BABELAN BEKASI (POSBERITAKOTA) ■ Masjid yang lazim disebut sebagai ‘Rumah Allah’ itu adalah milik ummat. Bukan punya Ketua DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) atau pengurusnya. Juga bukan milik Ketua RW (Rukun Warga). Maka, jika ada masjid sudah berdiri bagus, wajib diramaikan atau diisi oleh jamaah, biar ada atau punya ruh.
“Biar ada ruhnya, keberadaan masjid itu harus diisi atau diramaikan oleh jamaah,” ucap KH Abdul Rosyid S.Ag memberikan penegasan saat mengisi kajian ba’da Shubuh di Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Kebalen, Babelan, Bekasi, Ahad (19/2023) dihadapan tidak kurang dari 50-an jamaah yang hadir.
Masih terkait soal keberadaan masjid, menurut salah seorang penceramah kondang asal Babelan (Bekasi) yang akrab dengan nama panggilan Kyai Rosyid, kalau kita ngurusin ‘Rumah Allah‘ itu ada berkahnya. Termasuk apabila kita setiap melaksanakan sholat selalu tepat waktu dan jangan ninggalin majelis taklim.
Secara spesifik disebutkan bahwa hubungan masjid, ibadah sholat dan majelis taklim – menjadi satu kesatuan. Di situ harus ada iman. Sedangkan iman itu sendiri artinya adalah motivasi diri. Contohnya sholat Shubuh. Sebab, bisa pula menjadi salah satu amalan yang bisa hidup bahagia.
“Nggak usah muluk-muluk, yaitu bisa istiqomah dan khusyuk dalam sholat Shubuh. Kita melakukannya di dunia, tapi hasilnya nanti di akherat. Kita perlu konsisten. Kalau bisa, majelis taklim juga jangan ditinggalin. Karena, majelis itu ibarat akar,” urainya, lagi.
Kyai Rosyid menukil apa yang pernah dikatakan Nabi Muhammad SAW/Rosulullah bahwa ada empat amalan yang bila diamalkan masih bisa terus terhubung secara ruhaniah dengan Rosululloh SAW.
Yang pertama adalah menjadi orang Alim. “Kalau dipikir kehidupan kita ini ibarat kayak kaset kusut. Meski prosesnya panjang, maka berusahalah untuk jadi orang alim. Harus belajar menguasai tasawuf dan fiqih Makanya kalau ada orang umurnya masih muda, tapi ilmunya agamanya bagus, ya tolong dihormatin,” ucapnya.
Yang kedua jadilah Muta’allim. Belajar sama orang alim atau berilmu. “Karena, kalau dibandingkan antara ilmu dan harta, lebih bermanfaat ilmu. Warisilah ilmu kepada anak-anak, bukan hanya dalam bentuk harta,” tuturnya, menambahkan.
Yang ketiga jadilah Mustami. Minimal belajar jadi pendengar, seperti kalau mengikuti majelis taklim. “Nggak apa-apa, kalaupun cuma Jiping alias Ngaji Kuping. Atau, misalkan Jider atau Ngaji Nyender. Sebab, dengan ngaji itu juga berarti kita punya hubungan sama Rosulullah SAW,” katanya.
Yang keempat jadilah senang dengan yang namanya ilmu. Ikut terus majelis taklim. “Berarti kan, kita berhubungan terus dengan Rosulullah SAW. Asal jangan jadi yang kelima. Ngaji ogah, eh malah kagak demen sama orang yang suka ngaji,” jelas Kyai Rosyid, lagi.
Menutup kajian ba’da Shubuhnya, Kyai Rosyid kembali menyampaikan bahwa ada tiga amalan lain yang sangat disukai oleh Nabi Muhammad SAW/Rosulullah. Apa saja ketiga amalan tersebut?