JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Pada hari ini, Jum’at kedua Dzulhijjah, dimana jamaah haji saat ini sedang wukuf di Padang Arafah, tempat yang sangat dimuliakan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam rangka melaksanakan rangkaian ibadah haji. Seraya mengumandangkan kalimat talbiyah:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
Sebagai jawaban atas undangan Allah SWT melalui lisan Nabi Ibrahim sebagai mana disebutkan dalam surat al-Hajj ayat 27:
وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ
Artinya: “(Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS. al-Hajj [22]: 27).
Hal tersebut di atas disampaikan KH Bukhori Sail Attahiry Lc MA saat memberikan khutbah Jum’at-nya dihadapan puluhan ribu jamaah rutin mendatangi Masjid Istiqlal, Jakarta, 9 Dzulhijah 1443 H/8 Juli 2022 M.
“Mari kita doakan semoga mereka yang hari ini sedang berkumpul bermunajat kepada Allah SWT di Padang Arafah, diberikan kekuatan, kesabaran, ketabahan, kekhusyu’an sehingga mereka dapat melaksanakan ibadah haji dengan baik dan mendapatkan predikat haji Mabrur,” ucapnya.
Bagi yang memperoleh haji Mabrur, menurut dia, Allah SWT sediakan pahala yang amat besar yaitu Surga. Sedangkan kita yang kali ini tidak atau belum berkesempatan melaksanakan ibadah haji, kitapun dapat memperoleh keutamaan keutamaan hari Arafah, yaitu keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijjah. Karena, Allah subhanahu wata’ala memberikan keagungan serta mengangkat derajatnya sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai Allah subhanahu wata’ala melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah subhanahu wata’ala?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah subhanahu wata’ala, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada suatu apapun yang dibawa pulang kembali.”
Dijabarkan bahwa kita telah menjalani dari awal hingga tanggal Sembilan dari Sepuluh hari mulia ini, bagi siapa yang telah memanfaatkannya dengan melaksanakan kebaikan-kebaikan sejak hari pertama, maka teruskan dan tambahkan kebaikan lainnya. Hari Arafah, hari agung, dimana Allah telah menyatakannya sebagai hari kesempurnaan agama Islam, sebagaimana disebutkan dalam ayat terakhir diturunkan yaitu ayat tiga surat al-Maidah:
اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ
Artinya : “…Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…” (QS. Al-Maidah [5]: 3)
Sedangkan Hari Arafah merupakan hari yang sangat istimewa bagi umat Islam, ia mejadi bagian utama dari pelaksanaan ibadah haji, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
احلج عرفة Pada hakekatnya Haji adalah wuquf di Arafah. Barangsiapa melaksanakan ibadah haji namun tidak melakukan wuquf di Arafah maka hajinya dianggap tidak sah. Pada hari Arafah Allah mengampuni dosa-dosa hambaNya yang memohon ampunan, Allah singkirkan segala keburukan, dan Allah subhanahu wata’ala bebaskan hamba-hambaNya yang Dia kehendaki dari api neraka
Artinya: “Tiada hari di mana Allah banyak membebaskan hambanya dari api neraka lebih banyak dari hari Arafah. Sesungguhnya Allah mendekati hamba-Nya lalu memamerkan dan membangga-banggakan mereka di hadapan malaikat seraya berfirman apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim dari Aisyah radhiallahu anha).
Masih dalam khutbahnya, KH Bukhori menyebutkan bahwa pada hari Arafah, para jamaah haji dan juga yang tidak sedang melaksanakan haji diperintahkan untuk memperbanyak doa sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan doa yang diutamakan adalah kita membaca:
لا إلهَ إلَّا اللهُ وحدَهُ لَا شرِيكَ لَهُ، لَهُ الملْكُ، ولَهُ الحمْدُ، وهُوَ عَلَى كُلِّ شيءٍ قديرٌ
Artinya: “Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu”.
Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Sebaik baik doa adalah doa pada hari Arafah, dan sebaik baik doa yang aku baca dan juga para Nabi sebelum aku adalah:
لا إلهَ إلَّا اللهُ وحدَهُ لَا شرِيكَ لَهُ، لَهُ الملْكُ، ولَهُ الحمْدُ، وهُوَ عَلَى كُلِّ شيءٍ قديرٌ
Pada hari Arafah, kita juga disunahkan untuk berpuasa bagi yang tidak melaksanakan wuquf di Arafah. Karena puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa-dosa selama dua tahun, yaitu setahun sebelumnya dan setahun setelahnya. Hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan :
Artinya : “Puasa hari Arafah aku berharap kepada Allah dapat menghapuskan (dosa) tahun sebelum dan tahun sesudahnya. Dan puasa hari Asyura aku berharap kepada Allah dapat menghapus (dosa) tahun sebelumnya” (HR. Muslim, no. 1162).
