BEKASI (POSBERITAKOTA) – Dalam realitas sosial di masyarakat, terkadang kita kerapkali menemukan sosok bocah yang dapat memberikan inspirasi dan patut dicontoh. Betapa tidak! Di usianya yang sudah menginjak ke-12 tahun, namun pelajar kelas 6 SD satu ini, memiliki jiwa wira usaha yang menjanjikan serta membanggakan minimal bagi kedua orangtuanya.
Siapa dia? Sebut saja Khalaf Mahdy Asilah, bocah penjual kue yang sudah hampir setahun belakangan menjajakan barang dagangannya. Bermodalkan 2 boks plastik dan berisikan hampir 100 kue yang terdiri roti bakar, bolen pisang, pisang coklat dan burger – dalam seharinya bisa meraih omzet antara Rp 100 – Rp 150 sampai Rp 200 ribu.
Karena masih usia sekolah, Mahdy – begitulah panggilan akrab murid kelas 6 SDN Pejuang 2, Bekasi Kota – harus mulai berjualan di atas pukul 09.00 WIB. Beruntung ditengah masih situasi PPKM dan masa pandemi, ia bisa mengisi waktu di hari Senin sampai Rabu serta Sabtu dan Minggu disaat libur sekolah untuk berjualan. Sedangkan di Kamis dan Jumat harus sekolah tatap muka.
“Kalau lagi libur, saya bisa jualan seharian. Sedangkan kalau Kamis dan Jumat, cuma setengah hari. Makanya, kalau ditanya penghasilan, bisa beda-beda,” ucap Mahdy yang ditemui POSBERITAKOTA di teras kantor Bank Mandiri Jalan Kaliabang Tengah, Bekasi Utara, Bekasi Kota.
Untuk kue-kue yang dijual, kata anak ke-2 dari 4 bersaudara pasangan keluarga Budiman Hakim Chaniago (ayah) dan Herlin Putri Negara (ibu), juga merupakan produksi atau buatan keluarganya. “Mama yang bikin kue sendiri di rumah. Saya tinggal jualan dan barulah sore atau malamnya, semua penghasilan disetor ke mama,” cerita dia, apa adanya.
Siapa saja pembelinya? Mahdy menuturkan rata-rata orang-orang yang datang ke kantor bank. Dan, kue-kue yang dijual berkisar antara harga mulai dari Rp 3000, Rp 5000 sampai Rp 7000. Dagangannya habis paling sering jam 5 sore. Setelah itu harus kembali ke rumah.
Hal yang patut dibanggakan, Mahdy nyaris tak pernah mau meninggalkan sholat 5 waktu. Di saat Dzuhur, Azhar atau Magrib, ia harus mendatangi masjid yang ada di sekitar tempat jualannya. “Kalau dagangan habis, saya bisa bawa uang antara Rp 100 ribu – Rp 200 ribu. Terus buru-buru pulang ke rumah,” ungkapnya, terus terang.
Namun saat ditanya soal cita-citanya kelak, Mahdy tanpa malu-malu berkeinginan jadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). Semoga saja, bocah kelahiran Bekasi, 10 Juli 2009 silam, bisa menggapai cita-citanya kelak. Sementara itu tanpa malu-malu, ia menyebut bahwa ayahnya bekerja sebagai pengojek online dan ibunya pintar bikin aneka kue. ■ RED/GOES