BANTEN (POSBERITAKOTA) – Plong sudah apa yang diobsesikan atau diimpi-impikan pasangan desainer muda Migi Rihasalay bersama suami Andrew James, bisa terlaksana. Yakni membangun Rumah Joglo di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten, Jawa Barat. Sedangkan bangunan bernuansa adat Jawa tersebut utamanya diperuntukkan bagi seniman untuk berkreasi sambil mencari ilham.
Ada kepuasan bathin tersendiri yang dirasakan oleh keduanya. Kenapa? Karena saat ini sejumlah bangunan Rumah Joglo sudah berdiri secara eksotik di atas lahan seluas 1 hektar di kawasan ekonomi dan wisata tersebut. Pasangan suami istri tersebut juga mengaku bangga atas kreasinya menghadirkan rumah-rumah berbahan kayu jati ukir yang tampak mewah dan unik.
Bisa terealisasinya mimpi Migi jelas tidak lepas dari keikutsertaan atau peran besar dari sang suami yang merupakan arsitek berkebangsaan Australia. Bahan baku berupa kayu ukir itu berasal dari Rumah Joglo di berbagai daerah di Pulau Jawa, terutama kota Jepara. Rumah Joglo di daerah yang sudah rusak, dibeli oleh Migi lalu kayu-kayunya diangkut ke Tanjung Lesung.
“Jujur, saya dan suami memang termasuk orang yang senang dengan budaya. Di mana budaya dan bangunan dari tanah Jawa seperti Rumah Joglo kami hadirkan di Tanjung Lesung yang memang ke depan akan jadi lokasi pariwisata. Untuk menghadirkan Rumah Joglo ini, aku sama suami mencoba mengumpulkan beberapa Rumah Joglo yang hampir punah,” ungkap Migi kepada POSBERITAKOTA, Kamis (19/8/2021).
Tak dibantahnya bahwa untuk membangun kawasan budaya di tanah seluas 1 hektar yang ada di Tanjung Lesung itu, dibutuhkan biaya besar. Selain mengubah rumah asli menjadi Rumah Joglo, Migi juga mencoba membangun kembali Rumah Joglo itu menjadi rumah yang eksotis dan punya nilai seni tinggi.
“Jadi, untuk bisa membangun Rumah Joglo ini, saya sama suami harus berburu ke beberapa wilayah seperti Jepara untuk mencari beberapa Rumah Joglo yang hampir roboh, lalu kita beli dari pemiliknya. Kita bongkar dan kemudian kita bawa ke kawasan Tanjung Lesung ini untuk kita bangun kembali sesuai dengan gambaran aslinya. Tujuannya agar nilai sejarahnya tetap terjaga. Apalagi Andrew ini kan seorang arsitek, jadi dia tahu bagaimana membangun bangunan sejarah agar terlihat menarik dan bisa nanti dijadikan lokasi yang menarik buat para seniman berkarya,” jelas Migi yang didampingi suami tercintanya.
Sementara itu Andrew James yang merupakan pria berkewarganegaraan Australia, mengaku bangga bisa mempersembahkan Rumah Joglo ini sebagai lokasi kreatif bagi para seniman ini. Di mana kecintaannya atas Indonesia membawa dirinya kini memperjuangkan statusnya menjadi seorang WNI.
“Saya orang bule, tapi saya sangat cinta Indonesia. Karena di sini saya bebas berkarya dan mengekspresikan diri saya. Hal itu yang tidak bisa saya dapatkan di Australia sana. Ketika saya menikah dengan Migi, saya ingin mempersembahkan sesuatu yang mungkin nantinya bisa dimanfaatkan bagi kebaikan generasi muda Indonesia dalam mengenal budaya dan keragamannya. Salah satunya lewat Rumah Joglo ini. Saya saat ini sedang berjuang agar bisa jadi WNI dan ingin mati dan dikubur di Indonesia. Sebab, saya sangat cinta Indonesia,” ujar Andrew yang mengenakan pakaian adat Jawa.
Rumah joglo yang dibangun Migi dan Andrew sendiri ke depannya akan bisa jadi rumah inspiratif bagi para seniman dalam berkarya. Tak hanya itu, lewat Rumah Joglo ini, Migi juga akan menggelar program free class bagi anak-anak di sekitar dengan memberikan pelajaran mendesain, melukis, membuat batik dan pottery dari tanah liat. “Yang pasti, anak-anak bisa belajar dengan gratis,” pungkas Migi yang tetap punya semangat untuk produktif meski ditengah masa pandemi. ■ RED/AGUS SANTOSA