PENGHASILAN TAK MENENTU, PEDAGANG KELILING & PEMULUNG DI BABELAN BEKASI DISASAR PROGRAM ‘SEJADAH BABE’ PEKAN KE-12

BEKASI (POSBERITAKOTA) – Tak terasa giat program berbagi nasi boks dari SEJADAH BABE (Sedekah Jum’at Berkah & Amal Jariyah – Babelan Bekasi) telah memasuki pekan ke-12, Jumat (22/10/2021). Berjalan sejak awal bulan Agustus kemarin hingga memasuki minggu ketiga di bulan Oktober 2021 ini.

Sebagai aksi riil (nyata) di bidang sosial kemasyarakatan yang dikolaborasikan dengan kegiatan syiar keagamaan serta bertujuan untuk mengajak berbuat kebajikan, SEJADAH BABE mulai mendapat tempat dihati warga masyarakat, khususnya di wilayah Babelan, Bekasi.

SEJADAH BABE sendiri digagas oleh Agus Santosa (Ketua) sebagai wadah yang sementara baru berbentuk komunitas warga dan jamaah Masjid Jami Al-Ikhlas yang berada di lingkungan RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

Berbekal pengalamannya selama 30 tahun menjadi jurnalis (wartawan Ibukota di Harian POSKOTA), Agus Santosa mencoba mendiskusikan dengan Muharom (Bendahara Umum), Fauzan Gandung Pujo (Wakil Ketua) serta Cecep Supriatna (Sekretaris/Ketua Koordinator Lapangan/Korlap). Sampai akhirnya sepakat mendirikan SEJADAH BABE dan mulai berjalan sejak awal Agustus 2021 kemarin hingga sekarang ini.

Setelah itu merangkul Slamet Sahuri (Bendahara Event), M. Zein Malawat (Korlap 2) dan Nana (Korlap 3). Selain itu meminta kesediaan Ustadz Hafid, Ustadz Rojali dan H. Jaelani duduk dijajaran pembina/penasehat SEJADAH BABE. Sejauh ini sudah ada sejumlah pemuka agama dan tokoh masyarakat lainnya yang diharapkan ikut memberi support pemikiran bagi keberlangsungan program ini. Tak terkecuali dengan adanya respon dari sejumlah artis-artis Ibukota yang concern dan siap mensupport kegiatan atau program SEJADAH BABE di masa mendatang.

Sementara itu dalam program berbagi sebanyak 40 nasi boks dan aqua botol, Jumat (22/10/2021) pekan ke-12, Tim SEJADAH BABE yang ‘dikomandoi’ Cecep Supriyatna bersama POSBERITAKOTA sebagai media partner, kebanyakan menemui para pedagang keliling dan juga pembeli barang-barang bekas (tukang rongsokan) serta pemulung. Dimana mereka mengungkapkan masih saja harus menghadapi penghasilan atau pendapatan yang tak menentu. Berikut ini profil-profil mereka.

Adalah Sanadi (22 tahun), pedagang mainan anak ‘Kletekan‘. Ia datang dari Cirebon dan setiap harinya harus keliling alias ngider jualan di sejumlah perumahan di wilayah Babelan, Bekasi. Berapa penghasilan sehari? “Nggak menentu. Kadang bisa dapat untung Rp 50 ribu atau bahkan lebih. Itu belum buat biaya makan, karena jualan sejak pagi sampai sore, harus makan dua kali dan butuh biaya Rp 30 ribu,” jelasnya kepada Tim SEJADAH BABE.

Sama seperti yang diakui Iwan (38 tahun), pedagang kursi bambu yang datang dari Bogor. Harus keliling seharian, belum tentu terjual barang dagangannya. “Kalau bicara untung sih, lumayan. Ada buat ongkos pulang dan juga biaya makan. Yang jelas, penghasilan saya ini, nggak menentu,” ucap dia yang ditemui saat ngider ke Perumahan VGH Gerbang Barat.

Masih lumayan yang dialami Adrean (28 tahun) asal Cirebon, padagang asesoris anak-anak. Mulai dari bando, gelang, cincin dan jepitan. Kelilingnya di wilayah Babelan, pakai gerobak. “Saya bisa dapat penghasilan kotor Rp 100 ribu,” akunya, terus terang.

Ditemui di daerah Perumahan Pondok Ungu Permai (PUP) Sektor 5, Deddy (52 tahun), mengaku sudah 5 tahun jualan air bersih dalam derigen. Pelanggan beli Rp 1000 satu derigen. “Saya cuma dapat untung 300 perak per derigen. Sehari bisa jual 100 sampai 150-an derigen,” papar pria perantau dari Kuningan, Jawa Barat.

