Berbeda dengan Pemikir Independen, BLACK BUZZER…Siapa Itu?

OLEH : ABDUL ROHMAN SUKARDI

BUZZER, pengertian standarnya adalah pendengung. Orang yang mendengung-dengungkan atau orang yang meng-amplify (memperkuat) sebuah gagasan dari agenda yang biasanya di setting (direncanakan).

Berbeda dengan pemikir independen. Ia (pemikir independen) tunduk pada nilai yang diperjuangkan. Juga mengedepankan pendekatan rasional dalam membangun opini. Ia/mereka hati-hati dalam hal motif/niat, cara dan tujuan. Dijaga betul dari beragam bentuk keserampangan. Opininya dibangun melalui metode berfikir dan basis data yang dapat dipertanggung – jawabkan.

Adapun buzzer tunduk pada agenda yang di setting. Ia tunduk pada tujuan dari agenda yang telah direncanakan itu. Maka semua yang tidak menjadi tujuannya dihantam dan disalahkan. Dibuat buruk dan tidak berarti dalam bangunan opini publik.

Buzzer bisa saja perseorangan atau kolektif yang bergerak mendukung sebuah agenda. Buzzer bisa bekerja perorangan, kolektif, bahkan anonim, untuk bekerja pada isu yang sama.

Buzzer memiliki banyak varian. Ada yang masih relatif rasional, ada yang ekstrim dan kelewat ekstrim.

Buzzer yang kelewat ekstrim, menjadikan tujuan menjadi Tuhan. Cara-cara dan motif atau niat yang baik, bisa ditanggalkan. Tidak peduli cara dan motifnya tidak sejalan dengan akal sehat dan kemanusiaan. Bahkan bertentangan dengan nilai-nilai ke-Tuhanan. Asal tidak sejalan dengan agendanya, isu dan teknik apa saja bisa ditempuh untuk memenangkan opininya.

Sering kita cermati ada perilaku orang yang sangat proaktif re-share tulisan-tulisan atau bahan-bahan broadcast. Tanpa verifikasi kebenaran konten yang di re-share itu. Asal mendukung dan memperkuat agendanya, materi broadcast itu langsung di influence dengan di re-share ke jaringan medsosnya tanpa verifikasi.

Buzzer tipikal seperti ini, cenderung menggunakan pendekatan like and dislike semata. Bahkan menghalalkan cara-cara yang merendahkan satu sama lain. Tanpa disadari juga memicu disintegrasi antar elemen masyarakat.

Keberadaannya tidak tambah mencerdaskan. Namun justru membodohkan masyarakat.

Buzzer yang hanya menuhankan tujuan seperti itu, ia adalah black buzzer. Harusnya diamputasi dari kehidupan sosial masyarakat.

Tapi bagaimana caranya ??? (***/goes)

(PENULIS adalah Pemerhati Masalah Sosial dan Politik, tinggal di Jakarta)

Related posts

Rasanya Sulit Tembus 51 Persen, PILKADA JAKARTA 2024 Bakal Melalui Dua Putaran

Siapa Lebih Unggul di Pilkada Jakarta, DUEL STRATEGI Tim Sukses Prasetyo Edi Marsudi versus Ahmad Riza Patria

10 Tahun Era Jokowi, PERS NASIONAL Darurat Kelembagaan – Krisis Identitas & Expansi Bisnis Masif Kurang Etika