“Oleh karenanya, marilah kita sama sama camkan empat keutamaan hari Arafah ini. Dan, mari jangan kita lewatkan puasa pada hari Arafah yaitu tanggal Sembilan Dzulhijjah dan hari Asyura, yaitu tanggal sepuluh Muharram. Karena fadhilahnya sangat besar dan agar kita mendapatkan kemulyaan-kemulyaan dari Allah subhanahu wata’ala,” urai KH Bukhori, lagi.
Menurutnya betapa agungnya peristiwa hari Arafah ini. Kita dapat saksikan pada hari yang sama, waktu yang sama, jamaah haji dari seluruh penjuru dunia berkumpul ditempat yang sama yaitu padang Arafah. Mereka mengenakan pakaian ihram yang hanya terdiri dari dua helai kain putih, baik yang kaya atau miskin, yang raja atau rakyat jelata, yang bergelar profesor atau yang berprofesi tukang bubur. Bersama-sama memohon ampunan dari Allah subhanahu wata’ala, bermunajat menengadahkan tangan mereka sambil berlinang air mata, menangis rindu kepada Allah SWT, merasakan betapa Agungnya Allah subhanahu wata’ala.
Fudhail ibn ‘Iyyad tatkala menyaksikan situasi di padang Arafah yang dipenuhi oleh hamba bertanya kepada para santrinya : Apakah kalian tahu, sekiranya mereka datang kepada seseorang, meminta uang recehan, apakah kira-kira akan diberi? mereka menjawab tidak. Sesungguhnya ampunan Allah SWT lebih mudah didapatkan dari pada uang recehan dari seseorang. Abdullah bin Umar radhiallahu anhu juga berkata: “Apakah pada hari Arafah yang Agung ini kalian meminta kepada selain Allah SWT?”.
Karena itu pula, kata KH Bukhori, wahai kaum muslimin yang dimulyakan Allah SWT. Mari jangan sia-siakan waktu yang sangat berharga ini, untuk memohon ampunan dari Allah subhanahu wata’ala. Memohon segala kebaikan kita dan keluarga, agama dan bangsa serta umat Islam di manapun berada, agar kita termasuk orang-orang yang mendapatkan kemenangan dunia dan akhirat.
“Pada tanggal 10 Dzulhijjah adalah hari raya kita, hari Idhul Adha. Dimana kita diperintahkan untuk melaksanakan shalat Idhul Adha dan mensyi’arkannya. Selepas itu kita diperintahkan menyembelih hewan qurban,” tuturnya.
Artinya : “Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah, sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)”.
Kemudian, pada hari Idhul Adha dan tiga hari Tasyriq berikutnya, kita gunakan kesempatan ini untuk berqurban bagi yang lapang. Menyembelih hewan qurban merupakan syi’ar agama Islam. Sehingga kaum dhu’afa yang kesehariannya kesulitan untuk mengkonsumsi daging, pada hari Idhul Adha ini dapat merasakan lezatnya daging segar. Agar tambah kuat iman mereka serta bersyukur kepada Allah SWT atas kenikmatankenikmatan tersebut.
Sudah barang tentu, menyembelih hewan Qurban ada tuntunan syariatnya. Karena itu sebelum melaksanakan penyembelihan, wajib hukumnya kita mengetahui syarat rukunnya. Jika hewan yang kita sembelih adalah Unta, maka wajib telah berusia lima tahun. Jika yang kita sembelih adalah sapi, maka wajib telah berusia dua tahun, dan jika yang kita sembelih adalah domba, maka harus telah berusia satu tahun penuh.
Menutup khutbah Jum’at, KH Bukhori, menyampaikan bahwa hewan-hewan yang kita sembelih itu juga harus sehat, tidak sedang sakit, utamanya saat ini sedang mewabah penyakit hewan yang dikenal dengan Penyakit Mulut dan Kuku. Maka pastikan hewan yang akan kita sembelih terbebas dari PMK ini. Hewan qurban juga harus selamat cari cacat. Seluruh anggota badannya utuh tidak ada yang kurang. Ada empat hal yang harus kita hindari sebagaimana tuntunan dari Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
Artinya : “Ada empat macam hewan ternak yang tidak boleh dijadikan hewan kurban: yang buta sebelah yang jelas butanya, yang sakit, yang jelas sakitnya, yang retak (tulang), yang tidak ada sumsumnya, dan yang pincang yang jelas kepincangannya”.
■ RED/AGUS SANTOSA