BEKASI (POSBERITAKOTA) – Senyum ceria ibu Fitri (34 tahun), setidaknya bisa mewakili ratusan atau bahkan ribuan warga Babelan, Bekasi. Pagi-pagi bisa menikmati sarapan atau makan pagi ditengah situasi pandemi yang juga belum usai. Oleh karenanya, mereka tak menampik untuk menerima dan bahkan malah sampai mengungkapkan rasa syukurnya, manakala disodori nasi boks dan sebotol air mineral yang merupakan kegiatan Berbagi Jumat Berkah.
Mereka pun ditemui Tim SEJADAH BABE (Sedekah Jumat Berkah & Amal Jariyah – Babelan – Bekasi) yang sudah masuk atau berjalan selama 27 pekan (Sejak Jumat 6 Agustus 2021 hingga 11 Pebruari 2022) ini. Sedangkan SEJADAH BABE sendiri merupakan wadah yang baru berbentuk komunitas. Sedangkan anggotanya adalah khusus warga & jamaah masjid di RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Kebalen, Babelan, Bekasi.
Jika kemudian banyak meraih perhatian dan konstribusi pihak eksternal (luar), karena SEJADAH BABE merupakan program syiar keagamaan, mengajak kebaikan utamanya untuk bersedekah dan ikut perduli dengan situasi serta kondisi yang ada. Betapa masih banyak (ratusan dan ribuan), saudara-saudara kita yang masih dalam keterbatasan secara sosial ekonomi.
Belum lagi dengan adanya hantaman pandemi COVID-19 dan berlanjut ke varian baru Omicron, setidaknya mengetuk hati serta rasa kedermawanan kita terhadap sesama. Meski hanya sebatas memberi serta menyiapkan sarapan atau makan pagi mereka – bagi yang benar-benar membutuhkan. Kisah pilu mereka pun direkam atau dicatat POSBERITAKOTA sebagai media partner program SEJADAH BABE.
Ibu Fitri (34 tahun), wanita pemulung yg sedang menggendong putranya, Juki (2,5 tahun) ditemui Tim SEJADAH BABE di wilayah Ujung Harapan, Kelurahan Bahagia, Babelan, Bekasi. Ia mengaku kesehariannya harus keluar rumah untuk mencari barang-barang bekas. Dan, itupun belum tentu seharian bisa dapat uang langsung. Sebab, barang-barang hasil memulung harus dikumpulkan lebih dulu di rumah.
“Ketimbang tak ada kegiatan di rumah, ya lebih baik kerja memulung. Suami saya juga sama kerjanya. Bahkan harus kerja gantian, karena ada 2 anak lagi yang ada atau tinggal di rumah,” aku perempuan asli warga Kampung Pintu, Desa Babelan Kota, Babelan dan mengaku punya penghasilan antara Rp 100 sampai Rp 150 ribu setiap dua atau tiga hari sekali.
Berbeda lagi dengan Ibu Yuyun (38 tahun), penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang kesasar di wilayah Babelan, Bekasi. Ia mengaku asal Banjarmasin. Sejak suaminya meninggal dunia, ia memilih pergi karena rumah yang ditempati, kini dikuasai sang kakak ipar. Dirinya tak menyangka sampai harus kesasar ke wilayah Bekasi.
“Saya sudah dua bulan lebih di Babelan, Bekasi sini. Sekarang pun harus tidur disembarang tempat. Atau berharap kebaikan dari orang lain,” cerita ibu Yuyun yang harus mengurus putri semata wayangnya, Sofi (4,5 tahun). Tim SEJADAH BABE pun spontanitas memberikan sekadar uang jajan untuk Sofi.
Sedangkan ibu Juju (50 tahun) bersama kedua anaknya, Anto dan Dwi, juga disasar saat berada di Perumahan Taman Kebalen, Kebalen, Babelan. Sebagai PMKS, setiap harinya mangkal di situ. Maka itu, tak menolak saat disodori nasi boks dari program Berbagi Jumat Berkah di pekan ke-27, Jumat (11/2/2022).
Pak Amir (47 tahun) dan Pak Imam (32 tahun) sebagai buruh pacul ladang yang datang dari Pemalang serta ibu Eni (38 tahun) dan Ibu Ijah (46 tahuh) asli Babelan yang merupakan buruh pemetik sayuran, mengaku senang karena selalu disasar Tim SEJADAH BABE. Mereka bisa langsung sarapan, karena mendapat distribusi nasi boks.
Sejak masa pandemi sekitar dua tahun silam, Rahmat (51 tahun) mengaku terpaksa harus hidup jadi pemulung. Setiap harinya keliling perumahan demi mendapatkan barang-barang bekas. “Bisa dapat uang antara Rp 30 sampai Rp 50 ribu saja sudah bersyukur,” paparnya, terus terang.
Dalam kondisi usianya yang baru 14 tahun, Aji sudah harus kerja sebagai pengangkut sampah. Ia bilang meneruskan profesi bapaknya, Iing (60 tahun). Ditemui Tim SEJADAH BABE di depan SMAN 1 Babelan, Bekasi, Aji dalam sebulannya bisa mengantongi upah atau penghasilan Rp 1,5 juta. Hasilnya? “Harus saya kasih ke ibu. Ya buat biaya hidup sehari-hari,” katanya, terus terang. ■ RED/AGUS SANTOSA