BEKASI (POSBERITAKOTA) – Keberadaan para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), sejatinya menjadi domain (tugas) setiap Dinas Sosial Kabupatan/Kota atau Provinsi, agar memiliki concern (perhatian) terhadap mereka. Artinya apa? Supaya ke depannya jangan sampai tambah membludag warga masyarakat yang masuk kategori tersebut.
Namun sebagai bentuk kepedulian dan rasa empati, apalagi ditilik dari sisi sosial kemasyarakatan dan konteks syiar keagamaaan, program berbagi nasi boks/aqua botol dari ‘SEJADAH BABE‘ (Sedekah Jum’at & Amal Jariyah – Babelan – Bekasi), insya Allah tak akan pernah kendor untuk terus jalan.
Adanya bentuk support dari sedikit warga atau jamaah masjid di wilayah Perumahaan Villa Gading Harapan (VGH) Gerbang Timur RW 025 Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupetan Bekasi – justru ikut memberikan semangat bagi ‘SEJADAH BABE‘ untuk terus berkiprah.
Soal nilai atau kuantitas bersedekah bukanlah ukuran. Yang terpenting adalah bersumber dari niatnya. Jika sepanjang kegiatan sejak pekan Jumat pertama (6 Agutus 2021) hingga pekan Jumat ke-17 (26 Nopember 2021) terpublis dalam POSBERITAKOTA sebagai media partner, karena ingin menunjukkan bukti dari konsistensi program ‘Berbagi Jum’at Berkah’.
Seperti halnya kegiatan majelis ta’lim, ceramah habib, kyai dan para ustadz – toh ilmu atau ceramah-ceramah mereka ditransformasikan ke masyarakat. Termasuk program ‘SEJADAH BABE’ terus diperkenalkan ke masyarakat, agar menjadi inspirasi pihak lain atau syiar keagamaan – terutama untuk mengajak pentingnya bersedekah meski dengan harta seminimal (sekecil apapun) atau semampunya.
Dalam kegiatan lapangan program ‘SEJADAH BABE’ pekan Jumat ke-17 pada 26 Nopember 2021, dilibatkan Asmawi selaku warga dan jamaah masjid. Kegiatan atau aksi nyata satu ini, malah siap didukungnya karena menjadi kewajiban sesama insan atau makhluk Tuhan (Allah SWT) untuk saling berbagi, kendati dengan sedikit harta.
Diawal turunnya Tim ‘SEJADAH BABE‘ di pekan ke-17, Asmawi menemui Untung Mulyono (60 tahun), pekerja tetap di tempat pencucian motor dan mobil yang ada di wilayah RW 025 VGH Kebalen. Sudah ada 14 tahun, pria berdarah Jawa itu, nampak terus kelihatan sehat serta tekun menjalani pekerjaannya tersebut.
“Iya, beginilah saya. Sebab, kalau disuruh kerja serabutan, nggak bisa. Alhamdulillah, selama 10 tahun lebih, bisa mencukupi kebutuhan keluarga,” tutur Untung Mulyono itu dengan kalimat apa adanya.
Selanjutnya, ada Helmi (65 tahun), pria lanjut yang sehari-hari jadi pedagang keliling. “Saya menawarkan mulai dari batu cincin, kayu yang berkhasiat untuk obat dan apa saja. Alhamdulillah, setiap harinya selalu ada rejeki, selama kita masih mau berikhtiar untuk mencari rejeki secara halal,” paparnya.
Lain lagi dengan Tarso (60 tahun). Setiap hari harus keliling kampung di wilayah Babelan, Bekasi. Modalnya cuma alat musik Suling. “Kepintaran saya dalam membawakan lagu lewat alat musik Suling, ternyata banyak disukai. Dari seharian keliling, bisa dapat antara Rp 30 – Rp 50 ribu dari saweran yang saya terima,” akunya.
Para pekerja pengangkut sampah yang dikomandoi Bakri (48 tahun), juga disasar Tim ‘SeJADAH BABE’. Ada sekitar 4 rekannya yang lain, mengucapkan rasa terima kasih ketika pertama kali ketemu Program Jum’at Berkah. Menurut mereka kadang harus kerja ekstra dalam hal tenaga, sehingga perut tak boleh kosong.
Begitu pula Titin (45 tahun) bersama keempat ibu yang lain, saat ditemui tengah memetik bayam dan kangkung. Hanya mengaku sebagai buruh petik yang dapat upah Rp 50 ribu/hari. “Kerja begini buat tambahan keluarga, karena suami juga garap tanah ladang yang sama,” ceritanya.
Sosok Epih (36 tahun), ibu muda yang juga harus menggendong putra bontotnya yang berusia 1,5 tahun dan bernama Ilham. Ia harus keliling kampung atau perumahan di wilayah Babelan, Bekasi – tentu saja demi mendapat rejeki antara Rp 30 sampai Rp 50 ribu setiap harinya.
Sosok pria tua bernama Markaban (72 tahun), mengaku masih kuat jika harus berjalan kaki sejauh antara 5 atau 10 KM. Baik keliling kampung atau perumahaan di wilayah Babelan, Bekasi. Jika tidak, menurutnya, sulit untuk mendapatkan barang-barang bekas. Minimal dapat kardus atau botol bekas.
Sama seperti Nemah (65 tahun), ibu yang hidup sebatang kara. Kembali ditemui Tim ‘SEJADAH BABE’ di Kampung Ujung Harapan, Kelurahan Bahagia, Babelan, Bekasi. Diakuinya, setelah banyak memulung barang bekas, baru antara dua atau tiga hari sekali dijual ke penampung. “Sekali jual bisa dapat Rp 75 atau Rp 150 ribu,” jelasnya.
Sementara Ade (22 tahun), tukang parkir di minimarket Indomart di kawasan Perumahan VGH Kebalen, kembali disasar Tim ‘SEJADAH BABE’. “Alhamdulilah nih, bisa buat sarapan pagi,” jelas pemuda asli Kampung Pintu, Desa Babelan Kota yang sudah menggeluti pekerjaan tersebut sejak enam bulan lalu.
Rosidi (28 tahun), Qubil (32 tahun) dan Engkong Suan (67 tahun) – ketiganya petani ladang yang biasa menanam sayuran (bayam dan kangkung). Mereka selalu disasar program Berbagi Jum’at Berkah, karena berada atau tinggal di sekitar basecamp ‘SEJADAH BABE’. □ RED/AGUS SANTOSA