Kajian dalam Program Hikmah di Masjid Istiqlal Jakarta, BAHAS SOAL ‘Keutamaan Silaturahim’

OLEH : H. BUDI FIRMANSYAH, MM

HARI Raya Idhul Fitri merupakan momentum untuk saling memaafkan dan meningkatkan silaturahim dengan mendatangi orangtua dan sanak saudara serta tetangga dekat, karena hubungan antara manusia harus tetap terjaga setelah Allah subhanahu wata’ala perintahkan untuk bertaqwa dan juga memiliki rasa kasih sayang.

Hal itu sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala di dalam Qur’an Surat An-Nisa ayat 1:
يَنَأَيْهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي

تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا


Artinya: “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah SWT menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah SWT memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah SWT yang dengan (mempergunakan) nama-NYA, kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah SWT selalu menjaga dan mengawasi kamu”.

Silaturahim juga merupakan perintah Allah subhanahu wata’ala, sejalan dengan ibadah Puasa di bulan Ramadhan yang tujuannya agar manusia bertaqwa, maka ketaqwaan yang telah dibangun di bulan Ramadhan agar diiringi dengan memelihara hubungan silaturahim.

Ada beberapa hal yang dilakukan agar terpeliharanya silaturahim:

1. MUSAFAHA (BERSALAM – SALAMAN)

Hamba Allah subhanahu wata’ala ketika memiliki dosa dan kesalahan kepada sesama manusia tidak bisa gugur dosanya dengan beristighfar tetapi harus meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti atau didzholimi, maka upaya untuk ishlah dan saling bermusafaha bersalam – salaman merupakan cara untuk tetap terpelihara hubungan persaudaraan diantar umat Islam.

Karena Nabi dalam sabdanya menyatakan bahwa diantara umatnya yang bertemu lalu saling bersalam-salaman, maka gugur dosa diantara keduanya.

2. MEMBUKA PINTU MAAF

Sikap memberi maaf merupakan perbuatan yang mulia, karena meminta maaf sangatlah mudah tetapi memberi maaf terkadang tidak semudah membalikan telapak tangan. Pribadi yang bertaqwa cirinya adalah memberi maaf seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam meskipun didzolimi dan dihina tetap mecerminkan akhlaq yang mulia dengan memberi maaf kepada musuhnya.

Sikap pemaaf juga merupakan bagian dari mencontoh sifat-sifat ilahiyah yang dimana Allah subhanahu wata’ala suka memaafkan hamba yang memohon ampunanNYA.

3. MENJALIN KOMUNIKASI HUMANIS

Komunikasi intensif antara manusia dapat meminimalisir hubungan yang tidak baik antara keduanya, karena membangun komunikasi dapat menumbuhkan kedekatan sambung rasa dan hati serta menghindarkan dari sifat kecurigaan, sifat saling membenci. Komunikasi yang baik akan melahirkan nilai-nilai luhur di dalam prinsip silaturahim.

Dengan terpeliharanya silaturahim, maka umat Islam akan mendapatkan keutamaan yang telah dijanjikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana di dalam hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ;
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya:Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan ditambah umurnya, maka hendaklah menjalin silaturrahim” (HR Bukhari).

Silaturahim akan melapangkan rizki karena bertambahnya saudara dan saling bertemu akan datang rizki baik materi maupun imateri, bahkan tidak hanya rezeki tetapi akan dipanjangkan umurnya bisa yang dimaksud adalah panjang umur secara hakiki atau selalu namanya dikenang sepanjang masa.

Silaturahim dapat pula sebagai jalan menuju surga sebagaimana Nabi menyatakan dalam sabdanya: “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat(HR. Ibnu Majah).

Bahkan dengan silaturahim kelak, kita akan mendapat naungan Allah SWT di Arasy saat hari kiamat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Ada tiga orang yang mendapat naungan Arasy pada hari kiamat; orang yang menjaga silaturahim, seorang istri yang ditinggal mati suaminya kemudian membesarkan anak-anak yatimnya sampai Allah SWT mencukupi mereka atau sampai mereka wafat, dan orang yang membuat makanan kemudian mengajak anak yatim dan orang miskin untuk makan. © (***/goes)

Related posts

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri