat Gerhana (H.R. Muttafaq alaih).
Kemudian, tambah Ustadz Saeful Aziz, ada pula tata cara Sholat Gerhana yang antara lain :
- Berniat di dalam hati;
- Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana salat biasa;
- Membaca do’a iftitah, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang lain sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih);
- Kemudian ruku’;
- Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal)
- Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah dan surat lain. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama;
- Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya;
- Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal);
- Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali;
- Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana rakaat pertama, hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya;
- Salam. ■ RED/AGUS SANTOSA