JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Manusia menjalankan misi dan amanah kehidupan sesuai tugasnya adalah sebagai Khalifatullah. Walaupun watak dasar manusia adalah suka membuat kerusakan dan menumpahkan darah.
Demikian disampaikan Ustadz H Mulyadi SE.I sebagai pembuka dalam ceramahnya di program ‘Hikmah‘ sebelum memasuki puncak sholat Jum’at di Masjid Istiqlal, Jakarta, 16 Dzulhijah 1443 Hijriyah/15 Juli 2022 Masehi.
Menurutnya bahwa dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 2, terjadi dialog. Malaikat sebagai sosok yang selalu patuh dan selalu menjalankan yang diperintahkan mempertanyakan kenapa manusia yang dijadikan khalifah di muka bumi?
Mereka (malaikat) berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah. Padahal, kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”.
Akan tetapi, Allah subhanahu wata’ala memiliki maksud yang tidak diketahui dan patut kita renungkan, dengan memberi jawaban berikut. Allah SWT berfirman :”Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Masya Allah bahwa kesempurnaan adalah milik Allah subhana wata’ala. Dan, ada ungkapan : “Sebaik-baik tupai meloncat pasti akan jatuh juga“. Sepatutnya manusia merenung untuk semakin menyadari dari apa ia ciptakan, dari mana dan untuk apa ia hadirkan dan ke mana tujuan akhir dan ia akan dikembalikan.
“Banyak monumen sejarah kehambaan manusia kepada Rabb–NYA untuk kita napak tilasi, untuk semakin kita memahami jati diri manusia sebagai hamba Allah SWT. Sebagaimana proses sejarah qurban, ibadah haji, Kabah sebagai Baitulah (rumah Allah SWT) dan lainnya,” papar H Mulyadi.
Selanjutnya, tambah dia, pastinya kita tidak akan dapat memuaskan hasrat orang banyak. Namun paling tidak ada yang kita perbuat untuk bermanfaat bagi orang lain dan awali semua dengan niat Lillahi Taala (karena Allah subhana wata’ala) semata.
Dalam ungkapan indah Imam Syafii yang mengatakan : “Kita semua tidak akan mampu membuat semua manusia senang, maka perbaikilah hubungan antara diri kita dengan Allah SWT dan jangan pedulikan apa kata manusia”.
Islam, ditambahkan H Mulyadi SE.I, mengajarkan untuk selalu melihat kebaikan seseorang atau sisi keindahan, bukan pada aib dan kekurangannya. Ungkapan bijak bila seseorang ditanya tentang dirinya yang tidak sempurna. Apa hal terindah yang pernah kamu lihat?
“Saya belum pernah melihat yang lebih indah dari orang yang telah melihat semua kekuranganku namun masih tetap mencintaiku”.
Demikian hendaknya menyingkapi diri dan kehidupan ini agar kita selalu dekat Allah subhana wata’ala, semangat dan optimis.
Akhirnya, kami tutup dengan kalimat indah berikut : “Orang-orang menghapus masa lalumu yang indah akibat satu sikap burukmu, sedangkan Allah menghapus masa lalumu yang buruk dengan pertaubatmu.” (Muhammad Mutawulli al-Sya’rawi). Wa Allahu a’lamu bis shawab. Alfaqir. ■ RED/AGUS SANTOSA