Khutbah Jum’at, KH YUSNAR YUSUF MS PH.D : “Berjuang Membangun Dunia untuk Kebahagiaan Akhirat”

JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Saat membuka khutbahnya di Masjid Istiqlal Jakarta, KH Yusnar Yusuf MS Ph.D selaku khotib, menyebutkan bahwa harapan semua orang beriman adalah meraih ridho Allah SWT ketika di dunia dan meraih kemenangan di akhirat. Bahkan dalam upaya perjuangan membangun dunia untuk kebahagiaan akhirat, menurutnya, Allah berfirman dalam QS. an-Nisa/4 : 77.

Sedangkan QS. an-Nisa/4 : 77 itu artinya : “Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka. Tahanlah tanganmu (dari berperang), laksanakanlah sholat dan tunaikan zakat!” Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba sebagian mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah SWT dan bahkan lebih takut (dari itu).

Mereka pun berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tunda (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang bertaqwa (mendapat pahala turut beran kamu tidak akan didzalimi sedikit pun”. (QS. an-Nisa/4: 77).

Kemudian, KH Yusnar Yusuf pun menceritakan kisah viral seorang yang kaya raya bernama Qorun. Sebelumnya miskin, kemudian ia meminta kepada Nabi Musa AS untuk mendoakannya agar Allah SWT menganugerahkan kekayaan baginya. Doa Nabi Musa akhirnya dikabulkan oleh Allah SWT.

“Maka, jadilah Qorun sebagai orang paling kaya di dunia. Al-Qur’an menyatakan bahwa kekayaan Qorun yang disimpan di dalam brangkasnya. Dengan kunci-kunci yang sangat berat dan harus dipikul oleh banyak orang yang kuat. Namun demikian, kecintaannya kepada harta kekayaan miliknya itu, telah membentuknya menjadi orang sombong, mukhtalin fakhur. Akhirnya, kesombongan Qorun itulah yang mengantarkannya ke ruang kebinasaan,” paparnya.

Masih seperti disebutkan dalam QS. al-Qashas/28: 76) yang artinya : “Sesungguhnya, Qorun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku dzalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya. Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri.”

Dikatakan KH Yusnar Yusuf bahwa tujuan final dari sebuah kehidupan di dunia adalah kehidupan akhirat. Sebagaimana dinyatakan Al-Qur’an. Yang artinya : “Dan, carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kami berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS. al-Qashas/28: 77).

Dengan demikian, lanjut dia, yang harus kita bangun di dunia ini adalah untuk kebahagiaan hidup akhirat. Sebab, akhiratlah kehidupan yang kekal abadi. Tifak ada lagi kematian setelah mati di dunia. Karenanya, di dalam ayat yang lain Allah berfirman : Artinya : “…Dan, sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.”

Selanjutnya, Allah SWT berfirman : “Dan, janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Pada ayat ini, Allah memerintahkan untuk membangun kebahagiaan akhirat, tentu saja dengan tidak melupakan kehidupan dunia,” jelasnya.

Ditambahkan, sebab bagaimana pun dunia adalah ladang untuk membangun kebahagiaan akhirat. Allah SWT telah menciptakan dunia dan seisinya untuk manusia, sebagai sarana menuju akhirat. “Allah SWT juga telah menjadikan dunia sebagai tempat ujian bagi manusia, untuk mengetahui siapa yang paling baik amalnya, siapa yang paling baik hati dan niatnya.

Pada bagian lain, disebut KH Yusnar Yusuf, kemakmuran juga adalah hasil dari sebuah perjuangan. Semua manusia yang berakal dipastikan menginginkan kebahagiaan. Namun kebahagiaan itu akan gagal, manakala tidak dengan perjuangan dan pengorbanan. Bahkan, Allah SWT mengingatkannya melalui Al-Qur’an.

Menukil apa yang dirumuskan Imam al-Ghazali tentang kebahagiaan. Kebahagiaan itu bukan dengan mengumpulkan harta benda, tapi bertaqwa kepala Allah SWT itulah kebahagiaan yang sebenarnya. “Tapi, manusia sering terperangkap dengan ambisi dan emosi keinginannya untuk memiliki kekayaan harta benda, pangkat dan kekuasaan,” ucapnya.

Dalam keberadaannya, menurut KH Yusnar Yusuf, pada diri manusia amat memerlukan ilmu sebagai media untuk memperoleh kejayaaan. Misalkan berjuang untuk reformasi, dimana menuntut perubahan pola fikir dan pendekatan yang dinamik. Tetapi juga terfokus kepada perubahan kualitas akhlak manusia.RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, MAKNA ESOTERIS Kumandang Adzan

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’