Sungguh tak diduga, jika Namid saat ini usianya justru sudah mau memasuki 70 tahun. Namun masih kuat jualan sayur dan buah-buahan secara keliling. Barang yang dijual dipetik dari kebunnya sendiri. “Babe, bisa dapat antara Rp 100 sampai Rp 150 ribu. Kelilingnya di daerah Grand Duta City sampai PUP,” tegas pria asli Babelan tersebut.

Lain lagi dengan Rizki (21 tahun) asal Indramayu. Ia jualan mangga, karena di kampung halamannya mulai panen. “Saya di Babelan sini, ada Bosnya. Disiapin becak. Kalau sehari dapat penghasilan Rp 600 ribu misalnya, saya bisa dapat Rp 100 ribu atau Rp 150 ribu,” aku Rizki seraya menyebut nama Rudi, Warnoto, Munadi, Emos, Sahri dan Riri, kawan sekampung yang juga jualan mangga di Babelan.

Dari deretan tukang rongsokan atau jual beli barang-barang bekas, ada Rudi (37 tahun). Ia sudah tinggal di Babelan selama 6 tahun. Namun saat ditanya soal penghasilan, sempet geleng-geleng kepala. “Wah, kagak nentu. Bisa dapat barang bekas aja rada susah sekarang. Makanya, belum tentu dapat uang dalam setiap harinya,” tutur pria asal Indramayu tersebut.

Sama dengan pengakuan Putra Ardiansyah, juga seprofesi sama dengan Rudi tadi. Selain situasinya belum normal, menurutnya, sejak dua tahun belakangan banyak orang yang jadi pemulung dadakan. “Rekan-rekan seprofesi dan satu daerah, juga ngeluh. Susah dapat duitnya, nggak kayak dua atau tiga tahun sebelumnya,” ucap Putra sambil menyebut rekan sekampung asal Karawang. Mereka antara lain : Riki, Dawi, Nana, Ade dan Sara.

Diakui Samin (65 tahun). Perantau asal Karawang yang kini tinggal di Kelurahan Bahagia, Babelan, nampak tengah istirahat di pinggir jalan. “Saya sudah 10 tahun jadi pemulung. Bicara penghasilan, saat ini yang terendah. Coba bayangin, kalau saya malah cuma dapat Rp 50 ribu setiap hari. Sedangkan saya pagi sudah harus sarapan, belum lagi biaya untuk makan siangnya,’ bebernya.

Tim SEJADAH BABE tersentak manakala melihat 2 ibu-ibu sebagai Penyandang Kesejahteraan Sosial (PKS). Nemi (60 tahun) dan Nasa (58 tahun) selalu jalan bareng. Bahkan sejak pagi hingga siang jelang sholat Jum’at, selalu meminta bantuan kepada setiap orang. “Kalau dikumpulin dapat Rp 100 ribu, ya dibagi dua. Begitu juga jika terkumpul uang Rp 150 ribu,” tegas keduanya. 

Saat Tim SEJADAH BABE masih berada dan singgah di daerah Marakas (PUP), juga menyasar para Pengojek Online (Ojol) dan Pekerja Lepas (PL) lain. Mereka merasa senang ditemui, apalagi diberi sekadar nasi boks/aqua botol. Kebetulan mereka memang banyak yang belum sarapan pagi.

Termasuk kelompok ibu-ibu yang menampung sumbangan untuk renovasi masjid di kawasan Pondok Ungu Permai.Wah, seneng nih, dapat nasi boks dan aqua botol dari SEJADAH BABE,” ucap Tin, mewakili ketiga rekannya yang lain.

Dipenghujung program berbagi nasi boks/aqua botol, Jumat (22/10/2021) di pekan ke-12, Tim SEJADAH BABE menemui Jumadi (55 tahun) dan kawan-kawan. Mereka merasa senang dan berkenan menerima nasi boks/aqua botol serta langsung menyantapnya. “Baru kali ini, saya ketemu program SEJADAH BABE. Terima kasih…terima kasih,” ucap Jumadi dengan wajah sumringah.

Namun sebelumnya, program SEJADAH BABE bersama Dapur Mama Yusuf dan kelembagaan DKM Jami Al-Ikhlas RW 025 VGH Kebalen (Babelan), juga telah menyiapkan sebanyak 75 boks dalam bentuk snack pisang bakar. Hal itu diperuntukkan bagi anak-anak dan remaja yang ikut pengajian serta membaca surah Yassin bersama Ustadz Rojali. Selain itu juga didampingi Adi Cahyadi, Engkong Yanto, Yana dan Nana. □ MEDIA PARTNER/RED – GOES

9

Related posts

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, MERAMU IKHLAS dari Wafatnya Orang yang Terkasih

Kajian Jumat Pilihan di Masjid Istiqlal Jakarta, AKHLAK Terhadap yang Lemah & Susah

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, MAKNA ESOTERIS Kumandang Adzan