BEKASI (POSBERITAKOTA) – Tak dibantah kalau dirinya sejak awal menjadi salah satu sosok yang sangat antipati terhadap Islam. Sebab, sebelumnya Andreanes Sulistiono begitu aktif di gereja sebagai penganut Katolik. Ia pun kemudian tertarik untuk banyak belajar kitab-kitab (Bibel). Sampai suatu ketika merasa ‘disentil‘ untuk kemudian tertarik memperdalam kitab suci Al-Quran.
“Lantas, apa yang saya temukan? Pada saat saya banyak belajar dari Bibel, justru ummat Islam yang banyak melakukan terkait kehidupan ini. Dari situlah yang mendorong saya, kemudian harus masuk Islam dengan membaca kalimat dua kali masahadat. Laillah Hailullah Muhammad Rasulullah,” tutur pria nyentrik kelahiran Jakarta satu ini, tapi berdarah turunan ningrat asal Yogyakarta membuka obrolan santai dengan POSBERITAKOTA.
Pria yang bernama lengkap (asli) Raden Mas Andreanes Sulistianto Budi Atmojo Tirto Dahobo, lahir di Jakarta pada 6 Juni 1977 silam. Ia ternyata juga masih berdarah ningrat alias keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwono ke-VI. Sejak lahir hingga usia 42 tahun dikenal sebagai penganut Katolik yang tekun.
“Entah kenapa, begitu lepas usia 42 tahun, ada dorongan kuat dalam diri saya untuk masuk Islam. Tanpa ada paksaan dan dengan sendiri saya berubah. Meski saya juga harus menghadapi konsekuensi yang cukup berat. Saya dibuang oleh keluarga sendiri,” tutur Andreanes yang sempat menitikan air matanya.
Istri dan kedua anaknya kini tak lagi tinggal bersama. Pergi dan tinggal di Kupang. Andreanes pun mengaku pasrah. Apalagi, ia sadar betul, apa yang dialami itu sudah atas kehendak Tuhan (Allah SWT). “Saya sudah meyakini betul bahwa agama Islam telah memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga,” ungkapnya.
Kepindahannya ke Islam langsung berganti nama menjadi Muhammad Andreanes. Dan, demi menguatkan apa yang dilakukannya itu, ia kemudian bikin semacam pengakuan yang dituangkan dalam bentuk video. Setelah itu diunggah ke sosial media (Sosmed), YouTube.
“Buka atau klik saja, bagaimana pengakuan-pengakuan saya di Mualaf Prince, Muhammad Andreanes. Saya juga tak menyangka, jika kemudian menjadi viral. Dari situlah, saya kemudian memantapkan diri dengan menekuni pula sebagai YouTuber,” tegas dia, lagi.
Berkisah panjang lebar tentang perjalanan hidupnya di masa lalu, Muhammad Andreanes mengaku sangat penuh liku-liku. Pada masa kecil, remaja dan dewasa tinggal di kawasan Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Segala pekerjaan telah dilakoni, mulai dari kehidupan sebagai anak jalanan dan pekerja kasar.
“Yang jelas, dari hidup tak punya apa-apa. Lantas, saya juga pernah bergabung sebagai wartawan di group media Pos Kota. Buat saya itulah proses hidup yang harus saya jalani. Sampai sekarang dan akhirnya saya seperti menemukan kehidupan yang jauh lebih tenang sejak masuk Islam,” tutur pria yang badannya penuh tato tersebut.
Dulu, kata Muhammad Andreanes, dirinya merupakan pribadi yang egois. Dalam kehidupan atau pergaulan, nyaris tak punya rasa empati atau peduli dengan orang lain. Tentu, tambah dia, berbeda dengan kehidupan yang dijalani sepanjang dua tahun belakangan ini.
“Sekarang ini, jika saya nggak punya apa-apa, hampir nggak pernah kecewa. Karena, sejatinya dalam hidup ini, kita memang nggak punya apa-apa. Yang sedang kita makan atau menghisap sebatang rokok, itulah milik kita. Selebihnya, belum tentu milik kita,” urainya, penuh makna.
Karena itu pula, menurut Muhammad Andreanes lagi, dirinya kerapkali berbagi. Bahkan, hasil dari usaha yang dijalani, keuntungannya disumbangkan ke Palestina. Ia pernah mengirimkan bantuan bagi rakyat Palestina sebesar Rp 20 juta lebih. Sekarang pun, di MP (Mualaf Prince) Kafe miliknya yang berada di Jalan Jatiwaringin No 54, Pondok Gede, Bekasi, kerapkali mengundang pengojek online untuk makan dan minum gratis.
Kembali ke soal akun YouTube ‘Mualaf Prince’, Muhammad Andreanes mengaku justru ingin melakukan semacam counter (tanggapan) terhadap orang-orang yang membenci atau antipati terhadap Islam. “Jadi, di situ ingin mencari kebenaran (riil Islam. Bukannya untuk mencari pembenaran. Saya di situ banyak bicara berdasarkan ayat-ayat yang ada dalam Al-Quran,” ucapnya.
Menurut dia bahwa Islam itu sangat kaya. “Justru kita ini tidak seberapanya. Selain itu, harus diyakini bahwa akan kita ini akan hidup kekal, setelah meninggal dunia. Nah lewat Al-Quran itulah, Allah SWT telah memberikan kita sebagai hamba-NYA, sebuah jalan lurus,” paparnya.
Bagaimana Muhammad Andreanes memandang Allah SWT? “Saya memang tidak bisa melihatnya. Tapi, kita harus paham dalam menilai bahwa Allah SWT itu sebagai yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Seperti perintah sholat 5 waktu, sebenarnya Allah SWT memberikan kita atau kasih kesempatan (Pengasih) untuk bertaubat. Sebab, kita bisa kapan dan di mana saja bakal meninggal dunia,” jawabnya.
Satu contoh, kata Muhammad Andreanes, manakala kita akan meninggal dunia saat waktu Dzuhur. “Berarti kita sudah punya modal, karena sudah menjalani sholat Shubuh. Begitu saat Ashar kita dipanggil, juga sudah punya bekal telah menjalani perintah wajibnya, sholat Dzuhur. Dan, begitu seterusnya,” katanya.
Sedangkan makna kata ‘Penyayang‘, Allah SWT bakal menempatkan Hamba–NYA atau umat Rasulullah/Baginda Nabi Muhammad SAW di surga. “Namun jika segala perbuatan kita di dunia tidak mengikuti perintah–NYA dan tidak menjauhi larangan-larangan-NYA, tentu saja ada yang harus dipertanggungjawabkan di akherat nanti,” pungkas dia. ■ RED/AGUS SANTOSA