INDRAMAYU (POSBERITAKOTA) □ Kesenian tradisional kerapkali dikesampingkan oleh industri budaya pop. Bahkan, remaja kita pun lebih mencintai budaya luar ketimbang budaya tradisional. Sementara itu, tak boleh dipungkiri bahwa Indonesia dianugrahi begitu banyak kekayaan seni dan budaya.
Oleh karenanya, para penggiat seni budaya di Tanah Air, dihadapkan pada tantangan yang cukup berat. Salah satu tantangan tersebut adalah pentingnya memiliki pemimpin yang cinta seni dan budaya. Tentu saja dengan kepeduliannya, agar kesenian tradisional tak punah begitu saja.
Masyarakat Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, sungguh beruntung. Apalagi memiliki Bupati Hj Nina Agustina SH MH CRA, seorang pemimpin yang peduli terhadap seni dan budaya daerahnya.
“Ibu menekankan pentingnya merawat serta menjaga kearifan seni dan budaya sebagai landasan utama dalam tatanan kehidupan masyarakat di Indramayu,” ujar Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Indramayu, Drs H Jajang Sudrajat, Rabu (27/07/2022).
Hal tersebut di atas disampaikan Jajang, menyambut kedatangan Panitia Penyelenggara Acara “OVOS : One Village One Story” mewakili Bupati Indramayu, Nina Agustina yang karena demikian padatnya acara berhalangan hadir.
Sedangkan ajang OVOS diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang ditopang oleh Yayasan Duta Pariwisata dan Kebudayaan Indonesia (YDPDKI).
Sejatinya, event OVOS ingin mengembangkan bagi pemajuan kebudayaan di tingkat desa dengan cara mengangkat cerita keunikan dan eksotisme desa dalam bentuk karya seni budaya.
Meliputi sepuluh obyek pemajuan kebudayaan, yakni : (1) Tradisi Lisan; (2) Manuskrip; (3) Adat istiadat; (4) Ritus; (5) Pengetahuan Tradisional; (6) Teknologi Tradisional; (7) Seni; (8) Bahasa; (9) Permainan rakyat; dan (10) Olahraga tradisional.
Pada bagian lain, OVOS juga dikembangkan untuk mendekati masalah-masalah sosial, pariwisata dan pengembangan Industri Kecil dan Menengah (UKM) di pedesaan.
“Kabupaten Indramayu masuk sebagai Finalis Peserta OVOS Tingkat Provinsi Jawa Barat, Tahun 2022. Bersama dengan tujuh kabupaten lainnya, yaitu; Kabupaten Bandung Barat, Bogor, Cirebon, Cianjur, Garut, Sukabumi dan Kabupaten Sumedang,” terang Ketua Pelaksana “OVOS : One Village One Story, Tiwi Wartawani, SE.
Mewakili kepesertaan Kabupaten Indramayu, Kepala Sekolah UPTD SDN 1 Singaraja Indramayu, Hj Wasilah M.Pd, dalam pemaparannya menyampaikan, bahwa budaya suku Sunda dan suku Jawa tumbuh dalam masyarakat Indramayu. Dua entitas budaya ini kemudian melahirkan akulturasi dua kebudayaan yang unik dan menarik.
“Indramayu juga dijuluki sebagai Kota Mangga. Sebagai kota budaya, Indramayu memiliki banyak tradisi atau adat budaya, seperti halnya Unjung-unjungan, Tari Topeng, Berokan, Wayang Golek, Wayang Kulit dan Ngarot. Adat budaya ini diantaranya berada di Desa Pekandangan dan Kecamatan Indramayu,” tutur Wasilah.
Program Visitasi Juri “OVOS: One Village One Story” di Indramayu, juga disambut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu, H. Caridin, S.Pd., M.Si, Plt. dan Kepala Bidang Kebudayaan Pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu, Hj. Uum Umiati, SE., MM, serta sejumlah penggiat seni budaya di Kabupaten Indramayu.
Dari pihak penyelenggara acara “OVOS: One Village One Story” diwakili Ketua Pelaksana “OVOS : One Village One Story, Tiwi Wartawani SE, yang juga Ketua Umum Yayasan Duta Pariwisata dan Kebudayaan Indonesia (YDPDKI), beserta tim.
Hadir juga Juri Apresiasi dan Supervisi OVOS : One Village One Story, Eddie Karsito (Penggiat Seni dan Budaya) dan Wiyono Undung Wasito S.S. (Seniman Pedalangan).
Dalam sesi pemaparan mengemuka juga rencana Kabupaten Indramayu akan menggelar berbagai event budaya, antara lain; pergelaran 1000 Dalang dan Parade 6000 Tari Topeng. Rencana tersebut selanjutnya mendapat respon positif kedua juri.
Ketua Dewan Juri OVOS : One Village One Story, Eddie Karsito menyampaikan, tak ada Negara lain memiliki banyak suku, bahasa, dan budaya seperti Indonesia. Namun sayangnya lemah dalam pengelolaan dan pengemasan.
“Banyak Negara minim budaya tapi mampu mengemasnya dengan baik. Jangan tenggelam pada keberagaman budaya tanpa mengelola dan mengawasinya. Banyak yang harus diperbaiki,” ujar Eddie.
Hal serupa juga disampaikan juri Wiyono Undung Wasito S.S. Beliau menekankan pentingnya mengkomunikasikan karya seni dan budaya kepada publik dengan baik. Menggunakan teknologi IT dan platform media sosial yang digemari anak-anak muda.
“Ukuran keberhasilan kegiatan bisa kita tilik dengan output yang nyata. Sejauhmana ekosistem budaya yang mereka gerakkan makin berdaya dan membuahkan kesejahteraan lahir batin,” ujarnya.
Gagasan menyelenggarakan Pergelaran 1000 dalang dan Parade 6000 Tari Topeng, kata Undung, bukan hal sederhana. Perlu perencanaan matang, serta melibatkan kurator, koreografer, ahli seni pertunjukan berpengalaman, dan pakar komunikasi dalam tim kreatif.
Undung berharap event akbar tersebut harus terkesan spektakuler dan tetap dalam garapan yang artistik. Alur, cerita, tampilan, formasi, koreografi, dan iringan, perlu dirancang.
Tak kalah penting studi awal kelayakan area, musim, sumber cahaya dan juga mudahnya para juru kamera mengakses gambar. Jadi jangan terjebak pada event asal-asalan. Mengejar kuantitas (kolosal), tapi tidak berkualitas,” ucap Undung.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu, H. Caridin S.Pd M.Si, Plt, dalam sambutannya menyampaikan, kearifan lokal dan karakteristik unik sosial budaya yang berkembang di Kabupaten Indramayu, merupakan modal sosial. “Sekaligus modal kultural dan modal spritual pembangunan wilayah, yang terus didorong ibu Bupati (Nina Agustina) untuk dikembangkan,” paparnya.
Bupati Indramayu, Nina Agustina, memang selama ini dinilai sangat peduli dengan berbagai kegiatan seni budaya daerahnya.
Beberapa waktu lalu beliau sempat tampil menari topeng ‘Kelana Gandrung’ — bersama Aerli, cucu penari topeng legendaris Mimi Rasinah, dari Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah Indramayu, pada peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Dipenghujung kegiatan, Juri dan Tim Penyelenggara OVOS : One Village One Story mengunjungi Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah, di Desa Pekandangan Indramayu.
Sanggar Tari Topeng yang dirintis dan dikembangkan Mimi Rasinah ini menjadi tonggak sejarah perkembangan kesenian tari topeng di masa modern. Para penerusnya telah mementaskan karyanya di nusantara hingga ke berbagai Negara, antara lain ke Belanda, Belgia dan sejumlah negara lainnya. ■ RED/APRILIO R /EDITOR : GOES