34.2 C
Jakarta
18 April 2024 - 14:37
PosBeritaKota.com
Syiar

Melalui Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal, USTADZ SAPARWADI NURUDDIN ZAEN Singgung Seberapa Hebat Manusia

JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Setelah penciptaan Adam AS, Allah SWT memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepada Adam AS, maka sujudlah seluruh Malaikat kecuali Iblis. “…Bersujudlah kamu kepada Adam (sebagai bentuk penghormatan kepadanya, karena kemampuannya menyebutkan nama-nama benda yang tidak mampu disebutkan oleh para Malaikat)” Mereka pun sujud, kecuali Iblis…” (QS. Al-A’raf/7: 12).

Hal tersebut disampaikan Ustadz Saparwadi Nuruddin Zaen dalam program ‘Hikmah‘ di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Tidak kurang ratusan jamaah mengikuti kajian tersebut, sebelum khutbah utama serta pelaksanaan sholat Jum’at berjamaah.

Menurutnya, Iblis enggan sujud kepada Adam AS, karena merasa penciptaannya lebih baik dari Adam AS. Merasa bahwa unsur pembuatan dari api lebih hebat daripada unsur tanah. “Dia (Allah SWT) berfirman: “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab: “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah” (QS. Al-A’raf/7: 12).

Karenanya, Iblis ‘dianggap wajar’ menyatakan diri lebih hebat daripada Adam AS, dikarenakan unsur yang berbeda, yakni api dan tanah. Lantas, bagaimana seorang manusia merasa lebih hebat dari manusia yang lain, sedangkan unsur penciptaannya sama (tanah)? Sehebat apa manusia? Sehebat-hebatnya manusia, rezeki dari Allah SWT berupa makanan dan minuman, hanya mampu dikonsumsi sesuai kebutuhan fisik badannya. Manusia tidak mampu mendatangkan sendiri makanan dan minumannya.

Dipaparkan Ustadz Saparwadi, hanya Allah SWT yang dapat memberikannya kepada manusia. “Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu. Dengan air (hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanaman-tanaman, zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan…” (QS. An-Nahl/16: 10).

“Meskipun manusia tersebut mengklaim bahwa dialah yang terkaya di dunia ini, merasa mampu membeli makanan/minuman di seluruh dunia, namun dia (manusia) hanya mampu memakan makanan satu atau dua piring dalam sekali makan, minum minuman hanya satu gelas. Bahkan kadang jenis dan porsi makanannya diatur, karena fisiknya tidak mampu mendapatkan makanan sesuai dengan keinginannya. Manusia dikatakan hebat, bila ia mampu mendatangkan sendiri rezekinya, makanan dan minumannya, atau mampu menurunkan air (hujan) baginya,” ulasnya.

Lebih lanjut disebutkan bahwa sehebat-hebatnya manusia, pasti membutuhkan orang lain untuk membantunya. Katakanlah manusia tersebut merasa paling berkuasa di dunia ini, wilayah kekuasaanya meliputi seluruh benua misalnya. Namun dia tidak akan mampu melaksanakan dan menjalankannya sendiri, pasti membutuhkan bantuan dari petugas-petugas (manusia) lain yang membantunya.

“Orang yang berkuasa juga tidak bisa pergi kesana-kemari sesuka hatinya, karena kemanapun ia pergi akan diatur gerak langkah oleh peraturan kekuasaan yang ia pegang sendiri, dan kadang tak mampu mengubahnya, dengan alasan keamanan dirinya, dia tidak bisa menentukan kemana ia akan melangkah, harus diatur oleh manusia lain,” katanya.

Selain itu, menurut Ustadz Saparwadi, orang yang berkuasa tidak bisa makan-minum sesuka hatinya. Makanannya harus melalui pengecekan keamanan dan kesehatan, yang dikhawatirkan akan membahayakan manusia berkuasa tersebut. Lalu, di mana hebatnya kekuasaan manusia itu?

Katakanlah (Muhammad), Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau Kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di Tangan Engkau lah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu(QS. Ali Imran/3: 26).

Jadi, sehebat-hebatnya manusia, harta yang ia peroleh hanya bisa dinikmati berupa makanan, minuman, dan perasaan. Katakanlah ia (manusia) bisa memperoleh harta bergunung-gunung, atau seluruh harta di dunia ini ia miliki. Namun hanya sedikit yang ia bisa nikmati, dan dipastikan bahwa ia (manusia) ketika mati tidak akan membawa hartanya itu.

“Hartanya yang sebesar dunia tidak akan bisa menolongnya dari kematian. Kematian akan mendatanginya walaupun seluruh manusia dalam kekuasaannya dan seluruh harta di dunia adalah miliknya. Maka, manusia yang hebat adalah manusia yang mampu menolak kematian. Wallaahu A’lam,” tutupnya. ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

SIAPA ORANG YANG TAQWA KEPADA ALLAH SWT, USTADZ AANG KUNAEFI BILANG BAKAL DAPAT ‘KEISTIMEWAAN’ DALAM HIDUPNYA

Redaksi Posberitakota

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, PUASA PARA PECINTA

Redaksi Posberitakota

Jadikan Dunia Sebagai Ladang, USTADZ FITRIAN NABIL Ngobrolin Soal ‘Wasatiyyah’ yang Mengajarkan Keseimbangan & Tak Boleh Fokus Akherat Saja

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang